Part 22🌹

53.9K 6.3K 282
                                    

Jangan lupa voment😙

"Apakah kau percaya dengan takdir, honey?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah kau percaya dengan takdir, honey?"

"Sebelum bertemu denganmu, aku sering memimpikan mu. Seolah kau adalah jodoh yang dipilihkan tuhan untukku."

"Apakah kau percaya aku adalah takdirmu? Suami masa depanmu?"

"Sekarang kau memang menjalin hubungan dengan Isaac tapi di masa depan, kau tetap akan menjadi milikku."

George terus mengoceh seperti jangkrik. Sangat menganggu pendengaran. Menghimbau rasa kesal dan ingin membunuh.

Seabai apapun Nara, pria itu tetap mengatakan kata-kata menyebalkan.

'Tidak tahu malu'.

Itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan diri George.

"Percaya atau tidak percaya, pada akhirnya kau tetap akan jatuh cinta padaku, honey. Jadi, aku sarankan untuk tidak terlalu cuek padaku sebelum kau menyesal."

Nara langsung mempelintir tangan George yang lancang menyentuh bahunya. "Jangan keterlaluan karena kesabaran ku ada batasnya, sialan." Desisnya.

George memasang ekspresi kagum. "Kau sangat menarik, honey. Saat marah pun, kau tetap cantik dan mempesona."

Nara memutar bola mata malas seraya menghembuskan nafas berat. Melepaskan cekalannya dan kembali fokus ke buku di depannya.

Akan tetapi, George tak membiarkan Nara begitu saja. Ia kembali menganggu Nara. Menyentuh rambut pirang Nara dan menciumnya dengan lancang.

Nara mengebrak meja kuat sehingga semua orang yang berada di dalam perpustakaan langsung menoleh padanya.

"Jangan pernah menyentuhku dengan tangan kotormu itu!" Ucapnya seraya menampar wajah menyebalkan George.

Semua orang di dalam perpustakaan menonton kejadian itu dengan tatapan penuh minat.

Mulai berbisik dan merendahkan George yang berani melecehkan seorang perempuan di dalam kawasan kampus.

"Ada apa ini?" Tanya penjaga perpustakaan. Berniat menengahi.

Nara menatap Bu penjaga perpus dengan mata berair. "Dia berniat melecehkanku, Bu."

George melotot panik. "Saya tidak berniat demikian, Bu."

"Bohong, Bu. Dia mencium rambutku seperti orang mesum."

Beberapa mahasiswa membenarkan perkataan Nara sehingga George semakin terpojok. Berakhir dimarahi pihak kampus dan mendapatkan surat peringatan. Yang mana, surat itu menegaskan akan mencabut beasiswanya kalau kejadian yang sama terulang kembali.

****

"Jadi, begitulah cerita lengkapnya." Nara mengakhiri ceritanya tentang kejadian hari ini.

Isaac mengerutkan kening tidak suka. "Berani sekali dia menganggumu. Sepertinya dia harus diberi pelajaran berharga supaya tidak berani lagi menganggumu."

Pria itu mengambil ponsel yang berada di atas meja. Mencari kontak seseorang dan menelponnya.

Nara hanya diam melihat tindakan Isaac. Diam-diam menanti ucapan apa yang akan keluar dari mulut suami tampannya itu.

"Berikan pelajaran pada George. Patahkan salah satu tangannya dan kirimkan buktinya. Paling lambat jam delapan malam."

Nara meringis.

Suaminya memang sangat kejam. Menghancurkan musuh tanpa merasa kasihan sedikit pun.

Nara pun menyandarkan kepalanya ke dada bidang Isaac. Mengukir pola abstrak di sana.

"Aku sangat lelah karena tadi mata kuliahku sangat padat. Bagaimana denganmu?"

Isaac memeluk tubuh Nara lembut. Lalu, mengecup puncak kepala Nara sekilas. "Sama halnya denganmu tapi rasa lelahku langsung menghilang setelah melihat dirimu. Kau adalah obat lelah paling mujarab bagiku."

Nara mendongak. Menyipitkan matanya curiga.

"Kenapa, amour?" Heran Isaac.

Nara menangkup wajah Isaac. Menatap sang suami gemas. "Perkataanmu sangat manis. Sudah berapa banyak gadis yang berhasil kau goda?" Candanya.

Akan tetapi, Isaac malah menganggap ucapan Nara serius.

"Aku tidak pernah menggoda gadis manapun, amour. Aku hanya seperti ini pada dirimu saja."

"Aku tidak percaya."

Isaac mendekatkan wajahnya seraya menatap Nara intens. "Kenapa kau tidak mempercayaiku, amour? Apakah sifatku selama ini belum bisa membuktikannya padamu? Kau perlu bukti apa supaya kau percaya pada ucapanku?"

"Aish, jangan serius begitu. Aku hanya bercanda." Kekehnya.

Isaac menatap Nara datar.

"Kau marah?" Celetuk Nara tanpa dosa.

"Menurutmu?"

"Tentu saja tidak. Mana mungkin kau bisa marah pada Nara yang cantik dan imut ini." Kikiknya penuh percaya diri. Sangat menggemaskan di mata Isaac. Menghilangkan kekesalan yang dirasakan Isaac akibat diragukan.

Pria tampan itu memeluk tubuh Nara gemas dan melayangkan ciuman bertubi-tubi sebagai pelampiasan rasa gemasnya. Sedangkan Nara berpura-pura pasrah menerima. Padahal sebenarnya dia sangat senang dan bahagia.

Bersama orang tercinta memang sangat menyenangkan.

Setiap moment terasa lebih berarti. Tak ingin melewatkannya barang sedetik pun.

Bersambung...

22/21/21

firza532

Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang