"Besok, gue janji besok. Tolong, dengerin gue buat kali ini." Adit memohon. Abi belum benar-benar pulih. Opname hampir satu minggu nyatanya masih tak membuat Abi betulan sehat.

Dan hampir satu minggu itu juga, dia harus menahan diri agar tak menampar teman keras kepalanya. Abi terus merengek pulang dalam keadaan lemah begini.

"Danum, Dit... "

"Iya gue tau, tapi lo nggak akan sampai rumah dengan keadaan yang kayak gini."

Abi tak tenang. Firasatnya kali ini membuat dia hampir gila karena gelisah. "Dokter nggak kasih ijin. Pihak rumah sakit nggak mau ambil resiko dengan ngebolehin lo cabut." timpal Dana yang sudah sekian kali meminta ijin pulang untuk Abi.

•••••

Satria menekan klakson motornya tak sabaran. Menunggu Senja yang berjalan pelan kearahnya dengan tatapan tajam mematikan. Pantas sekali dia mendapat julukan 'mata sinis' disekolah.

"Buruan! Mau duit gue nggak, sih?" ketus cowok itu dibalik helm fullface miliknya.

"Kenapa nggak langsung kasih aja? Ngasih duit cuma-cuma ke anak terlantar kayak gue nggak akan bikin lo miskin." begitu keluhnya sembari naik ke atas motor Satria yang suka-suka dia pakai.

Cowok yang juga sudah ada diatas motor itu tersenyum, "Takut kalah?" sontak gadis itu berdecih dengan sudut bibir terangkat.

"Gue? Takut kalah?" Satria mengedikan bahu acuh. Dia benci lagak sang ketua OSIS yang seakan-akan meremehkannya.

"Nggak usah pakai rem kalau mau menang lawan gue." cowok itu memekik dari balik helm, Senja menatapnya penuh kesal. "Banyak bacot, lo, anak mama!"

Satria tertawa. Lalu tanpa aba-aba menginjak gigi motornya dibarengi tarikan gas yang membuat Senja tertinggal digaris start.

"SATRIA BANGSAT!!!"

Kejar-kejaran dua remaja itu berlangsung sengit. Jalanan malam yang senggang memudahkan mereka menarik gas sekencang yang mereka mau. Satria dibuat kelimpungan saat adik kelasnya itu sudah ada tepat dibelakangnya. Sialan, dia salah didik.

"Anjir!" geram Senja sembari menggoyangkan motornya. Menghindari pepetan cowok itu. Dasar curang.

Satria berhasil memberikan jarak. Meninggalkan gadis yang gemar sekali memoroti uangnya. Sesekali dia menoleh. Senja kalah kali ini, batinnya senang.

"Shit--" pekik Senja tertahan. Dia berusaha menurunkan gigi dan menekan rem begitu sebuah mobil berwarna hitam masuk dalam jalurnya. Gadis itu pikir dia berhasil selamat dari tabrakan, tapi ternyata salah.

Senja memang tidak menabrak, tapi dia harus rela banting stir hingga tubuhnya terpental karena mobil tadi malah dengan sengaja berhenti seolah menghadang jalannya. Demi apapun, meski terlindung helm kepalanya masih mampu merasakan sakit luar biasa kala membentur trotoar.

Satu...

Dua...

Tiga detik...

Senja masih terkapar disana. Dadanya terasa nyeri bukan main, entah menghantam apa. Dia kesulitan bernafas setelah itu. Lalu dengan susah payah dia melepas helm yang masih terpasang di kepalanya.

Danum SenjaOnde histórias criam vida. Descubra agora