A Week Lately

5 2 0
                                    

Setelah Arteri makan, kita memutuskan untuk ke Sepohon Coffee yang dulu pernah gue datengin pas kena masalah osjur. Di sini sepi dan enak buat santai, apalagi mau malem gini. Jadi kita ketemuan di sana. Gue naik Gojek dan Arteri bawa mobil. Gue masih sakit liat mobil Arteri mengingat itu adalah satu satu clue perselingkuhan or whatever is that Arteri dan Angel.

Arteri memilih tempat duduk sebelahan yang ada di pojok dan kita bisa sama-sama senderan di tembok sambil liat sawah-sawah di malam hari. Kita pesen minuman dan makanan yang gak terlalu berat karena topik pembahasan kita kali ini pasti berat banget. Bisa-bisanya gue kembali terlena cuma karena diajak ngobrol. Sialan.

"Gimana shooting lu, Ven?"

"First of all, I would embarrass myself when they know I go back with you after I cried a thousand times in front of them because of you."

"Holy moly, Vena.... I'm so sorry!"

"I don't know why I can talk to you again so easily like the past week never happened. Lo tuh guna-guna gue ya?!"

"HAHA! Gua gak tau harus respon ini serius atau bercanda. Tapi kan lu tau kita ini anak komunikasi. Kita bisa memperbaiki sebuah masalah dengan komunikasi. That's why I want to talk to you that much! But you blocked me instead."

"Enggak semua bisa diselesain dengan komunikasi lah! Kalo menurut lo masalah ini selesai setelah kita ngobrol, lo salah besar! Masalah itu belum selesai, Ri!"

"I know! I know! Komunikasi bukan panasea yang bisa menyelesaikan semua masalah, tapi seenggaknya masalahnya bisa sedikit dilerai atau diuraikan dengan komunikasi. Like what we are doing now. Kita punya kesempatan untuk beralasan, beropini, bahkan menyalurkan emosi dan pemikiran. Jadi kita coba pelan-pelan. Gua tau ini sakit banget, gua pun juga merasakan penyesalan yang gede banget, Ven! Batin kita sama-sama tersiksa! Dengan komunikasi kayak gini kan seenggaknya bisa masuk sudut pandang lain. Lagian di agama lu juga gak boleh kan marahan sama orang lebi dari 3 hari?"

"I'm not mad at you! I'm disappointed!"

"Whatever is that, I'm sorry. In my deepest feelings, I'm truly sorry."

"I still can't forgive you for now. But anyway, my shooting was not bad tho. At least till you came up like a nuclear weapon to destroy all of my life." Arteri cuma nunduk bersalah dan gak bisa ngapa-ngapain.

"Before I start with mine, how about I start with you first? How can you did this?" Arteri menopang tangan dan sikunya di meja lalu menutup mukanya dengan kedua tangan.

"She always teased me."

"She wasn't only teased you! She teased a whole Fikom! Why could you being teased by her?!"

"No, I'm not teased by her! I just want to relieve my desires. So we can be safe if we are close with each other. She offered me on the perfect time."

"What do you mean 'offered you on the perfect time'?"

"She offered me since the beginning of osjur. But I always denied her." WTFFFFF!!!

"Including the Beng-Beng on your car?"

"Yes. She gave me those Beng-Beng to ensure me about use her job to relieve  mine from you." Damn! He took it seriously!

"Okay, this question might be uncomfortable, but... why don't you just do it by yourself?"

"Ah.... Wanna know the answer? This answer might be uncomfortable too, but... I'm too bored to do it by myself. Need something real. Moreover I got the offer." Fuck it.

Arteri dan VenaWhere stories live. Discover now