Suhaila / 11

10 3 0
                                    

***

Enjoyy baby!!

***

Bulan terbangun dari tidurnya.
Bulan mengambil ponsel ingin melihat jam, namun betapa terkejutnya Bulan, dia bangun jam 12 siang.

"Aih.. bagaimana bisa selama ini. ashh" Bulan bergumam kemudian memegangi kepalanya. Terasa nyeri.

"Aku terlalu banyak menangis semalam. Tapi kenapa bapak enggak bangunin aku yaa"

Bulan keluar kamar. Namun sudah ada Dika disana.

"Bulan.." ucap Dika beranjak dari duduknya dan menghampiri Bulan.

"Bulan.. aku kangen" ucap Dika ingin memeluk Bulan namun ditepis pelan oleh Bulan.

"Mau apa datang ke sini?" tanya Bulan tanpa menatap Dika.

"Aku merindukanmu Bulan, sangat rindu" jawab Dika.

"Aku sedang tidak enak badan, aku ingin istirahat. Jadi pulanglah" balas Bulan, masih tidak mau menatap Dika.

"Kenapa Bulan, aku ingin memelukmu.. sebentar saja" ucap Dika sambil mengusap pipi Bulan maksudnya, namun ditepis oleh Bulan.

"Apa maksudmu kenapa? aku pikir kamu sudah tau, dan aku juga sudah cukup tau. dan sekarang, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih sebanyak banyak nya atas perlakuan mu padaku selama ini Dika. aku sangat sangat berterima kasih. Aku tidak tau bagaimana cara ku untuk membalas semua perlakuan baikmu padaku dan Bapak. dan, terimakasih atas perasaan yang sudah kamu berikan padaku.. maaf, aku belum begitu sempurna untukmu, dan mungkin tidak layak untukmu Dika.. maaf kan aku" ucap Bulan sembari terisak pelan.

Dika tidak mengatakan apapun dan hanya tertunduk..

Dika lemas, hingga menjatuhkan dirinya.
Dika memeluk tubuh Bulan, kemudian menangis sejadi jadinya.

Bulan mencoba mengelus rambut yang sejajar dengan perutnya itu.

Bulan sangat hancur ketika melihat Dika pagi ini.
Dan sekarang Dika menangis di hadapannya.
membuat perasaan Bulan semakin tak karuan.

"Bulaan.." ucap Dika pelan, yang masih terisak.

"Aku menyakiti mu Bulan, aku menghancurkan mu, aku membuatmu menangis semalaman.. aku.. maafkan aku" ucap Dika yang masih menangis, bahkan tidak bisa mengatakan apapun.

"Bangun lah Dika, kumohon jangan seperti ini, jangan menangis" ucap Bulan, membuat Dika berdiri.

Wajah Dika terlihat begitu lesu, karena menangis.

"Tak apa, aku sudah mencoba menerima semua ini Dika. dari awal aku sudah menyiapkan diri untuk ini. Tidak perlu menangis seperti ini, aku tidak apa apa.. jangan menangis lagi okey?" ucap Bulan sembari tersenyum membuat hati Dika semakin teriris.

Dika memeluk Bulan erat, sangat erat. Bahkan tidak ingin melepaskannya.

Dika merindukan Bulan, sangat rindu.
Begitupun Bulan, yang begitu merindukan Dika.

"Sudah Dika.. lepaskan aku, kumohon.." ucap Bulan sembari berusaha melepas pelukan itu.

"Kenapa Bulan, kenapa?? kamu begitu melepaskan ku.." ucap Dika menatap mata Bulan dalam.

"Tidaak, jangan berfikir begitu.. aku hanya ingin menjaga perasaan tunanganmu.. cincin ini, sangat cocok ditanganmu.. lihat" ucap Bulan sembari mengambil tangan Dika dengan cincin pertunangan yang indah disana.

Dika melepaskan tangan Bulan dan melepas cincin itu.

"Lupakan cincin itu Bulan, berhenti berperilaku seolah kamu baik baik saja atas semua yang aku lakukan padamu. aku hanya ingin kamu Bulan, aku hanya mencintai mu, tidak ada yang lain" ucap Dika.

"Dikaa... Aku tau kamu memiliki alasan dibalik semua ini. Aku mengerti. jangan pernah membantah apa yang sudah direncanakan oleh orang tua mu. Sesungguhnya itu adalah pilihan terbaik untukmu.. percayalah, aku memang tidak apa apa" ucap Bulan mengusap pipi Dika yang basah karena air matanya.

"Bulan berhenti, tolong jangan seperti ini. Tolong jangan membuat aku sakit. aku juga sakit Bulan. Melihatmu terjatuh saat melihat ku kemarin membuat hatiku sangat hancur. Melihat brama dan vania yang membawamu ke rumah sakit juga menghancurkan hatiku. Rasanya aku ingin berlari dan memelukmu Bulan. aku punya alasan kenapa aku melakukan semua ini" ucap Dika.

Bulan tersenyum namun hatinya hancur.

"Maafkan aku, jika di hari bahagiamu kemarin, aku justru seolah menjadi beban untukmu.. pulang lah, aku yakin.. calon istrimu mencarimu." ucap Bulan sembari membuka pintu rumahnya.

Dika masih terdiam di tempatnya dan menunduk.

"Kenapa, kenapa kamu seperti ini.. kenapa Bulan" tanya Dika terlihat menyedihkan.

Bulan melihat mobil hitam berhenti di depan rumah nya.

Bulan heran, namun menebak siapa yang datang.

Yaa, tepat. Sofia lauren, calon istri Dika. Kekasihnya.

"Hai, apa Raditya disini? Aku sofia, calon istri Raditya." ucap sofia.

"Aku Bulan. Calon suami mu ada didalam, tapi tenanglah.. kita hanya mengobrol sebentar.." jelas Bulan.

"Tenanglah, aku percaya pada calon suamiku.. Sayaang.. kamu didalam?" ucap Sofia kemudian masuk ke rumah Bulan.

"Loh, kamu kenapa? Terus ini cincin nya kok ada di sini" tanya Sofia bingung.

"Tenanglah, tidak perlu khawatir" balas Dika.

Bulan menggigit erat bibir bawahnya kemudian tersenyum miris melihat mereka berdua.

"Yasudah, mari pulang.." ucap Sofia diikuti Dika pergi dari rumah Bulan.

Tangan Dika menggenggam tangan Bulan sebentar kemudian melepasnya dan pergi.

Bulan tak kuasa menahan air matanya.
Bulan menutup pintu rumahnya, dan kembali menangis di belakang pintu itu.

"Kembalilah Dika, aku ingin memelukmu lebih erat. Bahkan aroma mu masih bersamaku disini" Batin Bulan.

Entahlah sudah berapa banyak tetes air mata Bulan yang keluar dari kemarin. Sudah sangat banyak dan melelahkan..

***

Maaf kalau enggak ada feel nya hehehew

***

SuhailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang