22. Tahun baru - pasangan baru

Comincia dall'inizio
                                    

"Rasanya kayak mimpi buka mata langsung liat bidadari cantik," celetuk Dipta dengan suara seraknya sontak membuat Zian yang tengah berdiam diri sedikit tersentak.

"Nyenyak banget ya tidurnya sampai jam 9 baru bangun ...."

Dipta terpelonjak kaget mendengar penuturan Zian, laki-laki itu sontak langsung terduduk, "Bunda marah nggak? Kok nggak dibangunin si ...."

Zian tersenyum lalu berjalan masuk ke kamar, keluar lagi dengan membawa handuk, "Basuh muka! bunda udah aku telepon tadi dan tenang semua aman terkendali."

"Yaudah lima menit aja ya," gumamnya sembari menyamankan posisi tidurnya.

"Aku tinggal loh!"

Dipta menggerutu lalu menerima handuk berwarna biru tua itu dan bangkit dari tidurnya dengan rambut yang berantakan.

"Nanti sore jadi ke kafe?" tanya Zian tiba-tiba yang membuat langkah kaki Dipta terhenti tepat di depan pintu kamar mandi.

Dipta menggeleng, "Nggak tahu belum cek HP, kenapa?"

"Fira kayaknya suka deh sama Very."

Dipta membuka matanya lebar-lebar yang sebenarnya nyawanya masih belum terkumpul dengan sempurna, "Hah?"

Zian mengangguk, "Very ada cewek ya?"

Laki-laki itu berjalan menjauhi kamar mandi dengan mata sedikit menerawang, "Kayaknya enggak. Tapi kayaknya dia juga masih suka sama anak AK yang dulu."

"Awet bener tu perasaan."

"Dikasih formalin sama dia," celetuknya.

"Nanti aku tanyain deh," ucap Dipta kemudian kembali ke kamar mandi dan benar-benar hilang setelah pintu ditutup.

~~°^°~~

Semburat cahaya kuning di pinggir jalan mulai menyala satu persatu. Sinar stop lamp dari kendaraan yang lalu lalang menambah kecantikan Kota Jakarta dimalam hari. Bagi sebagian orang suasana kota dimalam hari adalah sebuah keindahan tersendiri di mana ada sebuah ketenangan yang datang bersama hembusan angin malam yang sangat sejuk.

"Lo udah Ta?" tanya Very yang masih berkutat dengan laptopnya.

"Udah dong," tuturnya sembari memakan es batu dari dalam gelas es cappucino favoritnya.

"Nyontek dong," celetuk Mumun menggeser laptop Dipta agar dapat ia baca.

Kedatangan Dipta disitu hanyalah sebuah formalitas memenuhi kewajibannya sebagai salah satu anggota grub chat WhatsApp yang dibuat Wendy ketika hari pertama mereka bertemu.

"Aarrggghhh ... pusing banget gue," keluh Wendy sembari mengacak-acak rambutnya.

"Perasaan nggak susah-susah amat deh," sahut Very sembari menatap layar laptop Wendy.

"Banyaknya itu loh udah kayak dosa gue."

Dipta sedikit tertawa, "Salah sendiri nggak langsung dikerjain, numpuk mampus sendiri kan lo."

"Lo kalo nyontek jangan copypaste ya bangkee!!" cibir Dipta menatap Mumun dengan tatapan nyalang.

Drrrttt ... drrrttt ....

Ponsel milik Dipta bergetar diiringi bunyi ringtone Constellation.

"Masih disana?" tanya seseorang dibalik ponsel Dipta.

"Ngapain telepon pake nomor Zian? Ziannya mana?" sahut Dipta kemudian.

"Lo masih di kafe?"

Zian [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora