Additional Part 2

Start from the beginning
                                    

            Shafira menganggukan kepalanya. "Oke." Perempuan itu tersenyum pada Revaldo dan laki-laki itu mengacak-acak rambut Shafira.

~||~

            Niat Shafira untuk cuti kandas karena besok paginya perempuan itu memang tidak kerja, tetapi bukan karena cuti. Melainkan karena dirinya demam. Revaldo memaksanya untuk ke rumah sakit tetapi Shafira menolak dan meyakinkan Revaldo bahwa dirinya akan sembuh setelah istirahat dan minum paracetamol yang di beli laki-laki itu di apotik 24 jam.

            Atas bantuan ayah mertuanya, Shafira mendapat jatah libur 3 hari dengan surat dokter yang sudah dikirimkan ke kantor. Shafira bahkan sudah tidak peduli akan di anggap sakit atau absen di dalam system HRD kantor. Dirinya pun sudah mengirim chat kepada bu Ita untuk izin sakit dan tidak lagi membaca balasan dari atasannya itu.

            Selama dua hari di apartemen, Shafira hampir menghabiskan harinya di tempat tidur dan ke kamar mandi. Revaldo pun hanya ke restoran di pagi hari setelah membuatkan sarapan untuk Shafira dan memastikan istrinya minum obat kemudian kembali ke apartemen di jam makan siang.

            Ponselnya yang sudah dua hari di abaikannya itu berdering berkali-kali hari ini. Dengan malas Shafira mengambil ponselnya dan nama bu Ita tertera di layar ponselnya. Benaknya berkecamuk. Otaknya menyuruhnya untuk mengabaikan panggilan itu, tetapi hatinya meminta untuk mengangkatnya karena walau bagaimanapun Shafira masih memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaannya.

            Shafira menghela nafas. Otaknya mengalah. Perempuan itu akhirnya mengangkat telepon itu.

            "Hallo," ucapnya dengan suara serak.

            "Hallo, fir. Kamu apa kabar? Udah sehat?"

            "Udah lumayan bu. Ada apa ya?" tanya Shafira langsung to the point.

            "Syukurlah. Fir, kamu kira-kira besok bisa masuk gak? Saya tau kamu dapet 3 hari buat istirahat dari dokter. Tapi saya perlu kamu jam 10 pagi besok."

            "Memangnya ada apa ya bu?"

            "Saya mau minta kamu ke kantor Mercedes benz, ketemu sama managing directornya untuk wawancara. Inget kan saya pernah bilang goals divisi corcomm itu bisa wawancara managing director Mercedes benz karena kita terpilih untuk ngurusin advertising mobil baru mereka di Indonesia? Nah ini kesempatan kita Fir. Dan kalau besok kita gak bisa wawancara, saya gak tau lagi kapan dia available."

            "Memang Amelia gak bisa bu?" tanya Shafira pelan. Shafira merasa mewawancarai seorang executive dengan kondisinya yang tidak prima bukanlah pilihan yang tepat.

            "Fir, Amel kan masih junior staff. Saya belum bisa ngasih tugas ini ke dia, apalagi ini eksklusif banget."

            "Ibu ikut saya juga?" tanya Shafira yang sebetulnya ingin menanyakan kenapa tidak atasannya saja yang bertemu dengan managing director Mercedes benz itu. Shafira tidak mengerti kenapa harus dirinya yang pergi karena walaupun pernah mewawancarai beberapa pejabat perusahaan yang bekerja sama dengan mereka untuk majalah kantor, tetapi Shafira juga belum pernah mewawancarai seorang pejabat perusahaan secara formal dan langsung. Yang biasa Shafira lakukan adalah mewawancarai mereka saat event mereka di adakan, atau produk mereka di luncurkan.

            "Nah itu dia, Fir. Saya juga gak bisa. Saya ada undangan pertemuan perwakilan advertising agency di kuningan bareng anak sales."

            Shafira mengerutkan keningnya. "Jadi saya pergi sendiri ya bu? kalau gitu Amel ikut saya aja bu, sekalian dia belajar." Ujar Shafira mulai paham maksud dan tujuan bu Ita memaksanya untuk kerja.

His PromisesWhere stories live. Discover now