ALKANA MAHESWARA | 48

31.1K 4.3K 1.5K
                                    

HAPPY READING

~~~

"Lia," panggil Ghina yang sedang duduk di kursi samping Lia.

Semenjak kepergian Alka tadi, Lia hanya melamun di dalam kelas entah apa yang dia fikirkan sambil menatap  sesuatu di layar ponsel.

"Lia. Are you okey?" tanya Ghina yang sebenarnya sudah tau bahwa sahabatnya itu tidak baik-baik saja.

Lia menoleh. "Hm. Nggak papa kok Ghin. Gue baik-baik aja."

"Lo kepikiran kak Alka?"

"Enggak."

"Lo bohong. Kak Alka mutusin lo?"

Lia terdiam sejenak. Kemudian tersenyum yang membuat Ghina heran.

"Tapi emang udah seharusnya kayak gini kan Ghin? Udah seharusnya kesalahan semacam ini diakhiri. Selama ini gue salah banget pacaran diam-diam sama tunangan saudara kembar gue sendiri."

Ghina hanya dia, bingung juga harus mengatakan apa.

"Gue pantes dapetin ini Ghin. Karena gue udah ngambil bahagia yang selama ini seharunya buat Ratu."

"Nggak gitu Lia--"

"Lia. Gue nggak tau harus gimana dalam masalah ini. Tapi gue cuma bisa bilang ini sama lo. Apapun yang terjadi, gue akan selalu ada di samping lo Lia. Nemenin lo meskipun seluruh dunia ninggalin lo."

"Gue udah kehilangan kak Ara. Dan gue, nggak mau kehilangan lo juga. Lo berharga banget buat gua Lia."

"Kalau lo sedih. Nangis aja Lia nggak papa. Gue gabakal ngeledek kok. Gue gabakal bilang lo cengeng juga gue janji."

"Kalau lo butuh sandaran. Bahu gue, bahu gue siap jadi sandaran buat lo."

Lia tersenyum, menatap lurus ke depan. Namun dengan tatapan kosong seolah ada sesuatu yang sedang dia fikirkan.

"Nggak tau kenapa ya Ghin. Gue gabisa boong kalo sekaran hagi gue rasanya sakit banget. Tapi gue juga gatau kenapa gue gabisa ngeluarin air mata. Bahkan sedikitpun."

"Gue cuma ngerasa sesak. Dada gue sesak banget. Sulit banget rasanya ngadepin semua ini. Disaat kemaren hari-hari gue ditemanin sama kak Alka. Tapi untuk kedepannya gabakal ada lagi dia."

"Disatu sisi gue nggak mau kehilangan kak Alka, gue pengen sama dia terus. Tapi di sisi lain gue emang harus ngerelain dia Ghin. Gue gaakan bisa sama-sama sama kak Alka."

"Karena dari awal dia emang bukan milik gue. Tapi gue nggak tau. Kedepannya gue bakal gimana tanpa kak Alka."

Ghina masih saja diam. Seketika dia teringat akan ucapan Ervan tadi sebelum dia pergi.

"Ghin. Babang Erpan minta maaf banget sama Ghina. Tapi babang Erpan mohon pengertiannya."

"Babang Erpan harus ikut Alka. Kemaren babang Erpan nemenin Alka konsul sama Dokter Morgan. Kamu tau sendiri kan penyakit Alka gimana? Kemaren Dokter morgan bilang, kalau Alka gaboleh lalai lagi dalam pengobatannya. Alka gaboleh lagi buang-buang waktu sembarangan karena semakin hari penyakit Alka semakin serius."

Alkana Maheswara (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang