ALKANA MAHESWARA | 38

32.2K 4.8K 8.8K
                                    

HAPPY READING!

~~~

"Kok si Lia ga balik-balik ya?" Ghina menoleh ke semua isi kantin, mencari sosok Lia yang belum juga muncul sedari tadi sementara makanan mereka sudah hampir habis dan bel masuk juga sebentar lagi akan berbunyi.

Ara yang merasa sudah ada yang janggal dengan gerak gerik Lia serta melihat beberapa memar dan luka yang ada di tubuh Lia tadi juga ikut menoleh, mencari keberadaan Lia yang masih belum juga menunjukkan tanda-tanda kedatangannya.

"Samperin aja Ghin. Takut kenapa-napa dianya. Kayaknya juga Lia lagi ga baik-baik aja tapi dia gamau cerita."

"Kak Ara tau darimana?"

"Tadi aku liat banyak luka sama memar-memar di kaki dia. Kayak habis dipukuin orang entah jatoh gatau juga. Terus juga daritadi si Lia-nya ngelamun mulu, diem kayak lagi mikirin sesuatu. Tatapannya juga sering kosong gitu."

"Lah ada memar di kaki Lia? masa sih kok aku ga nyadar? Tadi aku cuma liat wajah dia doang ada kayak memar gitu kak."

"Di kaki dia bagian betis, tulang kering itu juga ada loh Ghin. Terus kayaknya tangan dia juga. Makanya dia make hoodie buat nutupin. Kayak aneh aja gasih cuaca panas-panas gini tapi dia-nya malah ke sekolah pake hoodie."

"Astaga kak Ara asli bener juga. Tapi kok aku goblok banget ya ga kepikiran sampe kesana? Tadi aku sempat nanya ke Lia. Tapi Lia-nya bilang gapapa dan aku dengan polosnya ya percaya aja."

"Hehe. Terkadang beberapa orang memang lebih memilih untuk diam daripada harus menceritakan apa masalah yang sedang dia hadapi sama orang lain Ghin. Karena dia sadar, beberapa orang terkadang cuma penasaran doang, bukan peduli."

"Dan juga pada dasarnya. Orang yang selalu ngomong gapapa, ngomong kalo dia baik-baik aja. Bisa jadi adalah orang yang paling pintar nyembunyiin lukanya."

"Iya fiks kak Ara bener. Kalo gitu aku mau susulin Lia dulu. Gila bener jangan sampe tuh anak bunuh diri di toilet karena depresi."

"Ada gue Lia. Cerita sama gue kalo ada masalah. Gue temen lo."

Tanpa nga ngo nga ngo, Ghina berdiri lalu berlari keluar dari kantin. Menyusuri koridor menuju toilet dan melewati jalan yang sama dengan jalan yang Lia lewati tadi.

"Awas aja kalo lo sampe bunuh diri Lia. Gue bunuh lo detik itu juga!"

Ghina tidak berhenti menggerutu mempercepat langkahnya menuju toilet.

"Ghina tunggu," teriak Ervan yang sedari tadi mengejar Ghina dari belakang. Namun gadis itu sama sekali tidak menghiraukan. Ghina masih berjalan tergesa-gesa. Bertanya pada setiap siswa yang dia lihat di sepanjang jalan.

"Eh Juminten, lo liat Lia gak? sahabat gue yang cantik happy kiyowo? Dia anak baru di sekolah ini. Nggak baru-baru banget juga sih tapi luamayn lah. Dia kembaran si Ratu yang gapunya pangeran. Tapi dia pacar kak Alka cowok idaman sekolah kita. Liat gak?"

"Nggak tau. Nggak liat gue."

"Aishhh."

"Eh eh Junaidi berenti lo. Lo liat temen gue nggak? Si Lia. Tapi bukan Lia Dilan. Nama dia Athalia. Dia cantik tapi lebih cantikan gue dikit kata babang Erpan."

"Ga kenal. Ga tau. Ga liat."

"Hadehh payah bat lo pada masa gitu doang gatau.

Setelahnya Ghina kembali berlari sampai gadis itu terdiam dan kaget saat berada dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari kolam renang yang ada di sekolah. Ghina kaget saat melihat Lia sudah hampir kehabisa nafas melambai-lambaikan tangan di dalam kolam setinggi dua meter tersebut seorang diri.

Alkana Maheswara (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang