14 - Pernikahan

6.2K 506 5
                                    

  Satu minggu telah berlalu dan sekarang adalah hari yang paling ditunggu dalam hidup Adel dan Aley. Lebih tepatnya sih hanya Aley. Karena Adel tidak memiliki perasaan sedikitpun pada Aley.

   Eli? Dia juga sepertinya tidak memiliki perasaan pada Aley, setahu Adel berdasarkan ingatan Eli. Adel melihat pantulan dirinya dicermin. Terlihat sangat cantik dan elegan. Ia menghela nafas panjang.

'Peristiwa yang terjadi hanya dalam sekali seumur hidup. Entah bagaimana dengan kehidupanku nanti disana.'batinnya.

'Ceklek.'

  Pintu terbuka dan menampilkan pasangan paruh baya yang tak lain adalah orangtuanya. Roxa langsung memeluk Adel hangat. "Kamu sudah tumbuh dewasa, Adel. Semoga kamu bisa hidup bahagia dengan tuan Duke."ucapnya setelah melepas pelukan.

  Terlihat kedua mata Roxa yang berkaca-kaca. Devid lantas merangkul sang istri dan tersenyum sambil menghapus air matanya sebelum jatuh. "Jangan bersedih di hari bahagia ini, sayang."ucap Devid penuh kelembutan.

  Adel tersenyum melihatnya. Ia jadi teringat dengan Devan-papanya yang sudah tiada dikehidupannya sebagai Adel. Bukan Eli.

  Sebelum papanya tiada, ia memanglah seorang papa sekaligus suami yang baik, lembut dan penuh kasih sayang juga kehangatan. Devid lalu memandang lembut Adel. Lalu mengajaknya untuk pergi ke altar pernikahan.

  Adel mencoba tenang dan memegang lengan Devid papanya. Seperti yang kalian tau jika pengantin perempuan akan diantar oleh ayahnya menuju altar pernikahan hingga ke samping pengantin laki-laki.

  Jantung Adel berdegup cukup kencang. Ia berusaha bersikap biasa saja dan tersenyum simpul. Mereka mulai memasuki altar pernikahan. Seluruh bangsawan yang menjadi tamu undangan langsung melihat ke arah Adel.

   Di antara para bangsawan juga terdapat sang kaisar juga ratunya. Beberapa para raja juga ratu dari kerajaan lainpun juga ada. Banyak tatapan kagum sekaligus iri yang mengarah padanya.

"Apakah dia benar-benar nona Adelina Delana de Adir?"

"Aku tidak percaya bahwa dia benar-benar sangat cantik dan terlihat elegan."

"Dia tidak terlihat lemah atau pendiam seperti rumornya."

"Apakah dia adalah bidadari yang turun langsung ke bumi?"

"Aku iri dengannya."

"Bagaimana bisa dia secantik itu dan menikah dengan Duke Aley."

  Masih banyak lagi komentar para bangsawan melihatnya. Adel sudah berdiri tepat didepan Aley. Aley lalu mengulurkan tangannya dan disambut langsung oleh Adel.

  Sedangkan Devid lekas pergi menuju ke samping sang istrinya. Adel kini telah berpindah tepat disamping Aley. Aley sama sekali tidak melepas tangannya. Pendeta dihadapannya tersenyum.

Pendeta itu lalu mulai membacakan sesuatu dengan bahasa asing yang tidak ku mengerti. Tiba-tiba cahaya terang melingkupi tubuh Adel dan Aley. Tapi cahaya itu tidak berlangsung lama.

  Semua orang terkejut, tentu saja. Bahkan Aley dan Adel sendiri juga terkejut. Yah meski mereka langsung bisa mengendalikan keterkejutan mereka.

"Kalian bisa saling bertukar cincin sekarang."

  Aley yang pertama memakaikan cincin pada Adel, lalu baru setelah itu Adel memakaikan cincin pada Aley. Lalu tinggal bagian terakhir. Yaitu ciuman sebagai ikrar suci paling kuat dalam pernikahan.

'Glek!'

  Aley tersenyum melihat wajah Adel yang agak tegang. Tanpa basa-basi atau menunggu instruksi selanjutnya dari sang pendeta, ia langsung menarik tubuh Adel dan menciumnya.

  Kedua mata Adel membulat saat merasakan sebuah benda kenyal dan lembut yang menempel dibibirnya. Adel terdiam hingga tersadar saat Aley melepas ciumannya.

  Sudut bibir Aley tertarik melihat Adel sempat terdiam karena dicium. "Kamu bisa diam dan bersikap lucu seperti ini juga ya."

'My First Kiss!'

🌺🌺🌺

Budayakan follow dan jangan lupa untuk tinggalkan jejak kalian!
                                              ~3 Juli 2021~

I'm Duchess De Alberto (END)Where stories live. Discover now