01 [Pengenalan]

3K 201 3
                                    

Suasana bahagia terlukis jelas diantara dua orang insan yang tengah berbaring nyaman di atas sebuah tikar lembut ditengah taman rumput yang subur. Menikmati semilir angin sore yang memabukkan jiwa untuk tetap singgah disana, dengan beberapa cerita sebagai pengiring tidur sang anak.

Mata keduanya lekas terpejam, suguhan cerita yang dilontarkan sang ayah sejak tadi kian melemah lantaran telinganya mendengar hembusan nafas lembut dari hidung bangir sang putra disampingnya. Ia menoleh, wajah damai sang putra tercinta telah benar-benar terlelap dalam tidur. Bibir tipisnya melengkung sedikit.

Sang ayah tersenyum bahagia. Putranya tumbuh menjadi anak laki-laki yang sangat tampan, lebih tampan dari dirinya. Ia yakin, putranya adalah titisan dari sang istri yang cantik jelita. Meski mereka berbeda jenis kelamin.

Tangan kanannya meraih surai sang anak yang berani turun menutupi kelopak indah itu. Menyibaknya sedikit hingga terlihatlah keningnya yang bersinar. Setiap hari ia tak akan bosan menatap anaknya sendiri. Ada rasa bangga yang luar biasa untuk putra tunggalnya. Hingga ia ingin hidup selamanya bersama sang anak tanpa adanya kematian yang mengintai.

Namun mustahil. Semua yang ia inginkan sangat mustahil tercapai. Jelas manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki takdir yang telah digariskan. Mereka tak bisa berbuat apa-apa untuk merubah keputusan prerogatif Tuhan.

Karena nyatanya, sesuatu telah masuk ke dalam tubuh sang anak. Memerangi kesehatannya di waktu yang sangat belia. Sebuah bom waktu telah terpasang sejak dini, dimana anaknya itu masih sangat kecil untuk memilikinya dibanding dirinya yang sudah berumur. Tuhan tak membiarkan ia hidup lebih lama bersama sang anak.

***

Pagi-pagi buta, satu-satunya tuan besar di rumah ini terbangun tiba-tiba. Buru-buru ia berlari keluar kamar, masuk ke badan kamar lain disamping kamarnya yang tak pernah dikunci oleh sang pemilik. Mendapati seorang anak remaja tengah meringkuk dibalik selimut bulu tebalnya hingga kepalanya berhasil tenggelam didalamnya.

Ia menyibak selimut itu, memperlihatkan surai hitam legam sang anak. Ia menyisirnya sebentar, lalu beralih meraba dada sang anak dari balik tubuhnya yang membelakangi. Detak jantungnya normal, deru nafasnya teratur, ia menghela nafas lega.

"Jungkook-ie, bangun nak. Sudah saatnya kau mandi." Sang ayah berucap lembut di belakang telinga kiri putranya.

Mendengar suara merdu sang ayah, tubuh Jungkook mengeluarkan gerakan kecil. Ia menggeliat lalu memutar badannya hingga menghadap sang ayah.

"Sudah jam berapa, ayah?" Jungkook mengerjap berkali-kali, tangannya mengucek pelan kedua kelopak mata yang masih sepet. Buru-buru tangan sang ayah menjauhkan tangan Jungkook dari aktivitas itu. Ia tidak ingin mata indah anaknya iritasi.

"Jam lima, dan kau harus segera mandi agar tidak kesiangan." Pinta sang ayah seraya tersenyum. Jungkook segera bangkit melaksanakan perintah ayahnya dengan senang hati.

Kim Jungkook, putra tunggal dari Kim Namjoon, seorang pengusaha kaya raya di Seoul. Kehidupan mereka bisa dibilang serba berkecukupan. Namun siapa yang sangka, dibalik senyum indah Namjoon dan Jungkook, ada sebuah benih yang tertanam di tubuh Jungkook yang sewaktu-waktu bisa merenggut nyawa sang putra. Tiada yang menyangka, hidup bahagia selama lima belas tahun ini perlahan akan rusak dengan hadirnya satu penyakit mematikan yang menanti kematian Jungkook.

"Bibi!!! Bibi!!!" Suara melengking milik Jungkook memenuhi seisi rumah besar ini. Orang yang dipanggil kebetulan masih berada tak jauh dari kamar Jungkook. Jadi dia bisa mendengarnya secara jelas.

"Iya, Adek... Sebentar..." Bibi Ahn berlari tergopoh-gopoh memasuki kamar putra semata wayang. Mendapati Jungkook sedang berdiri hanya mengenakan kaos dalam putih  didepan lemari pakaian.

Unforgettable | NamKookWhere stories live. Discover now