3 : Selalu Terpesona

1.3K 120 7
                                    

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

Sorry for typo & kata yang hilang 🙏

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

"Lagi memikirkan apa?" Tanya Jessi kepada Perth, Jessi baru tiga hari ini pulang dari tour dunianya. Dia langsung ke sini begitu dia sampai di bandara.

Perth duduk termenung di dekat jendela dengan mata yang menatap luas langit biru nan membentang. "Indahnya" Puji Perth dalam hati untuk ciptaan Tuhan nan Agung.

Perth agak terperanjat kaget karena tadi dia termenung.

"Nong bukan pria yang baik yah bibi?" Tanya Perth random kepada Jessi, dia lagi kalut mencoba memikirkan seperti apa dirinya yang dulu. Dia masih bingung dengan semuanya terutama karena dia tidak ingat apapun.

Alis mata Jessi naik turun, bingung harus berkata apa, dia yang biasanya blak-blakan jadi speechless menghadapi Perth yang melupakan segalanya.

"Jika memang aku bukan pria yang baik, maka kali ini aku mau menjadi pria yang baik! Kira-kira apa aku masih punya kesempatan untuk berubah menjadi pria yang baik bi?" Tanya Perth sendu. Dia benar-benar ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Jessi memeluk Perth, Orang tua Perth sedang bekerja, makanya Perth sering ditinggal sendiri di rumah sakit, keluarga Perth tidak sekaya keluarga Meen, mereka hanya dari keluarga sederhana nan saling menyayangi.

Jessi yang tinggi membuat wajah Perth berada diantara kedua dada Jessi yang besar. Sesak dia.

"Melon bibi terlalu besar!" Keluh Perth setelah melepas dirinya dari Jessi sehinggamembuat Jessi tertawa, baik Perth yang dulu maupun yang sekarang, sama saja, sama-sama to the point hanya saja sifat Perth yang sekarang jauh lebih tenang dari yang dulu.

Seingat Jessi, sifat asli Perth memang tenang entah sejak kapan berubah menjadi beringas. Lupa dia.

"Selamat siang!" Sapa wanita cantik yang baru saja masuk, dia duduk di kursi roda, kakinya patah sehingga harus menggunakan kursi roda.

"Rin..." Sahut Perth senang menyambut kedatangan Rin, teman barunya yang dia kenal semenjak dia tinggal di rumah sakit ini.

Rinrada memamerkan kantong kertas yang dari dalamnya tercium aroma ayam goreng.

Perth memperkenalkan Rinrada kepada Jessi yang membuat Rinrada berteriak histeris, Jessi itu idolanya, hanya dalam sekejap, dua orang itu sudah akrab saja. Sehingga Perth terabaikan.

Tidak berselang lama, Karn dan Mark datang, mereka membawa makan siang untuk Perth sebab mereka tahu, makanan rumah sakit pasti tidak enak.

Ini pertama kalinya Karn dan Mark kerumah sakit semenjak Perth sadar dari komanya.

Kali ini Jessi yang memperkenalkan Perth kepada Karn dan Mark. Sebenarnya dia malas tapi apa mau dikata, walau bagaimanapun Perth harus kenal dengan Karn dan Mark.

Siang itu mereka makan bersama, Jessi sengaja mendudukkan Perth diantara dia dan Rinrada. Jessi mengetahui semua hal yang berhubungan dengan Perth, termasuk pria yang sangat Perth cintai sehingga Perth tidak pernah mau membuka hatinya untuk yang lain sekalipun dia dan orang itu sudah saling memiliki pasangan.

Jessi sering bercerita konyol agar atensi Perth terus tertuju kearahnya.

"Apa ukuran melon itu selalu bertambah besar setiap tahunnya?" Tanya Karn yang heran dengan dada Jessi yang baginya selalu bertambah besar setiap kali mereka bertemu.

Plakkk!!!
"Ponakan Jahanam!" Kutuk Jessi setelah memukul kepala Karn dengan botol air mineral yang sudah kosong.

"Aku juga pengen punya dada sebesar itu!" Ucap Rinrada sambil menyentuh dadanya yang kecil.

Lovely - EndWhere stories live. Discover now