33. Broken Childhood I

Start from the beginning
                                    

Tapi Sol agaknya punya strategi mengelabui yang cukup bagus. Ketika Jisung terbirit masuk ke dalam, dia mengejar. Bagai Cheetah yang sukar kehilangan mangsanya, dia menerkam. Hulk-nya membalas. Menghajar Iron Man habis-habisan. Jisung terkejut-kejut saat jagoannya terdampar bersama bunyi debum kecilnya.

Dia berbalik.

Dor! Sosok Lee Sol yang mulanya tersedu-sedu meratapi keningnya, kini berdiri sekokoh gedung pencakar langit. Bersama Hulk-nya yang dilayangkan tinggi-tinggi. Dia terbahak. Puas mengelabui Jisung.

"Hahaha! Kamu kalah Park Jisung! Iron Man-mu udah mati! Hulk yang menang! Yeay!" Sol meraung-raung. Dia kelewat senang. Sebagai perayaan kemenangan, kaki-kaki mungilnya melangkah. Berlari mengitari ruangan bersama segudang rasa bangganya untuk sang Hulk.

Jisung di tempatnya tak lebih dari seorang bocah kecil mengenaskan yang diterpa penyesalan. "Kamu curang." Tak mau mengakui kemenangan musuhnya, dia mencari alibi. "Mana boleh kayak gitu? Pertarungannya nggak adil." Lantas bersikeras.

"Kamu juga curang udah buat keningku sakit." Sol balik menyerang. Menuding-nuding keningnya bersama tangan kiri yang berkacak pinggang laksana seorang ibunda tengah menghakimi anaknya.

"Itu kan kecelakaan!" Nada bicaranya meninggi. Jisung keras kepala. Sulit menyerahkan kemenangan semudah itu untuk lawannya. Lihat betapa mengenaskannya Iron Man itu terkapar. Lewat matanya, Jisung seakan tengah menyaksikan tangis pilu dari jagoannya. "Pokoknya aku mau diulang lagi."

Tak mau memberikan kesempatan kedua, Sol menggeleng tegas. "Nggak! Nggak ada kesempatan."

"Ada! Kamu curang barusan! Jadi, yang paling adil kita tanding ulang." Pupil itu membulat. Jisung melotot. Berusaha mengintimidasi kawan merangkap musuh bila menyangkut pertarungan.

"Nggak ada!"

"Ada!"

"Nggak!"

"Ada!"

"Nggak ada, Jisung! Aku bilang nggak ya nggak!"

Jisung melangkah. Satu jengkal kaki, dia mendekat. Tiba-tiba, benaknya menuntun pada jalan keluar yang lain. Yang lebih berbahaya, yang lebih menjurus pada keributan parah. Bila Iron Man kesayangannya kalah, maka si Hulk jelek ini juga harus kalah.

Tangan kanannya baru melayang di udara. Siap merampas tokoh andalan Sol di genggamannya. Tapi sesuatu lebih dulu mencegah. Menjeda segala kericuhan yang mungkin kian diperparah.

Kim Doyoung dalam versi 15 tahun menyeruak masuk. Dia sibuk meraup oksigen banyak-banyak. Membiarkan bocah kecil itu menatapnya dengan mata yang berkedip-kedip lucu.

"Hyung, kalau bertamu ke rumah orang itu lebih baik diawali pakai ketuk pintu." Jisung menegur. Mengingatkan yang lebih tua tentang sepenggal nasihat yang pernah dituturkan sang ibu padanya.

Tapi Doyoung tak tergiur meladeni atau bahkan sekedar mengucap kata maaf. Ketika nafasnya mulai teratur seperti yang seharusnya, dia melangkah. Menghampiri Sol lantas menyergap kedua pundaknya.

"Sol, kamu bisa pulang dulu?"

Yang ditanya mengerjap. Kepalanya menoleh, menilik gurat wajah Jisung saat itu. "Tapi aku belum selesai berantem sama Jisung."

Normalnya, Doyoung pasti tergelak. Sibuk menderaikan tawanya sebab rentetan kata yang menggelitik perutnya. "Berantemnya nanti lagi, kan bisa disambung. Kamu barusan dicari Mama, katanya kamu habis dibeliin es krim. Cepet pulang, nanti keburu meleleh."

Shy Shy Jwi ✔️Where stories live. Discover now