Sixth Sense Destiny ►YJW◄ [Hiat]

8] S.S.D : Yohan Facts

Sixth Sense Destiny •YJW•

Genre story : Fiksi, Paranormal, Horror.

◈
◈
◈

✞Happy Reading✞

Seluruh anggota keluarga sudah berkumpul. Begitu juga Ayah yang baru pulang dari bekerjanya. Mereka mulai menyantap makan malam seperti biasa.

"Ayah, setelah ini Juan akan ke luar sebentar," Juan membuka suara ditengah kegiatan makan.

Tiga orang di sana sontak menatap Juan heran. "Ke mana?" tanya Ayah.

"Bertemu temanku di taman dekat Gereja, boleh 'kan?"

"Gadis tadi siang?" sahut Maheesa tiba-tiba. Sontak Juan membantah.

"Jangan sok tahu," matanya menatap Maheesa malas.

"Gadis? Siapa, Juan?" karena Maheesa, kini Ayah mencurigai putra bungsunya. Begitu juga Bunda yang bergantian menatap Ayah dan Heesa.

"Tidak, Dia asal bicara."

"Aku berkata apa adanya," elak Heesa, Ia menatap Bunda setelahnya. "Bunda ingat Boneka Beruang yang Heesa bawa siang tadi? Juan memberikannya kepada seorang Gadis di sekolah. Mungkin Juan akan menemui Gadis itu nanti," goda Maheesa.

Bunda menatap tak percaya kedua putranya. "Benarkah? Juan kenapa tidak memberi tahu Bunda?"

"Bukan dia yang Juan temui nanti. Dan, Juan tidak ada maksut lain. Hanya sebagai ucapan terima kasih saja."

"Terima kasih karena apa?" Ayah yang bertanya.

Juan perlihatkan kalung yang sebelumnya tertutup oleh jaketnya. Melihat Juan sudah mengenakam kembali kalung itu, Ayah, Bunda maupun Maheesa menatap tak percaya.

"Dia menemukan kalung ini saat terjatuh di Cafe waktu itu. Juan memberikan boneka sebagai tanda terima kasih. Jika bukan karenanya, saat ini Juan tidak memakai kalung ini lagi," jelas Juan.

Bunda tak henti mengucapkan rasa syukurnya. Kalung itu amat berharga untuk sang putra. "Syukurlah. Siapa nama temanmu itu?"

Juan malah diam. Mungkinkah Ia menyebutkan namanya di depan keluarga.

"Juan, siapa nama gadis itu?" Ayah pun bertanya.

"Alana."

"Alana? Nama yang bagus, dia pasti gadis yang sangat baik. Juan, ajaklah Alana ke sini. Bunda dan Ayah ingin bertemu dengannya."

Juan membulatkan matanya terkejut. "Untuk apa?"

"Tentu ingin berterima kasih kepadanya."

"Tapi—"