23 : Lovey Dovey

1.1K 98 9
                                    

Sorry for typo & kata yang hilang 🙏

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

"Hari ini gak usah kerja ya kak..." Pinta Perth resah sembari memeluk bantal guling, Meen sendiri sudah rapi tampan nan wangi, dia sedang bercermin guna memastikan penampilannya.

"Kenapa?" Tanya Meen singkat sembari melihat Perth dari cermin.

Perth masih di rumah orangtuanya.

Perth menghela nafas guna menenangkan gejolak birahinya, dan tanpa dia sadari pheromonenya menguar.

"Adek heat?" Tanya Meen lagi takkala indera penciumannya mencium aroma manis nan menggoda dari pheromone Perth.

"Sepertinya begitu!" Ujar Perth bingung, karena ini belum tanggalnya.

Meen segera menghampiri Perth.

"Kok cepat?" Tanya Meen lebih jauh karena dia sendiri tahu kapan Perth heat.

"Gak tahu!" Jawab Perth apa adanya, dia segera meraih pergelangan tangan Meen yang sudah duduk di tepi kasur.

Perth menggeliat resah, dia tidak tahan lagi untuk dikawini.

Cup!
Meen mengecup singkat pipi tembem Perth, dia tidak jadi berangkat kerja.

"Tunggu sebentar ya dek, kakak kabari dulu Singto serta orang tua adek!" Jelas Meen sudah di cium basah leher jenjangnya oleh Perth.

Perth mengangguk sembari mengontrol nafsu birahinya.

Meen mengecup sebentar dahi Perth sebelum dia keluar dari kamar serta menguncinya dari luar.

"Pa..." Seru Meen kepada Jirakit yang baru saja selesai masak sarapan.

"Iya, apa ada yang bisa papa bantu?" Mereka berdiri dengan iris mata yang saling beradu.

Mike sendiri sedang menata makanan di meja dibantu oleh Lenka.

Zung dan Mark belum balik dari jogging pagi, dua orang masih dalam tahap belajar untuk saling menerima serta melepaskan Perth.

"Begini pa, Perthnya lagi heat, terus..."

"Papa ngerti! Tenang saja, kamu tidak perlu mencemaskan Lenka, hembn!" Potong Jirakit paham kenapa Meen berkata seperti ini.

"Terima kasih banyak pa atas pengertiannya!" Ucap Meen tulus. Jirakit mengangguk.

Setelahnya Meen bicara dengan Lenka, supaya selama 3 hari kedepan dia tidak mencari Perth maupun dirinya.

Lenka mengangguk sendu di saat Meen sudah menjelaskannya sembari mengusap sayang kepala Lenka.

Begitu selesai memberi pengertian kepada Lenka, Meen menelepon Singto sembari berjalan menuju kamar.

"Jadi untuk tiga hari kedepan aku gak akan ke kantor, tolong kamu urus semuanya ya selama aku tidak ke kantor!" Jelas Meen lagi sambil memutar ganggang pintu.

Baru saja Meen masuk kamar, Perth langsung meraih tubuh Meen serta menciuminya. Dia sudah sedari tadi duduk di depan pintu tuk menunggu Meen. Ruangan itu sudah dipenuhi oleh Pheromone Perth yang menggoda.

Karena postur tubuh Meen lebih tinggi dari Perth maka Perth hanya bisa menciumi leher jenjang Meen dengan membabi-buta, dia sungguh terangsang, padahal telepon Meen masih terhubung dengan Singto.

"Sabar sayang..." Ucap Meen kepada Perth yang mulai membuka kancing baju kemeja Meen.

Perth menggeleng, dia sungguh tidak tahan lagi, dia sungguh ingin di kawini saat ini juga.

Lovely - EndOnde histórias criam vida. Descubra agora