Suhaila / 8

8 3 0
                                    

***

Hai.. enjoy!!

***

Bulan berjalan masuk sembari digandeng manis oleh Dika..

Jantung Bulan semakin tidak karuan rasanya.
Takut, panik, dan semua pikiran menakutkan menghantui Bulan.

Namun genggaman ketenangan yang diberikan Dika memberikan sedikit ketenangan untuknya.

Sampai di ruang tamu.
Tatapan tertuju untuk mereka berdua.

"Malam, pa, ma, raya, cleo, rafael.." ucap Dika.

"Malam semuanya" ucap Bulan sembari tersenyum dan mengangguk.

"Malam Dika, malam nak.. duduklah dulu" pinta Papa Dika kepada mereka berdua.

"Dika.. ingin memperkenalkan, Dia.. Bulan. Kekasih Dika" ucap Dika penuh percaya diri.

Disertai anggukan canggung oleh Bulan.

"Bulan.. namanya indah" ucap Papa Dika.

"Terimakasih om" ucap Bulan sembari tersipu.

Namun Bulan masih merasa tidak nyaman dengan tatapan menyeramkan yang diberikan oleh Mama kekasihnya itu.

"Hai kak, aku raya.. adiknya kak Dika, yang pertama" ucap Raya sembari mengulurkan tanganya.

"Hai, aku Bulan" balas Bulan.

"Kakak cantik banget" ucap Cleo, Adik Dika yang paling kecil masih berumur 7 tahun.

"Terimakasih, kamu juga cantik" ucap Bulan sembari mengusap pipi cleo pelan.

"Bulan.." sapa Mama Dika membuat Bulan ketar ketir.

"Iya tante" jawab Bulan.

"Kamu lulusan apa? Sekarang sudah kerja?" Tanya Mama Dika membuat Bulan menelan ludahnya.

"Saya hanya lulusan SMA tante, saya juga sudah kerja di restoran milik pak rafael" jawab Bulan.
Memancing senyum di bibir Rafael yang menyimak pembicaraan sedari tadi.

"Oh begitu, sebagai apa? pelayan?" Tanya Mama Dika semakin membuat hati Bulan tidak karuan rasanya.

"Iya tante.. walaupun begitu, tapi saya senang diumur saya yang muda, saya bisa bekerja dan membantu ekonomi keluarga." jawab Bulan.

Dika tersenyum, kemudian mengelus rambut wanita nya itu.

"Aahh begitu, sebenenya saya ingin mencari menantu yang benar benar layak untuk anak laki laki saya. Namun ternyata dia memilih kamu. Entah dimana keistimewaan mu, sampai Dika terlihat begitu sayang padamu." ucap Mama Dika membuat hati Bulan terkikis. Namun Bulan mencoba tetap tersenyum.

"Mama ini bilang apa?" ucap Dika.

Bulan mencoba menenangkan Dika dengan mengelus tangan Dika lembut.
Dan memberi kode bahwa itu bukan masalah yang besar baginya.

"Dika.. sejujurnya Mama sudah punya calon yang lebih layak, dan pantas untukmu. Sederajat!" ucap Mama Dika.

Kata katanya yang pedas membuat semua orang diruangan itu terdiam.

"Mama.. Dika tidak butuh itu. Dika sudah memiliki pilihan Dika sendiri" ucap Dika.

"Apa kamu akan menikahi wanita itu tanpa restu dari ibumu? Tidak pantas" ucap Mama Dika kemudian pergi.

"Maa..." ucap Dika sembari ingin berdiri menyusul mama nya.

"Sudah.. itu urusan papa. Papa lebih suka Bulan dari pada wanita pilihan mama mu itu. Tenang ya Bulan. Dika tenangkan Bulan" ucap Papa bulan sembari menyusul istrinya itu.

Dika membawa Bulan keluar untuk menenangkan Bulan.

"Apa yang dikatakan mama mu ada benarnya kok, Aku juga tidak bisa egois" ucap Bulan dengan suara nya yang sedikit bergetar menahan tangis.

"Tidak. Apa yang kamu katakan, egois apa? Mama memang seperti itu" ucap Dika sedikit panik melihat raut wajah Bulan.

Bulan menunduk dan tidak menjawab.

"Bulan, kamu menangis?" ucap Dika.

Karena masih tidak ada balasan dari Bulan, dan Dika mulai mendengar isakan pelan dari Bulan, Dika memeluknya. Erat dan semakin erat.

"Apapun yang akan terjadi, aku tidak akan pernah mau mengikuti apa yang dikatakan Mama. Aku tetap milikmu, tenangkan dirimu. Jangan menangis. Hatiku sakit melihat mu menangis seperti ini" ucap Dika.

Bulan melepas pelukan itu pelan. Kemudian menatap Dika dalam.

"Apa aku harus percaya padamu" tanya Bulan.

"Percayalah padaku. Aku tidak akan pernah mengecewakanmu. Percaya padaku, hatiku milikmu"
ucap Dika, kembali memeluk Bulan erat.

***

Bulan tidak bisa tidur memikirkan apa yang dikatakan oleh Mama Dika tadi.

Dia sadar bahwa dia dengan Dika bagaikan pangeran dan rakyat biasa. Mereka jelas berbeda jauh.

"Apa aku akan menyerah.. aku cukup jatuh dengan perkataan Mama Dika tadi." gumam Bulan dalam hati.

*Ting..

Pesan masuk.

Ah ternyata dari Dika.

"Kamu sudah tidur? Aku merindukanmu" Dika.

Bulan tersenyum membaca pesan itu.

"Rasa rindumu sangat egois. Kita baru bertemu beberapa jam yang lalu" Bulan.

"Rasa rindu ini tidak egois Bulan. Dia merindukan orang yang tepat. Perasaan ini adalah perasaan istimewa. Apa kamu tidak ingin aku rindukan hm?" Dika.

"Jika aku bisa berbicara dengan rindu itu.. mungkin, aku akan bilang, bahwa jangan lelah untuk menjadi salah satu perasaan favoritku. Untuk orang favoritku:)" Bulan.

"Namun.. jika aku juga bisa berbicara dengan rindu itu.. aku akan mengatakan bahwa aku bisa membunuh rindu itu. Perasaan yang menemanimu setiap malam. Aku iri dengan nya" Dika.

Bulan tersenyum..

"Apa maksudmu?" Bulan.

"Aku juga ingin seperti rindu yang menemani wanitaku setiap malam. Merengkuh pinggangnya dan memeluknya erat." Dika.

Pesan yang dikirim kan Dika membuat Bulan menggigit jarinya dan berguling guling di tempat tidurnya.

"Huuuhh... tenang Bulan, tenang!" gumam bulan pada dirinya sendiri.

"Sudahlah, aku akan segera tidur. Aku besok akan masuk lebih pagi. Daa.. selamat malam<3" Bulan.

Bulan mematikan ponselnya, namun masih senantiasa tersenyum tersipu.

"Sudahlah Bulan, jangan seperti orang gila.. tidur tidur."

Disisi lain. Dika tertawa kecil membaca balasan pesan dari kekasihnya itu.

"Aku tau kamu tersipu.. percayalah Bulan. Jika kamu adalah satu satu nya wanita yang mampu membuatku lebih tenang ketika melihat senyum mu. Lebih bahagia dari sebelumnya. Aku mendapatkanmu" gumam Dika tersenyum kemudian memejamkan matanya.

Semuanya masih manis. Walaupun ada pihak yang tidak menyetujui hubungan keduanya. Dan dia adalah Mama dari Dika.

Tidak membuat mereka gentar untuk sekarang.

Dan semoga mereka tidak akan pernah menyerah untuk mempertahankan hubungan dan perasaan satu sama lain.

SuhailaWhere stories live. Discover now