CINTA ATAU OBSESI ?

99 11 0
                                    

"Aku jadi ragu, kamu itu sebenarnya cinta atau hanya terobsesi karna aku sulit untuk kamu taklukan ?"

~


Pagi-pagi sekali, Indri sudah sampai di sekolah, ia duduk di bangku kelasnya, kelas masih sangat kosong karna baru pukul 06:30 pagi. Gadis itu sibuk mengerjakan soal-soal di buku LKS, bahkan yang bukan tugas guru pun dia isi lebih dulu.

Aidan masuk kelas dengan menggendol tas nya di pundak kanan nya, dasi nya hanya dia sampirkan di lehernya tanpa di ikat. Aidan menyugar rambutnya ke belakang. Saat melihat Indri yang sedang fokus pada buku-buku nya, cowo itu menyunggingkan senyuman.

"Emang gak salah dateng sekolah pagi." ucap Aidan sambil duduk di bangku samping Indri.

Indri menoleh ke samping, gadis itu tersenyum, Aidan terkekeh, tumben sekali indri memberikan senyuman di pagi hari. Biasa jika bertemu di pagi hari gadis itu selalu memberinya wajah masam.

"Masyallah, cantik banget senyum nya kaya bidadari." Puji Aidan. 

Indri melunturkan senyumannya dan kembali menunjukan wajah galak pada Aidan. "Jangan kebiasaan." 

"Lah, kenapa?" tanya Aidan bingung.

"Ngegombal pagi-pagi." saut Indri.

Aidan tertawa, "Gak apa-apa. Kan'gombalnya cuma buat kamu." goda Aidan lagi.

Indri hanya menggeleng lalu kembali fokus pada buku LKS di hadapannya. Sementara Aidan mulai duduk di bangkunya yang terletak di belakang bangku Indri. Dari kelas sepuluh sampai dua belas, Aidan selalu memilih bangku yang letak nya tidak jauh dari bangku Indri. Entah itu di belakang atau di samping Indri, pokoknya harus dekat dengan Indri. Selain karna ingin berdekatan dengan si gadis pujaan hati, alasan lain nya agar mudah meminta contekan pada indri.

"Dri. Liat PR matematika, boleh gak?" Tanya Aidan pelan, takut-takut kena marah Indri karna selalu minta contekan. Namun tanpa di duga cewe itu langsung memberikan buku matematika yang berisi soal dan jawaban nya pada Aidan.

"Buruan catet, gak pake lama." kata Indri.

Mata cowo itu berbinar menatap Indri. "Lo kenapa, deh? gua merasa lo baik banget hari ini." tanya Aidan sambil mengambil buku catatan Indri lalu mulai menyalin PR-nya. 

"Ucapan terima kasih." saut Indri.

Kening Aidan mengernyit."Buat?" Tanyanya.

"Udah nolongin gue kemarin waktu mau di pukul ayah." sautnya tanpa menatap Aidan. Entah sedang menulis apa dia di buku LKS nya. Banyak soal yang dia kerjakan padahal bukan tugas, begitulah gadis pintar yang satu ini jika sedang tidak ada kerjaan lain.

Aidan mengangguk, "Maaf ya, gua udah ikut campur kemarin."

Indri menoleh dan menatap Aidan dengan perasaan tidak enak."Gak apa-apa. Justru gua yang makasih. Kalau gak ada lo, pasti makin kacau situasinya kemarin."

Jujur saja Indri malu karna satu temannya tahu bagaimana kondisi keluarganya. Selama ini, tidak ada yang tahu masalah dalam keluarga Indri. Teman-teman terdekatnya saja hanya tahu kalau mama dan ayahnya bercerai tapi tidak tahu keadaan keluarga Indri lebih dalam. Mereka tidak tahu alasan ayahnya meninggalkan dia dan mama karna menikahi perempuan lain yang membantunya menaikan jabatan. Orang-orang juga tidak tahu bahwa mama mengalami depresi dan Indri harus mengurusnya sendirian dan membantu mama sembuh. Dia malu dengan kondisi keluarganya yang sehancur itu. 

"Jangan cerita ke siapa-siapa ya, soal orang tua gue." Ucap Indri yang kini menatap serius pada Aidan. 

Cowo itu menghentikan kegiatan nya dan menatap Indri. Kini, Aidan bisa melihat sisi lain pada wajah gadis itu. Baru dia tahu bahwa Indri memiliki beban seberat itu. Selama ini Aidan melihatnya seperti gadis pada umumnya yang mungkin ceria-ceria saja, yang hidupnya baik-baik saja. Indri pintar, sangat pintar dan juga cantik. Aidan pernah berfikir dimana letak kekurangan gadis ini? tapi nyatanya hidupnya tidak sebaik itu. 

Pesawat Kertas [TAMAT] Where stories live. Discover now