18 - Masih Hidup?

4.2K 340 4
                                    

   Adel menguap pelan dan mulai merubah posisinya yang awalnya duduk menjadi berbaring di sofa panjang. Sofa yang tak terlalu jauh dengan meja kerja tempat Aley sedang sibuk mengurus beberapa pekerjaannya.

  Aley melirik pada Adel yang terlihat tampak bosan dan mengantuk itu. "Apa kau bosan?"tanya Aley yang sudah kembali menatap selembar laporan tentang penduduk wilayahnya.

  "Siapa yang tidak bosan karena hanya duduk menunggu orang lain bekerja berjam-jam seperti ini?"

  Aley kini menatap penuh pada Adel. Istrinya itu masih saja tetap dalam posisinya yang berbaring menyamping menghadapnya. "Jadi apa yang ingin kamu lakukan,istriku?"

  "Biarkan aku juga membantumu mengurus pekerjaan. Bukankah seharusnya aku yang sebagai Duchess Alberto ini punya pekerjaan yang harus ia urus sendiri? Bukankah begitu suamiku?"

  Aley tersenyum kecil. "Tidak perlu buru-buru. Selama tiga hari ke depan, kamu cukup bersama denganku dan membuat kita seakan-akan saling mencintai."

  Adel sontak berubah posisi menjadi duduk dan matanya melotot menatap Aley. "Kamu gila!"serunya kesal. Aley menatap datar Adel yang seenaknya mengatai gila kepadanya. "Yang ada aku bakalan ikutan gila karena harus menemani kamu disini berkutat dengan tumpukan berkas itu!"

  Adel lebih suka sibuk juga dengan banyak pekerjaan daripada bosan tidak melakukan kegiatan apapun. Terlebih bosan menunggu. Adel mulai menguap kembali. Sudahlah, lebih baik ia tidur sejenak.

🌺🌺🌺

Adel meringis kecil dan membuka matanya. Bisa ia lihat dirinya terbaring di sebuah kamar putih dengan selang infus di tangan juga alat bantu bernafas. Bukankah saat itu ia tenggelam? Lalu masuk ke tubuh Eli dan menikah dengan Aley?

  Terakhir kali ia menunggu Aley yang sibuk bekerja dan berakhir dia yang memilih tidur sejenak karena telah menguap berkali-kali. Tapi badannya tidak bisa di gerakkan. Ah! Dia penasaran dengan orang yang menyelamatkannya saat ia tenggelam.

  Tunggu! Kalau dia disini, lalu bagaimana dengan tubuh Eli? Secara Eli sudah tiada. Bukankah balas dendamnya mewakili Eli belum selesai?

'Cklek.'

  Ia melihat seorang berpakaian serba hitam masuk. Dari perawakannya, Adel tau orang itu perempuan. "Wah..wah.. entah aku harus merasa beruntung atau tidak mendapatimu tersadar dari koma."ucapnya kemudian.

  Adel sangat mengenali suara itu. Siapa lagi kalau bukan Sherla, musuh bebuyutannya! 'Sialan! Aku tidak bisa bergerak! Bicara apalagi!'gerutu Adel dalam hati. "..Bitch..",hanya satu kata itu yang bisa Adel keluarkan.

  Sherla membuka masker dan topinya. "Seharusnya kamu mati saja, kenapa kamu harus koma juga! Ck, bahkan kamu juga berhasil merebut calsum ku!"serunya keras sambil mengeluarkan sebilah belati dari dalam saku jaketnya.

  "Kamu selalu merebut milikku! Semuanya kamu rebut! Tapi aku senang Hahahah.. aku berhasil menyingkirkan mama sakit-sakitanmu itu. Tinggal menyingkirkan mu.. maka semuanya akan menjadi milikku kembali.."

  Adel mengeram kesal pada dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apapun. Ia marah dan hancur sekali saat mengetahui mamanya sudah tidak ada karena dibunuh Sherla. Apakah dia sudah gila?

  Sejak kapan Adel merebut milik Sherla?! Ia di ajarkan untuk tidak merebut yang bukan miliknya juga diajarkan untuk selalu mandiri dan berusaha sendiri jika ia menginginkan sesuatu.

"Tidak ada siapapun disini. Hahaha.. Adel yang malang. Apakah ada kata-kata terakhir?"

'Jleb!'

  Adel meringis sakit saat belati itu menusuk bahunya. Beruntung badannya bisa diajak kompromi sedikit untuk menghindar dari bahaya. Walaupun bahunya terluka, setidaknya belati itu tidak jadi mengenai bagian dadanya yang terdapat jantung. Organ paling penting ditubuhnya.

"SIALAN!!!! TERIMALAH INI!!"

'DOR! DOR! DOR!'
'DUAGH!'

  Sherla tertembak di kepala, dada dan tangannya. Perempuan itu langsung di tendang begitu saja setelah ditembak tiga kali. Adel meringis. Pandangannya memburam. Ia bisa melihat sosok yang menyelematkannya. 'Aley?'batin Adel bingung. Bagaimana bisa Aley yang di masa kuno kerajaan itu bisa ada di masa depan.

Adel kehilangan kesadarannya. Darahnya terlalu banyak yang keluar. Lio menatap khawatir Adel yang telah kehilangan kesadaran. Tak lama kemudian dokter dan beberapa suster masuk. Raut wajah Lio berubah datar dengan tatapan tajam.

  Meski begitu matanya tetap tidak bisa berbohong. Ada binar khawatir dan takut tersirat di matanya. Lio menggenggam salah satu tangan Adel. "Cepat obati Adel-ku! Jika dia tidak selamat, siap-siap kepala kalian taruhannya!"ucapnya dingin.

  Dokter dan suster yang berada disana hanya menelan ludah kasar. Mereka tidak mau meregang nyawa lebih cepat. Lio sudah kembali fokus dengan Adel. Di kecupnya tangan Adel lama.

"Kumohon..jangan pergi lagi..Adel..Kamu bisa membuatku benar-benar gila...cepatlah bangun..."

🌺🌺🌺

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak kalian ya^^

*Sorry gue gak bisa janji up cepat, bahkan ini gue baru up setelah beberapa bulan berlalu.

~25 Juni 2022~

I'm Duchess De Alberto (END)Where stories live. Discover now