8 : Adek Cantik

1.2K 117 7
                                    

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

Sorry for typo & kata yang hilang 🙏

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

"Selamat pagi sayang..." Sapa Perth untuk Lenka yang sudah rapi wangi.

"Pagi papa!" Sahut Lenka senang, setelahnya dia hadiahkan kecupan singkat di pipi Perth.

Perth langsung menggendong Lenka menuju meja makan, dibelakang mereka ada Meen yang mengiringi langkah kaki Perth sambil menelepon seseorang, mungkin rekan bisnisnya.

Para pelayan sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing sesuai bagian pekerjaan mereka. Mereka segera menghindar begitu mereka melihat Perth, sampai saat ini mereka masih saja horor dengan Perth.

Perth mendudukkan Lenka di kursi begitu sudah sampai di meja makan.

Meen juga sudah duduk, dilihatnya Perth mengambilkan makanan untuk dirinya setelah dia ambilkan makanan untuk Lenka, selanjutnya baru untuk dirinya sendiri.

Sedikit banyaknya Perth membantu Lenka makan, ekor matanya melihat Meen yang masih sibuk menelepon dan makanannya belum dia sentuh sedikit pun.

"Kak!" Panggil Perth kepada Meen yang masih menelepon.

Meen melihat Perth, dia memainkan alis matanya sebagai ganti bentuk pertanyaannya.

"Nanti meneleponnya kak! Makan dulu!" Kata Perth mengingatkan Meen. Meen hanya mengangguk, tapi dia tetap menelepon.

Perth mendekati Meen dan setelahnya dia ambil handphone Meen.

"Kak Meen lagi sarapan, nanti dia telepon lagi!" Kata Perth kepada pria yang ada di seberang telepon, setelahnya dia putuskan panggilan.

"Adek! Jangan terlalu ikut campur, ini bukan urusan adek!" Ucap Meen sedikit bernada kasar, dia tidak suka dengan sikap Perth, terlalu ikut campur. Dia mengambil kasar handphonenya yang ada di tangan Perth.

Perth terdiam karena terkejut dengan sikap Meen. Matanya memerah.

Lenka melihat kedua orang tuanya secara bergantian.

"Kenapa kakak marah? Padahal Adek cuman mau kakak sarapan tepat waktu. Adek nggak mau kakak sakit!" Ucap Perth berusaha untuk tidak menangis.

Meen menghela nafas kasar, dia menyesali ucapannya tadi. Dia hampiri Perth dan dia usap lembut kepala Perth dengan segenap kekikutannya, belum terbiasa dia bersikap baik kepada Perth begitu juga dengan Perth, hanya saja Perth pandai menutupinya.

"Maaf dan jangan menangis, malu sama Lenka!" Ucap Meen bersahabat tuk menghibur Perth.

"Adek nggak nangis! Nggak ada gunanya juga menangisi kakak!" Elak Perth sambil menghentikan tangan Meen yang terlanjur asyik membelai kepalanya.

"Iya ya ya, terserah adek deh, yang penting adek senang!" Balas Meen, dia sudah kembali ke tempat duduknya.

"Dibilangin adek nggak nangis!" Gerutu Perth tidak mau kalah, dia menghentakkan kakinya ke lantai, kedua tangannya terlipat di depan dada dengan bibir yang sudah menggembung. Tatapan matanya jangan di tanya lagi, sudah keluar sinar laser merah menyala tepat mengenai sasaran.

Meen hanya speechless, perubahan sikap Perth terlalu besar, baik sih, tapi manjanya itu loh, bikin Meen pusing.

Di ladeni nggak ladeni tetap saja repot, jadi serba salah.

Karena Lenka masih anak-anak, jadi dia tidak mengerti apa yang tengah berlangsung sehingga dia tetap makan dengan tenang.

"Papa!"

Lovely - EndWhere stories live. Discover now