Suhaila / 7

11 3 0
                                    

***

Haiii.... Enjoy:))

***

Sore ini Bulan pergi ke restoran itu dengan pakaian yang lebih rapi dari biasanya.

Bulan selalu rapi, tapi kali ini dia terlihat lebih sempurna dari biasanya.
Dia mendandani wajahnya dengan amat cantik hari ini.

"Selamat pagi eneng cantik, kok ada yang beda.. apa yaa" ucap pak satpam restoran atau biasa dipanggil pak slamet.

"Pagi pak.. apa yang beda hayo" ucap Bulan.

"Aahhh tumben menggerai rambut mu? biasanya selalu terikat rapi" ucap pak slamet.

"Apa salahnya jika aku ingin tampil beda, hahaha.. semangat bekerja pak slamet" ucap Bulan sembari tersenyum dan masuk ke restoran.

Membuat pak slamet terdiam dan tersenyum.
Semakin hari, Bulan terlihat semakin semangat dan lebih ceria.

"Pagi van.." sapa Bulan pada teman dekatnya di restoran, Vania.

"Haii pagi.... Umm, kaya ada perubahan.." ucap Vania sambil menyipitkan matanya.

"Apa sih apa" ucap Bulan sembari memakai celemeknya.

"Rambut yaa.. kelihatan bagus banget ini rambutnya umm mauu" ucap vania sambil memegangi rambut panjang milik Bulan.

"Aku memang sengaja mengurai nya hari ini. Apa itu kelihatan aneh?" tanya Bulan.

"Tidak tidak.. ini menambah kecantikanmu, percayalah" jawab Vania.

"Ahh terimakasih van.." balas Bulan
Dan mereka kembali bekerja.

*Jam makan malam.

"Makan malam bersama lagi?" tanya Vania pada Bulan.

"Baiklah, ajak Brama juga" ucap Bulan.

"Itu Brama, kenapa kelihatan lesu sekali dia. Seperti tidak ada semangat bekerja." ucap Vania.

Brama berjalan dengan lemas menghampiri mereka. Seperti tidak ada semangat bekerja. Tidak seperti biasanya.

"Kak Brama, kamu sakit?" tanya Bulan.

"Tidak" ucap Brama singkat.

"Bram, ada apa? Apa ada masalah?" tanya Vania.

"Tidak ada. Apa kalian ingin makan malam? boleh aku ikut?" ucap Brama.

"Ya memang kita berniat mengajak kamu, tapi kita lihat seperti kamu sedang ada masalah" jawab Bulan.

"Tidak Bulan. Kalaupun ada ini bukan masalah yang besar" ucap Brama sembari tersenyum.

"Yasudah, ayoo" ucap Vania.

Saat sedang ingin menyantap makanan masing masing, Dika datang untuk menghampiri Bulan tentu saja.

"Permisi, apa saya mengganggu?" ucap Dika membuat Vania, Brama dan Bulan reflek berdiri dan sedikit membungkuk hormat.

"Ah tidak perlu seperti itu" ucap Dika.

"Tidak menganggu sama sekali pak, ada apa ya?" tanya Vania.

"Saya ingin menghampiri Bulan, tapi jika memang Bulan tidak bisa, kalian nikmati saja" ucap Dika sembari melihat Bulan yang malu karena Dika menghampirinya.

"Tidak pak, Bulan bisa pergi sama bapak. Ya kan Bulan?" ucap Vania.

"O-oh iya iya, bisa pak" ucap Bulan.

"Yasudah saya bawa Bulan pergi, jika Bulan tidak kembali, mungkin saya membawanya terlalu malam dan saya mengantarnya pulang. Jangan khawatir. Terimakasih Vania, terimakasih Brama" ucap Dika, disertai anggukan oleh Brama dan Vania.

*Di mobil.

"Mengapa kamu terlihat malu tadi di depan mereka?" tanya Dika.

"Kenapa kamu datang tiba-tiba" ucap Bulan dengan suara pelan.

"Apa kamu marah?" tanya Dika sembari memelankan mobilnya.

"Tidak, jangan khawatir" ucap Bulan, belum mau menatap Dika.

Membuat Dika panik dan memberhentikan mobilnya.

"Ada apa, apa aku tadi terlalu berlebihan? Ketahuilah aku hanya ingin mengajak mu makan malam, dan.. aku merindukanmu. Apa aku salah?" tanya Dika.

"Tidak tidak.. aku hanya.." ucap Bulan terhenti.

"Apa, ada apa.. jangan membuat aku khawatir Bulan, katakan ada apa?" tanya Dika dengan wajah khawatir dan menangkup kedua pipi berisi milik Bulan.

"Tidak Dika, aku masih belum terbiasa saja.. ketahuilah aku juga merindukan mu" ucap Bulan sembari tersenyum dan memegang tangan Dika yang masih menangkup pipinya.

Dika spontan tersenyum dan memeluk Bulan.
Dibalas hangat oleh Bulan.

Dika kembali melajukan mobilnya.

"Apa kamu tahu, memilikimu itu adalah hal yang selalu aku bayangkan setiap malam.. membayangkan betapa beruntungnya aku memiliki wanita sepertimu. Sudah banyak kata yang aku panjatkan pada Tuhan, untuk bisa menggapai mu. Dan sekarang, aku mendapatkanmu. Perasaan beruntung itu terus ada dalam benakku." ucap Dika membuat Bulan tersipu tentunya..

"Kenapa kamu ingin memiliki wanita sepertiku?" tanya Bulan.

"Semua orang pasti punya alasan bisa suka sama seseorang. tapi,bagiku.. Kamu bukan satu hal yg bisa dideskripsikan secara singkat dan begitu saja. Kamu istimewa." jelas Dika membuat Bulan semakin salah tingkah.

"Kamu manis sekali, alasan mu tidak terasa basi.. aku menyukai itu" ucap Bulan.

Tiba-tiba mobil Dika berhenti di sebuah rumah besar yang sangat mewah.

"Rumah siapa ini, kenapa kita berhenti di sini?" tanya Bulan dengan perasaan yang tidak menentu.

"Aku membawamu untuk dikenalkan dengan keluargaku.." jawab Dika membuat Bulan semakin panik dibuatnya.

"Apa maksudmu Dika, bagaimana bisa kamu membawaku pada keluargamu dengan pakaian seadanya seperti ini, dan aku tidak membawa apapun.." ucap Bulan panik.

"Tenang, tidak perlu panik.. cukup ber attitude baik dan berkelas. Kita tidak membutuhkan penampilan yang mewah, kita butuh yang benar benar menunjukan bahwa diri nya adalah wanita yang berkelas" jelas Dika.

"Omong kosong apa yang kamu katakan, aku juga harus tetap berpakaian rapi Dika.." ucap Bulan masih panik tentunya.

"Tidak, ayo kita keluar" ucap Dika sembari keluar dan membuka kan pintu untuk Bulan.

"Tidak, aku tidak akan keluar" ucap Bulan.

"Keluarlah sayang, semua akan baik baik saja." ucap Dika.

"Tidak, kamu membuatku sangat ingin berteriak gila sekarang" ucap Bulan sembari menyilangkan tangan di dadanya.

"Sayang, percayalah padaku. Ini tidak akan menyeramkan, aku di sisimu.. ayo, jangan takut. Kumohon" ucap Dika dengan wajah merayu dan mengulurkan tanganya.

Bulan keluar mobil dengan jantung yang berdegup kencang dan badan nya yang lemas.

Dika menggandengnya membuat perasaan Bulan sedikit tenang, hanya sedikit.

Entah apa yang akan terjadi di dalam, dia percaya pada Dika.. bahwa semua akan baik baik saja.

SuhailaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt