Chapter 1

70.9K 4.4K 35
                                    

©Claeria


Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Membukanya lalu menutupnya kembali.

Sudah tiga kali aku mengulangi proses ini, tetapi pemandangan di depanku tidak kunjung berubah. Aku terbangun dengan langit-langit berwarna putih di depan mataku. Kamarku juga memiliki langit-langit berwarna putih, tapi lampunya tidak sebagus ini.

Apakah aku masih bermimpi?

Ketika pikiran itu melintasi otakku, kepalaku buru-buru protes. Rasa pusing langsung menghujam kepalaku, membuatku meringis. Baiklah, ini bukan mimpi. Kepalaku bisa merasakan dengan jelas rasa sakit ini. Kata orang, kita tidak bisa merasakan rasa sakit di dalam mimpi, kan?

Sambil memegangi kepalaku yang pening, perlahan aku mencoba bangkit untuk duduk. Ketika posisiku sudah benar-benar duduk, selimut putih yang menutupi dadaku lalu jatuh terkulai. Angin dari pendingin ruangan langsung menyapa kulit dadaku yang terekspos, membuatku menggigil—

Sebentar.

Kenapa kulit dadaku bisa terekspos?

Sebentar, ada sesuatu yang salah di sini.

Aku harus memastikan dengan benar. Aku lalu menggigit bibirku dan memejamkan mata. Dalam hitungan ketiga, aku akan membuka mata. Piyama warna biru langitku pasti ada di sana, membalut tubuhku dengan hangat.

Satu.

Dua.

Tiga.

Aku membuka mataku lebar-lebar dan menatap ke arah dadaku sendiri. Jantungku langsung berdebar dua kali lipat lebih cepat. Bukan piyama biruku yang aku temukan di sana. Bukan blus kerja yang mungkin lupa kutanggalkan karena aku ketiduran atau kaus oblong kepanitiaan masa kuliah yang sering kupakai tidur. Aku bahkan tidak menemukan sehelai kain pun melekat di tubuh bagian atasku!

Dengan tangan gemetar, aku lalu meremas selimut yang masih menutupi bagian pinggang ke bawah. Perlahan, aku mengangkatnya. Tanpa sadar, aku menelan ludah.

Tolong, semoga ini bukan seperti adegan di film yang pernah aku tonton.

Ketika melirik tubuh bagian bawahku, rasanya aku ingin pingsan saja. Jantungku rasanya turun ke lambung dan aku ingin menangis.

Aku buru-buru mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Sungguh, kali ini mataku benar-benar terasa panas.

Blus, rok, bra, dan celana dalamku aku temukan dalam kondisi berserakan di lantai. Aku langsung turun dari ranjang, menutupi tubuhku dengan selimut tebal. Kupunguti satu per satu pakaianku. Sambil mengenakan pakaianku dengan buru-buru, aku lalu melihat lagi ke sekeliling.

Tidak ada satu orang pun yang bersamaku di ruangan ini, termasuk di ranjang yang tadi kutempati. Aku meringis sendiri melihat kondisi ranjang itu. Benar-benar berantakan, seperti baru saja ada peperangan yang terjadi di sana.

Ketika aku baru selesai menarik ritsleting rokku, sayup-sayup suara gemericik air menyapa telingaku. Sontak, aku langsung menoleh ke arah sumber suara dan menutup mulutku dengan kedua tangan.

Bodoh sekali, Sheren! Ada orang di kamar mandi!

Otakku langsung menawarkan pilihan tindakan berikutnya yang harus aku ambil. Yang pertama, duduk diam di kamar ini dan menunggu hingga orang di kamar mandi, yang kemungkinan adalah partnerku tadi malam, keluar dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Yang kedua, kabur secepat-cepatnya, menganggap tidak ada apa pun yang terjadi tadi malam, dan melanjutkan hidupku seperti biasanya.

Dikejar Pinangan Mas Shua [COMPLETED]Where stories live. Discover now