15 [Hartaku, Kim Jungkook]

1.2K 77 4
                                    

Seseorang tengah berdiri di samping jendela ruang rawat inap Jungkook. Sembari meletakkan ponselnya di depan telinga kanannya. Ia mendengar suara dari seberang telepon yang sepertinya tak mengenakkan. Raut wajahnya sampai mengernyit, bingung.

"Ye, saya mengerti, presdir Park." Ucapnya sebelum sambungan telepon itu terputus.

Namjoon menghela nafas panjang, merasa bingung harus bagaimana? Para investor masih menunggunya di Kanada untuk melakukan rapat. Dia tidak bisa mendelegasikan kewajibannya ini kepada orang lain.

Presdir Park mengatakan mereka akan menunggu Namjoon datang sebab orang yang terpenting adalah Namjoon. Tapi Namjoon justru tak datang sampai sekarang, membuat mereka bingung.

Namjoon bagai si malakama. Ia tak datang ke Kanada maka kemungkinan besar para investor itu akan kabur dari perusahaannya karena dinilai tak bertanggung jawab. Namun jika ia berangkat, bagaimana dengan nasib Jungkook? Anaknya sedang sakit di sini, dia butuh perhatian dan kasih sayangnya.

Namjoon memegang keningnya, bingung harus bagaimana.

Tak diketahui Namjoon, Jungkook sudah terbangun dari tadi. Melihat ayahnya yang kebingungan sebab selalu ditelpon rekan kerjanya. Jungkook menjadi merasa bersalah. Semua ini karena dia. Ayahnya tak jadi berangkat ke Kanada karena dia yang sakit.

Namjoon berbalik hendak menemani Jungkook lagi, dia terkejut sebab Jungkook sudah bangun dan tengah menatapnya.

"Kookie.... Sudah bangun tidak bilang ayah?" Tanyanya mendekat.

Manik Jungkook terlihat basah dan merah. Hendak menangis sebab ia tak ingin ayahnya dalam kesulitan karena dirinya.

Namjoon yang menyadari itu langsung khawatir, "Kookie ada yang sakit? Selang ini mengganggu ya? Kookie perutnya sakit lagi?" Tanya Namjoon bertubi. Jungkook menggeleng.

"A-ayah kenapa tidak jadi berangkat?" Tanya Jungkook sedikit bergetar.

Namjoon kaget, jadi selama tadi dia ditelpon Presdir Park Jungkook mendengar?

"Ayah tidak jadi berangkat karena aku kan?" Tanya Jungkook hendak menangis.

"Tidak, Kookie. Ayah memang menundanya." Ucap Namjoon menenangkan agar Jungkook tak merasa bersalah.

Hidung Jungkook kembang kempis, ia lalu memuntahkan tangisnya.

"Hey Kookie... Kenapa menangis? Ayah belum berangkat bukan karena Kookie. Ayah memang menunda pemberangkatannya." Namjoon kelabakan melihat Jungkook tiba-tiba menangis.

"Hiks... A-ayah pasti b-batal berangkat k-karena Kookie.. Hiks..." Ucap Jungkook terputus-putus.

"Tidak sama sekali, nak. Ayah belum berangkat bukan karena Kookie." Ujar Namjoon lagi. Ia mengelus kening Jungkook dengan lembut, tangan satunya mengelap air mata anaknya yang turun hingga menetes ke telinganya.

"Uljima... Jangan menangis, nanti selangnya akan menyakitimu." Ujar Namjoon.

Seketika Jungkook berhenti menangis. Takut selang itu menyakiti tenggorokannya. Hanya menyisakan sesenggukan kecil yang kentara.

"A-ayah benar tidak berangkat bukan karna Kookie yang sakit?" Tanya Jungkook. Namjoon dibuat bingung.

"Nak, ayah mana yang akan membiarkan anaknya sakit sendirian tanpa dirinya?" Tanya Namjoon balik. Jungkook menjadi berpikir. Ayahnya sangat menyayanginya hingga tidak jadi berangkat ke Kanada.

"T-tapi nanti ayah dimarahi..." Ujar Jungkook lucu. Namjoon tersenyum lantas menggeleng.

"Tidak akan. Rapat ini milik ayah. Ayah boleh datang kapan saja." Ujar Namjoon. Jungkook membulatkan matanya. Merasa terkejut. Ayahnya ini adalah orang paling penting rupanya.

Unforgettable | NamKookWhere stories live. Discover now