18 : Sandiwara

811 87 3
                                    

Karena kemarin Meen mematikan handphonenya, sehingga baru jam 8 pagi Thanapob dan Mai sudah datang ke rumahnya. Kebetulan sekarang hari sabtu, jadi mereka tidak bekerja.

"Kenapa handphone mu tidak aktif?" Tanya Thanapob kepada Meen yang sudah mengambil posisi duduk di sofa bersama Perth. Meen meminta Lenka untuk sarapan lebih dulu.

Jari jemari tangan kiri Meen bertautan dengan jari jemarinya tangan Perth. Saling menggenggam erat.

"Itu karena kalian berisik!" Respon Meen santai tapi tidak dengan Thanapob. Mai hanya bisa menggeleng melihat Meen yang tidak peduli dengan masalah kemarin.

"Apa kamu tahu apa yang sudah dilakukan oleh pasanganmu?" Yang berkata ini Mai. Dia ingin Meen membuka mata dan pikirannya perihal Perth yang sudah keterlaluan kepada Selena. Iris tajam Thanapob sempat melihat tangan Meen yang menggenggam erat tangan Perth. Dia juga melihat kalung di leher Perth.

"Tahu, tapi aku percaya dengan Perth!" Jawab Meen mampu menarik manik gelap Perth kepada dirinya. Memang sederhana perkataan Meen namun mampu membuat Perth semakin sayang kepada Meen.

Dua orang ini speechless dengan sikap, mereka heran, sudah sejauh apa jatuh Meen untuk mengabadikan hidupnya kepada Perth sampai-sampai dia lebih memihak kepada Perth dibandingkan dengan wanita yang sudah melahirkannya.

"Pa, papa tidak lupa kan seperti apa sikap mama kepada Perth. Tidak satu atau dua kali mama menganggu Perth. Ah bukan, itu bukan gangguan tapi ancaman yang terkadang membuat Perth berada dalam bahaya. Aku tahu kalian masih belum bisa menerima Perth sebagai pendamping hidupku. Tapi pa, perlakuan mama kepada Perth itu sudah keterlaluan. Mama mencarikan aku istri baru di saat aku sudah punya Perth. Mama juga berusaha membuat aku dan Perth bercerai. Lalu mengenai kejadian kemarin, apa papa sudah bertanya kepada Perth dan mama? Kenapa Perth bisa sekurang ajar itu kepada mama? Aku yakin, 95% perkataan mama itu pasti dusta. Bahkan alasan kenapa dia tidak bisa hadir saat ini pun dia pasti masih melanjutkan sandiwaranya perihal tubuhnya yang masih sakit akibat kejadian kemarin. Pa, mama itu seorang Alpha Dominan dan Perth seorang Omega Dominan. Menurut papa, jika mereka bertengkar, siapa yang menang?" Ucap Meen panjang lebar, dia sungguh tahu seperti apa luar dalam mamanya itu. Sudah hapal dia.

Thanapob bungkam, begitu juga dengan Mai. Ah... Sepertinya mereka berhasil dikelabui oleh Selena.

"Karena papa dan kakak diam saja, berarti kalian pasti sudah tahu jawabannya!" Inilah kata Meen berdasarkan respon Thanapob dan Mai.

"Aku harap, kemarin itu merupakan terakhir kalinya aku mendengar kata itu dari mulut papa dan kakak!" Meen tidak mau mengatakan kata yang terlontar dari mulut Thanapob dan Mai, pasalnya itu perihal perceraian. Meen mana mau menceraikan Perth sekalipun Perth yang minta.

"Tapi walaupun begitu, papa tetap menginginkan Perth meminta maaf kepada mamamu!" Dia bicara dengan tatapan mata yang mengarah lurus ke arah Perth.

"Aku gak akan minta maaf, kenapa harus aku yang minta maaf? Aku gak salah!" Respon Perth cepat tanpa pikir panjang. Pantang bagi dia untuk minta maaf duluan jika dia tidak salah.

Mai menghela nafas.

"Karena kamu menantu dirumah ini jadi hormatilah mertuamu!" Alasan Mai terdengar menggelikan di telinga Perth.

Perth melepas genggaman tangan Meen.

"Aku ada salah apa sih sama kalian sampai kalian seperti ini kepadaku? Jika pada akhirnya kalian seperti ini, kenapa waktu itu kalian memberi Meen izin untuk menikahiku?"

"Itu karena kamu mengaku hamil disaat pesta pertunangan Meen dan Jane!" Sarkas Mai mulai kesal, dia memotong perkataan Thanapob yang belum sempat terlontar.

Lovely - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang