Chapter twenty five

106 18 2
                                    

Besok, hari dimana Myung Joon akan bertolak ke Amerika. Tentu saja sang ayah menyambut berita ini dengan gembira. Segala persiapan sudah diurus oleh sang presdir. Tempat tinggal dan mobil untuk Myung Joon selama menimba ilmu disana termasuk kategori mewah, walau sebenarnya tujuan Myung Joon kesana untuk menghindar dari keluarga Ha. Motivasi untuk belajar kadarnya tentu hanya sedikit dibandingkan niatnya untuk bersenang-senang.

Myung Joon sudah merencanakan apa yang akan ia lakukan disana. Pesta dan minum-minum tentu tidak akan ia lewatkan. Apalagi di Amerika, tempat impian para pemabuk. Apa bisa ia belajar dengan baik ditengah godaan yang berat? ah berfikirnya nanti saja.

Tidak ada pesta pelepasan untuk Myung Joon. Teman minumnya seperti Byung Sik dan Chan Ho tentu sudah diblacklist. Sementara untuk teman-teman yang lain Myung Joon tidak berminat. Bermain wanita sebelum berangkat? Myung Joon juga tidak berminat. Tapi tentu beda rasanya kalau ia bermain dengan wanita bule Amerika disana. Jadi lebih baik langsung mencicipinya setibanya di sana, bukan?

Jadilah ia hanya merayakannya kecil-kecilan dengan Myung Jae. Tanpa alkohol, hanya makan-makan. Hari ini Myung Jae tidak memasak karena semua makanan kakaknya itu yang memesan. Temanya hari ini makanan Jepang. Satu set sashimi, juga shabu-shabu dan sushi.

"Sebelum makan, mari kita bersulang dulu untuk kesuksesanmu, Hyung." ucap Myung Jae dengan nada jahil.

Mendengarnya Myung Joon tertawa. "Baiklah. Ayo bersulang!" ia lalu menuangkan botol kecil sake kedalam gelas.

"Cukup satu gelas ini saja."

Myung Joon mengangguk mendengar kalimat dengan nada penekanan itu. "Iyaaa."

Sang kakak mengangkat gelas kecil itu ke udara, diikuti adiknya dengan satu kaleng minuman 0% alkohol. "Untuk kesuksesan!" seru mereka bersamaan.

Yang berikutnya Myung Joon sudah menyentuh makanannya dengan tidak sabar. Myung Jae memasak shabu-shabunya dalam panci berukuran kecil sembari memperhatikan kakaknya. Ia terlihat bahagia dan bersemangat. Memang ia terkejut kenapa kakaknya itu memilih Amerika. Tapi ia tahu betul ia memang bertujuan untuk menghindari sang ayah.

"Wah sashimi ini super lezat. Myung Jae-ah, coba yang ini!" Seru Myung Joon sambil menjepit satu potong dengan sumpit dan menyuapkannya ke mulut Myung Jae.

Myyng Joon sibuk makan sampai mulutnya penuh. Ia benar-benar menikmati waktu bersama Myung Jae, juga makanan ini karena ini makan malam terakhir dengan adiknya itu.

"Aku harap kamu serius untuk belajar, hyung."

"Aku coba." jawabnya cepat.

"Aku tahu hyung kamu memang menghindar dari aboji, tapi sekolah penting untuk masa depanmu. Jadi jalanilah dengan serius."

Mata Myung Joon beralih ke shabu-shabu yang sudah matang. "Kamu tahu aku."

"Justru karena itu aku mengatakannya. Tunjukkan kalau kamu bisa, hyung. Kalau kamu bukan orang yang bisa diremehkan oleh Joon Tae."

"Aku cukup membuatnya kesal dengan berhasil masuk. Selebihnya aku tidak butuh pengakuan siapapun, apalagi orang itu."

Myung Jae menatapnya sebal. Tapi sudahlah kakaknya itu memang begitu. Ia butuh motivasi yang bisa membuatnya bersemangat belajar.

"Joo Hyun noona bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana?"

"Kamu sudah mengatakan padanya, bukan?"

"Apanya?"

Myung Jae mendelik kesal. "Perasaanmu lah, hyung!"

Mendengarnya Myung Joon terdiam. "Perasaan apa.."

ReasonWhere stories live. Discover now