13 [Abai]

929 80 4
                                    

Esok pagi yang sejuk, Namjoon sudah bersiap sejak subuh tadi untuk mengantar Jungkook. Seperti hari-hari sebelumnya, Jungkook pasti sedang bersiap hendak berangkat sekolah.

Di ruang makan, ayah satu anak itu tengah menunggu kehadiran putranya. Sarapan telah siap di depan mata, namun Namjoon tidak akan memakannya sebelum Jungkook datang.

Yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Dengan setelan seragam sekolah berwarna abu, remaja lima belas tahun itu pun duduk di kursi paling pojok. Tidak seperti biasanya yang akan mengambil duduk tepat dihadapan sang ayah. Kini ia memilih menjauh dari Namjoon.

Jungkook tak mengeluarkan suara hingga ia mulai memakan sarapannya. Tidak peduli disana ada orang lain atau tidak, Jungkook hanya fokus pada piring didepannya.

Namjoon yang tak tahan memilih untuk membuka percakapan.

"Makan putihnya juga, nak. Kau tidak boleh menyingkirkannya." Namjoon yang melirik ke arah piring Jungkook pun menanggapi. Jungkook tidak akan memakan putih telur dan hanya memakan kuningnya saja. Biasanya ia akan memberikannya pada Namjoon, namun kali ini tidak.

"Sini, berikan pada ayah..." Namjoon mencoba mendekatkan piring miliknya pada Jungkook meski terlalu jauh.

Jungkook tak merespon atau sekedar bergeming. Ia asyik makan seolah tak ada suara disana. Namjoon pun merasa bersalah. Pasti anaknya sedang kesal dan marah padanya karena insiden kemarin. Jungkook sampai tak mau keluar sejak kemarin dan hanya makan di kamar.

"Yasudah kalau tidak boleh." Namjoon kembali melanjutkan makannya. Membiarkan anaknya tenang tanpa ia ganggu dahulu. Ia tahu perasaan remaja yang sedang mencari jati diri.

Suasana menjadi hening kembali. Tidak ada suara yang keluar kecuali suara piring dan sendok. Jungkook yang fokus pada makanannya dan Namjoon pun sama.

Hingga Namjoon teringat ia akan pergi ke Kanada besok sore. Ia lupa belum mengatakannya pada Jungkook.

"Ehm, Kookie... Ada yang ingin ayah katakan."

Jungkook tak bergeming. Tidak mau menatap Namjoon dan hanya mengunyah makanannya sendiri.

Namjoon yang merasa tak mendapat respon baik dari Jungkook pun tak mempermasalahkan itu. Ia hanya akan memberitahu hal ini pada Jungkook.

"Besok ayah akan pergi," Ucapnya. Jungkook masih tak menggubris. Namjoon dibuat gemas oleh sikap acuh anaknya.

"Ke Kanada." Lanjutnya.

Jungkook mendongak, menatap Namjoon dengan tatapan tak percaya.

"Dua minggu. Hanya dua minggu." Sambung Namjoon lagi.

Jungkook membuang nafas jengah. Meletakkan sendok diatas piring hingga menimbulkan suara keras. Tubuhnya ia ajak berdiri lalu membenarkan posisi tasnya.

"Mulai sekarang, ayah tidak perlu mengantar jemputku lagi!" Jungkook berlalu begitu saja. Membuat Namjoon menatapnya tak percaya.

~~~

Jungkook berjalan cepat menuju depan gerbang rumahnya. Kakinya ia hentakkan kasar membuat penjaga rumah keheranan.

"Dek Kookie mau kemana?" Tanyanya tersenyum. Jungkook menoleh cepat, terlihat wajahnya yang ditekuk.

"Ke sekolah lah." Ucapnya malas. Penjaga pos itu heran.

"Lho, tuan mana? Tunggu disini saja, dek, menunggu tuan datang." Ajaknya.

"Aku berangkat sendiri!" Tukasnya lalu berjalan cepat menuju depan jalan.

Jungkook menelepon Jimin, beberapa kali hingga ia kesal. Hari masih begitu pagi, atau memang pagi ini tengah mendung? Jungkook mendongak menatap langit yang berkabut hitam. Angin dingin pun berhasil menyapu kulit wajahnya.

Unforgettable | NamKookWhere stories live. Discover now