11 - Kenapa Nggak Coba?

478 142 339
                                    


•••••

Bukan trauma tapi pilihan.

•••••


Hujan. Lagi-lagi adalah alasan yang membuat mereka kembali didekatkan. Itu adalah sinyal restu semesta? Atau hanya kebetulan semata? Entahlah. Sekarang Nathan harus memilih antara bersyukur atau khawatir.

Jalanan senggang karena waktu yang sudah terlalu malam, ditambah rintik hujan yang sudah mereda bahkan tak membuatnya tenang.

Senja terus saja menggigil. Bibir gadis yang duduk disampingnya itu bergetar dengan wajah pucat pasi. Sudah berapa kali ini terjadi semenjak pertemuan mereka? Berkali-kali sepertinya.

"Lo denger gue? Kita cek ke rumah sakit, ya?" ucapnya berusaha membujuk Senja yang sepertinya berusaha mempertahankan kesadaran.

Gadis itu menggeleng. Keringat dingin masih membasahi keningnya, tubuhnya gemetar tak karuan meski Nathan sudah melekatkan jaketnya untuk Senja.

"K-ketan...,"

Suara lemah milik gadis itu membuat Nathan kehilangan fokusnya. Dia menoleh, mendapati Senja yang menatapnya dengan mata setengah terpejam.

"Sebentar, Ja. Sebentar lagi," Nathan meraih tangan Senja yang amat panas. Dia genggam erat. Sangat erat.

Gadis itu tersenyum samar. Harus seperti ini untuk mendapatkan perhatian? Harus sesakit ini agar merasa disayang? Andai yang disini adalah keluarganya. Andai yang khawatir adalah Abi atau sang ibu. Dia yakin tak masalah untuk terus menanggung sakit demi itu.

"Kayaknya---gue dijemput bentar lagi, lo bakal nangis nggak?"

Nathan mengeratkan gengamannya. Sedikit terpancing dengan maksud ucapan Senja. "Kemana? Siapa yang berani rebut lo dari gue? Lo nggak akan kemana-mana."

Gadis itu menatap tangannya yang berada dalam genggaman Nathan. Dia harus bahagia atau takut sekarang ini?

"M-mau titip pesan, nggak?" kekehnya tanpa menatap mata cowok itu.

"Pesan apa?"

"Ada kemungkinan gue ketemu sama Tuhan duluan--"

"Senja!"

Si pemilik nama mengangguk sekali dengan senyum yang dipaksa. Lucu sekali manusia satu ini.

"Jangan kerumah sakit."

"Kita harus kesana,"

"Gue nggak mau."

"Lo harus mau."

Dia tak tau apa yang salah. Tubuhnya makin tak karuan sekarang. "Gue ada penawaran---" Nathan menatapnya sekilas, dengan tatapan tak bersahabat tentunya.

"Langsung pulang, kita pacaran."

Nathan berdecak. Menatap tajam gadis disampingnya, "Cewek sialan!" desisnya tak habis pikir dengan jalan pikiran Senja.

•••••


"Nggak ketemu apa-apa! Admin agensi yang ibu gue ambil hilang, Dit. Orangnya kabur. Polisi bahkan belum bisa dapat informasi lebih lanjut tentang ini,"

"Sekarang keberadaan ibu nggak jelas. Gue harus gimana?"

Seharian ini Abi gila karena masalah yang lagi lagi senang sekali menghampiri hari-harinya.

"Kita bisa cari tau lewat informasi yang ada. Lokasi terakhir kali nyokap lo kirim? Atau kapan terakhir kali nomor Bu Afni aktif?" hanya Adit yang berani bersuara disana.

Danum SenjaWhere stories live. Discover now