HARAPAN DALAM PESAWAT KERTAS

72 8 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTARNYA UNTUK MENGAPRESIASI DAN MERAMAIKAN CERITA INI, BERI DUKUNGAN DAN CINTA KALIAN UNTUK AIDAN DAN INDRI YAA..

" Semoga kita bisa terus bersama, ya"

~


Gadis itu duduk sendirian di bangku panjang sebuah ruangan rumah sakit. Dia mengusap lututnya karna udara disana terasa cukup dingin. malam ini mama nya mengeluh sakit, katanya kepalanya sakit dan suhu tubuhnya terasa sangat panas. Ini pasti karna mama nya begitu keras bekerja hingga tidak memperhatikan kondisi kesehatannya. 

Tadi mama nya menolak untuk di bawa ke rumah sakit karna katanya tidak punya uang. Tapi untungnya Indri punya simpanan, gadis itu memang menabung untuk biaya kuliah, dia tidak mau terlalu membebankan orang tuanya ketika nanti mau mendaftar, apalagi Indri mengincar universitas kedokteran yang sudah tidak asing lagi pasti biaya masuknya sangat mahal. 

Tidak lama dokter keluar dari ruang inap, Indri berdiri dan memberi sapa pada sang dokter, " Mama saya baik-baik aja, kan, dok ?"tanya Indri sedikit khawatir. 

"Jangan khawatir. pasien hanya mengalami kelelahan, tapi beliau harus di rawat inap dulu sampai kondisinya kembali pulih. mungkin besok baru bisa pulang ke rumah"Kata Dokter itu. 

Indri menghela nafas lega, "Makasih dokter"ucapnya. 

Setelah dokter itu pergi Indri buru-buru masuk ke dalam ruangan. Ruang tempat mama nya di rawat berada di kelas 3 dimana dia di rawat bersama pasien lainnya. Indri ingin mamanya di tempatkan di ruang yang lebih bagus namun uangnya tidak memadai. 

"Mamah"Indri menghampiri Lia mamanya yang sedang tiduran di atas brangkar. Lia menoleh dan tersenyum melihat putrinya. Indri mengambil satu tempat duduk yang tersedia lalu duduk di samping brangkar ibunya. 

"Maafin mama ya, uang tabungan kamu jadi kepakai buat biaya berobat mama"Kata Lia merasa bersalah. 

Indri menggeleng, "Gak apa-apa kok. mama kan lagi sakit, Indri bisa nabung lagi nanti"jawabnya. 

Lia merunduk sedih, "Maaf ya, sayang. mama gak bisa bikin kamu bahagia. mama gak bisa kasih keluarga yang utuh. harusnya di umur segini kamu lagi nikmatin masa muda, biar orang tua kamu yang biayain hidup kamu, bukannya bikin anaknya berjuang sendirian gini. kamu pasti capek ya ?"katanya. 

"Kok gitu ngomongnya, mah ? Indri gak apa-apa kok. Indri malah bersyukur karna Indri tumbuh dewasa lebih cepat di banding anak lainnya."Ucap gadis itu sambil memegang tangan sang ibu.

"Di umur segini Indri udah tahu rasanya berjuang buat hidup Indri sendiri. Indri juga gak mau jadi anak manja yang ngandelin orang tuanya terus"Katanya lagi membuat sang ibu tersenyum mendengarnya. 

"Mama bangga punya putri kaya kamu. Jangan sampai rapuh ya, nak."Ucap Lia sambil menatap putrinya dalam-dalam.

~

Saat di sekolahnya Indri di panggil oleh kepala sekolah untuk bicara di ruang guru. Gadis itu awalnya takut, dia sampai memikirkan apa dia berbuat kesalahan belakangan ini hingga di panggil begini. Namun kekhawatiran itu sirna saat dia mendengar apa yang di ucapkan kepala sekolahnya itu.

"Kamu adalah siswi urutan kedua yang menyumbangkan banyak piala untuk sekolah, dri. bapak ucapkan banyak terimakasih"Kata Pak Zaenal. 

Indri tersenyum, "Sama-sama, pak. senang bisa mengharumkan nama sekolah"jawabnya.

"Ini tahun terakhir kamu sekolah di sma pancasila. bapak berharap kamu akan meneruskan pendidikan yang lebih tinggi. kamu anak pintar, kamu pasti punya masa depan yang cerah"Kata Pak Zaenal. 

Pesawat Kertas [TAMAT] Where stories live. Discover now