06 - Harusnya Gimana?

Start from the beginning
                                    

"Gue nggak butuh perhatian lo. Sekali lagi, gue tegasin, GUE-NGGAK-BUTUH-LO!" teriak gadis itu penuh penekanan, dadanya naik turun menahan semua kekesalan yang bisa saja meledak lebih dari ini.

"Berhenti bersikap kayak gini ke gue. Buang-buang waktu, gue nggak suka." ulang Senja tanpa menurunkan intonasi bicaranya, dia berlalu begitu saja. Meninggalkan Nathan yang masih terdiam ditempatnya. Tatapan cowok itu terlihat lamat kearah dinding, dia salah?

"Suatu saat, gue mau jadi rumah lo. Mungkin 'kan?"

•••••

Senja membasuh wajahnya berkali-kali, membuat dirinya sendiri kesulitan bernafas. Dengan hembusan nafas yang tersendat gadis itu menatap pantulan dirinya lewat cermin, dia menghirup oksigen sebanyak yang dia bisa untuk mengisi paru-parunya.

Sesak, dia merasa direndahkan dengan perlakuan Nathan. Bukankah semua orang sama?

Mereka berlomba-lomba menaklukan hati dan egonya. Lalu setelah dia luluh, bedebah seperti mereka akan meninggalkannya begitu saja? Mencampakan bahkan menggantikannya dengan mudah?

Tidak, dia tidak akan membiarkan siapapun merepotkan hatinya lagi.

"Gue takut kehilangan, dan akhirnya gue milih buat nggak akan biarin siapapun datang." gumam Senja pelan dengan menatap kedua matanya dipantulan cermin.

"Gue nggak butuh perhatian siapapun. Perhatian nggak bikin gue kenyang, nggak bisa bikin gue kaya." tandasnya melawan semua perasaan yang bergelut dalam hatinya. Kadang dia juga ingin diperhatikan, kadang dia juga ingin mempunyai tempat pulang. Tapi semesta lebih suka membuatnya menghadapi apapun, sendiri.

Pintu toilet berdecit, membuat Senja buru-buru menegakan punggungnya.

Gadis itu berdecak pelan begitu tau siapa yang masuk. Kekasih Galang dan sohibnya.

"Lho, udah keluyuran aja? Bukannya tadi pingsan, ya?" Laurent bertanya dengan mata yang dikedip-kedipkan sok lugu. "Najis. Gue cuma pingsan, nggak mati."

Vaza masih tak terbiasa dengan sikap sarkas gadis itu. Baginya melihat perlawanan begini hampir tidak pernah dia dapatkan, siapa yang berani bicara seenaknya pada mereka? Tidak ada.

"Ah, gue kira pingsan yang tadi cuma latihan sandiwara." Senja mengangkat sebelah alis tipisnya tinggi-tinggi, menunggu kelanjutan dialog dari dua cecenguk ini.

"Kasih tau caranya biar jadi rebutan cowok-cowok, dong!" seru Vaza dengan senyum sinisnya.

Senja memutar kedua netranya malas, jadi gadis cuek saja dia harus mendapat kecaman dari orang-orang seperti mereka. Apalagi jika dia cosplay jadi jablay.

"Banyakin ngangkang."

Kedua gadis dengan tampilan berlebihan untuk ukuran anak SMA itu sontak mendelik. Tak menyangka jawaban itu yang akan mereka dengar, "Pantes Nathan udah nempel aja sama lo. Thanks, ya!"

Senja mengangguk, lalu melipat kedua tangannya didada. Menatap mereka bergantian, "Ampuh. Buat ngerebut cowok orang juga pasti manjur---tapi nggak boleh menawarkan diri, ya?" tatapan dinginnya menubruk mata Laurent.

"Kalau mau dijual harus mahal. Jangan diobral, apalagi kasih promo cuci gudang."


•••••

Danum SenjaWhere stories live. Discover now