23 - Benci Sekali

Start from the beginning
                                    

Dil, gue balik sore ini.

baik

Senja gimana?

gak gimana gimana

Yakin?

yakin

Waktu gue tinggal, dia demam
kayanya. Lo ga cek lagi?

nanti lagi, sat
gue udah mau berangkat
/seen

Dila berdecak. Melempar ponselnya kesal hingga kedua orang tuanya saling tatap. Sang ayah meneguk kopi hitamnya, memandang Dila yang terlihat menekuk wajah. "Kenapa, sayang?" dia bertanya, lembut sekali. Takut membuat putrinya semakin kesal.

Cewek itu menggeleng, lantas berdiri dari duduknya. "Papa udah, 'kan?"

"Ayo berangkat,"

"Nasinya?"

Lagi lagi dia menggeleng. Meraih ponsel diatas meja dengan sedikit  urakan. "Ma, berangkat dulu."

Wanita yang dipanggil mama itu tergopoh, mengangsurkan kotak makan padanya dengan sedikit memaksa. Dila mengernyit, "Buat aku? Nggak, ah!" dia menyodorkan kembali kotak makan itu pada sang mama.

"Bukan buat kamu," kata wanita itu mendorong balik kotak bekal berisi roti isi pada putrinya. "Kasih Senja. Itu pakai ekstra keju, jadi dia pasti suka."

Sudut bibir Dila terangkat, decak kecil yang nyaris tak terdengar menjadi saksi betapa dia kesal dengan semua orang yang asik memikirkan Senja. "Nanti pulang sekolah ajak dia main ke rumah. Mama kangen."

"Kita makan malam bareng aja, gimana? Papa bisa pulang awal hari ini." cewek itu menoleh tak santai, menatap orang tuanya bergantian dengan kedua alis menukik.

"Kemarin aku ngajakin makan diluar katanya sibuk. Kenapa sekarang malah nawarin?" ujar Dila kesal pada laki-laki berjas biru disampingnya. "Dua hari lalu sibuk. Hari ini sudah tidak, jadi gimana?"

Mama Dila mengangguk kuat sekali. Tersenyum seolah begitu senang, "Boleh, Dila nanti izin sekalian sama ayahnya Senja. Baru kita keluar makan."

Tak banyak yang tau tentang betapa buruknya hubungan Senja dan sang ayah, termasuk keluarga Dila. "Atau kita aja yang jemput nanti? Gimana menurut mu, Dil?"

Meninggalkan kedua orang tuanya, cewek itu bersedekap dada sembari menjauh dari mereka. "Yang anaknya siapa, sih? Gue apa Senja?"

•••••

"Tunggu sebentar lagi, gue bakal peluk lo."

Nathan memandang punggung gadis kesukaannya lamat, lama sekali hari berganti. Memangnya semesta tidak tau jika dia sudah terlampau rindu dengan manusia yang satu itu. "Aku kangen,"

Manik hazel miliknya menyorot sendu, berubah sedikit lebih tajam kala sang gadis didekati beberapa orang.

"Senja," yang dipanggil melirik tanpa menggerakan kepalanya. "Ada yang mau ngomong sama lo, Ja."

Mega tersenyum, sedikit lebih manis dari biasanya. Karena dia sedang mengusahakan agar suasana nya bisa lebih baik dari kemarin.

Danum SenjaWhere stories live. Discover now