03 - Sadar

714 154 138
                                    


•••••

Kenapa? Mau jadi rumah gue?

•••••

Senja dan Dila berjalan berdampingan, tujuannya jelas kantin.

Tapi siapa sangka kantin yang dalam jam ini harusnya sepi malah terlihat ramai. Apalagi kebanyakan adalah perempuan.

Senja menghentikan langkahnya, "Yakin mau kesana?"

"Yakin mau pulang dengan perut kosong?"

Gadis itu berdecak pelan, tak seramai itu memang. Tapi dia melihat keberadaan Vaza dan Laurent disana.

Kakak kelas yang selalu saja mencari kesalahan dan kekurangan orang-orang hanya untuk dijadikan bahan bully.

Kemungkinannya cuma dua, mereka ada sasaran baru atau dapet mangsa. Hanya dua kemungkinan itu yang biasanya terjadi.

Sasaran artinya cowok ganteng incaran semua orang yang tengah berusaha mereka taklukan. Vaza lebih tepatnya, karena Laurent sudah memiliki kekasih.

Dan mangsa, berarti anak-anak yang bisa dikatakan sebagai siswa bully-able.

Biasalah, kalau otak nggak bisa apa-apa mereka akan cari perhatian lewat 'kegaduhan' supaya dianggap orang berbahaya dan berkuasa.

Tak ada yang salah, keduanya hanya sedang makan tanpa melakukan drama musikal.

Pantas saja kantin ramai, karena beberapa kelas yang mendapat jam kosong.

Senja berjalan lebih dulu, diikuti Dila yang sedang berusaha menyamakan langkahnya.

Mereka melewati meja Vaza dan Laurent dengan mulus, cukup beruntung bisa dibilang.

"Mau apa?" tanya Dila begitu mereka berdiri disalah satu stand, "Mau dia," jawab Senja dengan cengiran yang membuat kedua matanya ikut menyipit.

"Kumat!"

Dia tertawa, lalu menatap beberapa kandidat makan siangnya. "Gue soto aja,"

"Bu, sotonya dua, es teh satu, es jeruk satu."

Mereka menunggu, tak berselang lama hingga makanan mereka siap. Keduanya tersentak kaget begitu seorang cowok hampir saja menabrak Senja.

"Jalan liat-liat, kuah panas, nih!" geramnya sambil berusaha membuat kuah dalam mangkok itu kembali tenang.

"Maaf, gue nggak sengaja." akuh sang cowok dengan tangan penuh, sama seperti kedua gadis itu.

"Eh! Nggak punya temen, lo?" Dila tersenyum jahil, sedangkan Senja yang sejak tadi sibuk dengan makanannya kini mendongak.

Si anak baru, batinnya.

'Nathan Immanuel M.' itu adalah nama yang setidaknya Senja lihat di seragam sang cowok.

"Belum, nanti cari. Sekarang makan dulu," sahut Nathan dengan senyum ringan. Senja tersenyum samar melihatnya, "Disini semuanya mandang fisik, lo aman pasti."

"Kalian juga?"

Dila mengangguk dengan kekehan kecil, "Iyalah."

Senja mencebik, "Kambuh lagi friendly-nya." Dila masa bodo dengan julukan itu, dia hanya bersikap ramah bukan gampangan.

Gadis dengan rambut dicepol asal itu pergi lebih dulu, malas jika sudah terjebak dengan Dila dalam mode begitu. Betah.

"Gabung aja sama kita, gue bantu lo hapalin semua nama murid disini."

Danum SenjaWhere stories live. Discover now