70. Terungkap

Mulai dari awal
                                    

Rizky mengangguk setuju. "Tapi, Na, sebelumnya lo pernah sakit?"

Dahi Alanna mengerut mendengarnya. "Gue juga nggak tau, Ky. Tapi, akhir-akhir ini kepala gue suka pening saat gue memikirkan hal yang berat, contohnya kasus ini dan foto kecil itu. Akhir-akhir ini gue juga selalu mimpi buruk,"

"Ada riwayat sakit apa gitu yang berhubungan sama ingatan lo?" tanya Rizky memastikan. Sejujurnya ia khawatir.

Lumayan lama Alanna menatap Rizky, Alanna mencoba mengingat kembali beberapa kejadian kecil yang kemungkinan ada kaitannya dengan apa Rizky pertanyakan, tapi hasilnya tetap nihil.

Lantas Alanna menggeleng. "Gue nggak tau pasti."

Pintu markas terbuka kembali. Arsen datang membawa sesuatu, lalu ia meletakkan helmnya di rak khusus. Mengambil posisi dan memulai rapat pembedahan kasus satu per satu.

"Kita mulai?" tanya Arsen.

Semua orang mengangguk tanpa ragu. Samudra memberikan kertas yang tadinya ia catat mengenai barang yang di dapat dari salah satu di antara mereka. Segera Alanna mengambil posisi duduk di samping Arsen, ikut mengamati dan berdiskusi ringan bersama dengan Arsen.

Barang pertama yang akan mereka bedah adalah Surat dari Rumah Sakit.

"Rald, surat?"

Gerald meraba saku celana, di berikannya surat yang ia temukan itu pada Arsen.

Saat Arsen meletakkan surat itu di atas meja, sorot pandang Rizky menjadi tidak asing. Ia mendekat membaca lengkap isi surat dari berasal dari Rumah Sakit itu.

"Suratnya emang kayak gini? Emang udah robek gini?" tanya Panji.

"Iya. Gue nemuin surat ini bentukannya udah robek gitu. Robek di bagian nama," jawab Gerald.

"Tunggu," Rizky meraba saku celananya. Terdapat kertas kecil yang kemungkinan saat itu ia temukan saat ia memasuki salah satu gudang di markas besar Cyclops.

Lalu, Rizky menyatukan potongan kertas itu dengan surat yang ada di meja. Dan benar, potongan kertas itu sangat cocok. Rasa penasaran mereka akhirnya terbayar.

"Farhan Aditama?" beo Gerald.

"Udah gue duga surat ini tentang sembuhnya Farhan," ujar Alanna.

"Lo tau sesuatu tentang dia?" tanya Rizky pada Alanna.

Alanna mengangguk samar. "Gue dapet banyak informasi dari nomor nggak di kenal itu. Selain identitas, dia juga misahin diri dan dia nggak ada di kota ini. Itu yang gue dapet dari Revan."

"Udah lo pastiin kan Revan bener-bener tutup mulut?" tanya Geri.

"Kalopun terungkap, perang di mulai, Ger. Gue yakin Revan nggak akan berani bongkar gitu aja karena dia tau konsekuensi yang akan di terima oleh dia itu apa." perjelas Alanna.

"Nggak semua orang bisa di percaya, Na. Lo yakin dia bisa tutup mulut gitu aja? Segampang itu?" tanya Panji.

Alanna menatap Panji serius. "Kalo lo ragu sama gue, nggak papa. Gue nggak maksa siapapun untuk percaya sama gue, Njul."

Panji bergeming. Samudra menepuk bahu Panji dua kali. "Selama kita percaya sesama tim, semuanya aman." kata Samudra sebagai penenang. Panji mengangguk samar.

Barang bukti pertama, selesai. Lanjut menuju ke barang bukti yang kedua, yaitu kamera GoPro yang di temukan oleh Rizky. Kamera itu terlihat seperti sudah rusak, pada saat Arsen mencoba menghidupkan kamera, ternyata kamera itu menyala.

Ketika kamera itu menyala tiba-tiba layar kecil kamera itu berjalan sendiri memutar satu cuplikan video selama 15 detik. Semuanya mendekat penasaran apa isi dari video 15 detik itu.

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang