Passed!

150 5 0
                                    

Ravena Abigail Razvhana Janneth. Singkatnya, Vena. Anak sematawayang dari mami papi gue yang paling cantikk, paling manjaa, paling pinter, paling-paling lah pokoknya! Karena anak sematawayang, makanya gue ini dimanja bangettt sama mereka! Tapi bukan berarti gue bisa dapet segalanya dengan mudah loh ya. Gue juga harus berusaha. Mereka mengajarkan gue untuk menjadi pribadi yang mandiri dan tanggung jawab. Sebenernya gue pernah punya kakak cowok, katanya sih namanya Alvaro. Dia meninggal pas baru dilahirin, jadi gak sempet ketemu gue. Namanya pendek ya, cuma satu kata. Itu yang buat mami papi gue namain gue dengan nama yang panjang. Takut kalo namanya terlalu pendek nanti umurnya juga pendek HAHAH! Teori dari mana coba? Meskipun mereka berpikir begitu, tapi beberapa orang bilang kalo nama terlalu panjang itu berat. Kalo gak kuat nanti anaknya sakit-sakitan. I know it is a myth, but somehow it's true. Imun gue ini termasuk golongan lemah. Gue gak bisa di suhu yang terlalu dingin, pasti langsung alergi merah-merah gatel, pusing, dan demam, begitu juga soal debu dan lingkungan yang kotor. Sebaliknya juga, gue gak bisa di suhu panas yang terlalu lama, nanti langsung pusing, keringet dingin, kunang-kunang, bahkan bisa pingsan. Gue juga punya darah rendah, makanya gak bisa berdiri lama haha. Upacara Senin selama sekolah adalah combo maut buat gue. Gak pernah ikut full dari awal sampe akhir, pasti di pertengahan ke UKS atau kalo lagi parah, gak ikut upacara. Mungkin keturunan juga sih. Mau diobatin kayak gimana juga ya emang dari sananya udah begini mau gimana. Selagi gak bener-bener menganggu banget, gak papa sih. Gak jadi masalah. Gue setiap hari minum vitamin dan selalu siap sedia obat alergi dingin dan debu di tas. 

Kelulusan SMA buat gue harus muter otak mau ambil jurusan kuliah apa. Ditambah SMA gue itu swasta yang gak terlalu terkenal di Jakarta. Kesempatan SNMPTN itu kecil banget, tapi untuk SBMPTN gue masih punya kesempatan sih karena SBMPTN kan gak melihat dari sisi sekolah kitanya. Yang jelas gue pengen tentang media-media gitu sih, kayak film, televisi, jurnal, broadcasting. Awalnya gue mau swasta lagi aja, tapi karena semesterannya cukup mahal, terutama soal seni-senian, jadi gue mau coba negeri dulu aja lah. Seenggaknya di negeri kan nanti uang semesternya ngikutin penghasilan. Dari 3 pilihan kampus yang disediakan, gue milih:

1. Ilmu Komunikasi UI

2. Televisi dan Film Unpad

3. Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah

Pilihan satu dan tiga sengaja di Jakarta karena mami papi gue gak mau gue kuliah di luar kota, tapi ya apa boleh buat.... Mereka harus merelakan anaknya ini meraih kampus dan jurusan impiannya. Sekarang kita lagi menunggu pengumuman SBMPTN, bertiga di depan laptop dengan perasaan cemas, panik, takut, gelisah, pokoknya campur aduklah semuanya!

"Ayo, Ven! Dikit lagi, Ven! Hitung mundur!" papi heboh sendiri liat timer website. 

"3... 2 ...1! Yok masukin nomor dan nama kamu, Ven!" AAAAAAAAAAA TAKUTTTT!

"Mami sama papi aja yang masukin! Aku gak mau liat cepet-cepet."

"Mana mana sini mami yang ketikin!" Gue kasih mereka kertas pendaftaran SBMPTN untuk mami ketik. Mereka berdua sibuk mengetik dan mengeja huruf dan angka yang ada di kertas ke layar laptop, sedangkan gue cuma senderan di sofa dan tutup muka dengan kedua tangan. Gak berani liat. Gak berani kecewa. Gak berani terima kenyataan!

"VEN! VEN, BUKA DONG MATA KAMU!" Mami tarik-tarik tangan gue dan memajukan layar laptopnya tepat di depan mata gue.

"VEN! VEN, BUKA DONG MATA KAMU!" Mami tarik-tarik tangan gue dan memajukan layar laptopnya tepat di depan mata gue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Arteri dan VenaWhere stories live. Discover now