17 - Better Than What?

576 108 161
                                    


Yang cantik banyak, tapi yang katanya cantik itu nggak bisa bikin gue cinta.

-Nathan Immanuel

•••••


"Ngetuk pintu dulu nggak bisa?" keluh Nathan yang terkejut atas kedatangan sang sahabat.

Cowok yang berbaring diatas ranjang besar itu melirik Arka yang cukup mengejutkan kegiatan melamunnya.

"Rumah gue, bangsat." seru Arka sembari melepas dasi abu miliknya yang terasa mencekik.

Nathan yang disembur menampilkan cengiran tak berdosa. "Dari mana lo semalem?" disempatkan untuk menatap sang sahabat disela kegiatan ganti bajunya.

"Club," jawab Nathan. "Mabok lagi?"

Cowok yang masih nampak berantakan itu menggeleng pelan. "Terus kenapa nggak balik rumah?"

"Ada urusan bentar," sebuah decakan kecil lolos dari bibir Arka. "Lo itu pengangguran. Kerjaan lo cuma ngabisin duit bokap sama ngejar-ngejar cewek nggak jelas itu, 'kan?"

Nathan melotot tak terima, meski pernyataan itu sepenuhnya benar. "Cewek nggak jelas? Senja itu jelas, jelas banget cantik."

"Cih, buta."

"Sirik banget lo, babi!"

Kening Arka mengerut. "Gue? Sirik sama lo?" dia mengangguk mengiyakan."Skip, cewek yang jauh jauh lebih cantik dari dia banyak."

Satu gamparan keras mendarat dikepala sang sahabat. "Senja itu cantiknya beda. Lo yang mandang fisik ngerti apa?"

"Secara tidak langsung lo mengakui, kan, kalau banyak yang lebih cantik dari itu cewek?" Nathan nampak menggebu mendengarnya, enak sekali mulut manusia satu ini.

"Banyak emang, tapi yang bisa bikin gue suka cuma dia." begitu katanya, "Yang kata lo cantik banget aja bisa apa?"

"Orang kalau udah terlanjur tolol mau diapain juga tetap nggak ketolong." pada akhirnya dia akan tetap kalah dengan gelombang kasmaran yang menimpa seseorang.

•••••


Masih dihari yang sama, diwaktu yang berbeda. Nathan, remaja laki-laki itu nampak mencurahkan segala waktunya demi selalu ada untuk Senja. Karena dia yakin jika sang gadis masih dalam keadaan yang tak benar-benar baik saat ini.

Senja pasti terguncang setelah kejadian semalam, dia yakin itu.

"Udah bangun?" pertanyaan yang sama Nathan lontarkan, sebelumnya dia bertanya melalui panggilan dengan Dila.

"Udah, gue kasih dia waktu sendiri dulu."

Tampak kedua alis cowok itu nyaris bertaut mendengarnya. "Harusnya lo temenin dia, ajak Senja bicara biar dia lupa."

Dila menghentikan langkahnya. Berbalik menatap Nathan yang mengekor dibelakang, "Gue lebih tau dia dari pada lo, Nath."

"Gengsi Senja itu setinggi langit, dia nggak akan langsung mau cerita. Apalagi diajak bicara sebagai metode pengalihan, Senja nggak bisa digituin." jelas cewek dengan rambut dikepang itu dengan raut menyakinkan.

"Lebih tau? Lo bahkan tau masalah hutang bokapnya dari gue, Dil." Nathan menjawab datar tapi menyudutkan. Membungkam Dila yang sebenarnya juga tidak bermaksud membandingkan dirinya sebagai sahabat dengan Nathan sebagai orang yang mengincar Senja.

Danum SenjaWhere stories live. Discover now