33 : Theme park.

67 23 7
                                    

salam pukul 12, yaaa saya burung hantu

.

.

.

MASUK kali ini, sudah tiga kali berleluasa bunyi cakaran pada permukaan pintu. Sampai terdetik dalam hati Yara untuk tebuk pintu itu muat untuk Aries keluar masuk tanpa perlu bantuan manusia.

Satu keluhan dilepaskan ke udara sebelum Yara membuka pintu cukup untuk Aries meloloskan dirinya. Terselit di mulut kucing itu sehelai kertas dan kolarnya pula terselit satu beg kecil berisi gula - gula.

"Apa lagi tuan awak nak ni, Aries?" Omel Yara seraya mendukung Aries untuk dibawa bersama ke atas katil.

Gula - gula itu diletakkan atas tilam. Surat yang digigit Aries lebih menarik perhatian Yara sekarang.

"Kesian Aries kena jadi posmen kan? Dia boleh je letak hadiah - hadiah tu depan pintu," komen Yara sambil bertentang mata dengan Aries. Kucing itu mengiau - ngiau menandakan dia bersetuju. Mana taknya, sakit leher dia asyik kena pikul hadiah Naufal. Mujur ringan.

Mata Yara melirik ke meja soleknya. Sejambak bunga ros menghiasi meja itu setelah Yara bangun pagi dan sedar biliknya harum semacam. Pastilah angkara Naufal.

Tidak lupa bunga - bunga selanjutnya yang mencantikkan kolar Aries. Terseksa kucing itu menjadi orang tengah.

Eh, orang?

Namun, melalui Aries, bukan sahaja Yara peroleh hadiah. Malah sekali dengan surat ringkas.

Yara membentangkan dua helai surat sebelum ini di atas pehanya.

Surat pertama berbunyi.

     Star, do know I love you always.
     My night is dull and dark without you.
     Please forgive me.

Diserang kejutan budaya Yara pagi tadi.

Surat kedua juga sama.

     I've loved a star, the name is you and I
     still love her and I'm sorry universe,
     you don't compare to her.

Tegak bulu roma gadis itu.

"I don't know if your daddy is hopeless romantic or just the cringiest man I've ever met."

Aries angguk bersetuju. Dia turut menguis - nguis surat tulisan tangan itu.

Cringe!

"Okaylah, kita hargai usaha dia," Yara baring telentang. Surat yang baru tiba tadi dibelek - belek seketika sebelum dibawa rapat ke hidungnya.

Lavender.

"It smell like him."

Kertas itu dibuka dan di saat Yara tidak nantikan apa - apa, di situlah Naufal punya kejutan.

Boom! Bedak memenuhi muka Yara!

"Argh!"

Automatik Yara duduk semula. Dia menggosok mata yang pedih dan lap bibirnya. Terasa seperti ada bedak yang termasuk ke dalam mulut sekali.

"Naufal Lutfan! Argh, awak tak guna!"

Bergegar setiap dinding rumah dengan jeritan berskala gergasi itu. Aries yang tergolek - golek pun terus melompat turun. Gerun dengan rupa Yara seperti raksasa yang bakal merobohkan semua benda.

"Kalau saya dapat awak nanti, siaplah!"

"Awak fikir ni zaman bila main bedak bagai?!"

Entah dengan siapa Yara menengking, yang pasti dia sedang mengamuk. Bebelan berbaur ugutan itu diakhiri dengan dia terbatuk - batuk.

HOUSE OF CARDSWhere stories live. Discover now