Extra part [1]

Mulai dari awal
                                    

"Gak perlu. Kalo lo tinggi, nanti gak enak dipeluk. Udah segini aja cukup." Jawab El seolah mempercayai kalimat Gisha yang mengajaknya untuk konsultasi ke dokter.

Gisha menghela nafasnya. Namun rasanya tetap menyebalkan. Sekarang tingginya dan El terlihat berbeda jauh.

"Lo sering olahraga?"

"Lumayan. Paling kalo libur."

"Oh iya, lo disana gak kepincut bule kan?"

"Nggak Sha. Kalo gue kepincut bule, gue gak akan lamar lo nanti malem."

Iya juga. Gisha menatap serius ke arah depan. Memikirkan pertanyaan apa lagi yang akan ia ajukan pada El. Yang jelas, harus tentang kehidupan cowok itu di Amerika.

Seraya masih terus berjalan keluar mall, mereka mengisinya dengan obrolan-obrolan ringan. Gisha yang bertanya tentang bagaimana keseharian El semasa kuliah, dan El yang menjawab seadanya.

Sampai diparkiran, keduanya langsung memasuki mobil.  Tujuannya sekarang adalah ke rumah El terlebih dahulu.

15 menit kemudian, mereka sampai dirumah mewah kediaman El.

El keluar dari mobilnya, begitupun dengan Gisha. Tangan El kembali merangkul Gisha dan membawanya masuk ke dalam rumah.

"Udah pulang?" Suara itu terdengar tepat setelah keduanya memasuki ruang tamu.

El tak langsung menjawab, melainkan membawa Gisha agar duduk terlebih dahulu di sofa. Setelahnya, ia ikut duduk disamping gadis itu.

"Udah Bun."

"Udah ketemu cincin nya?" Tanya Raka.

"Udah." El memperlihatkan satu kotak kecil dan membukanya. Terpampang jelas ada dua cincin disana.

"Kok simpel banget?" Sahut Naura.

"Gapapa, ini udah bagus."

Raka, Syerina dan Naura akhirnya mengangguk. Terserah yang mau tunangan saja.

"Buat barang bawaan kesana, udah siap?" Tanya El.

"Nanti malem datang. Sebelum kita berangkat, pasti barang udah siap. Gak banyak kok, karena emang mendadak." Jelas Raka.

"Maaf ya om, kalian jadi repot karena acaranya jadi mendadak. Aku pikir papah gak akan nyuruh El buat lamar aku hari ini juga." Ucap Gisha tak enak.

"Gapapa Gisha. Maklum kok, orang udah empat tahun ditinggal, jadi pas ketemu disuruh lamar gapapa." Jawab Syerina.

Gisha meringis tak enak. "Tapi El nya pasti capek Tan. Orang baru pulang dari sana juga kan."

Gisha menoleh saat sebuah tangan mengusap pundaknya lembut. Dapat kedua matanya lihat, El tersenyum hangat padanya.

"Gapapa. Keburu ada orang lain yang lamar lo lagi."

-o0o-

Gisha menatap pantulan cermin dikamarnya. Cermin itu memantulkan dirinya yang sudah rapih dengan gaun simpel berwarna hitam.

GALAKSA [End/Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang