Chapter twenty two

162 20 4
                                    

Joo Hyun mengaduk kuah ramyeon yang baru saja ia buat dengan bersemangat. Sejak tahu ia hamil, ia sudah diingatkan dokter untuk membatasi konsumsi ramyeon. Tapi keinginan itu sudah tidak tertahankan. Yah satu mangkok setelah delapan minggu rasanya tidak apa-apa bukan? ia juga menambahkan banyak sayuran, telur juga matang dengan sempurna mengingat dokter juga melarangnya makan telur atau makanan lain yang tidak matang.

Ia meniup ramyeonnya yang masih terlihat mengebul karena panas. Matanya mendelik saat sesuap ramyeon masuk ke mulutnya.

"Ya tuhan.. padahal baru dua bulan aku tidak makan ramyeon tapi kenapa rasanya seenak ini? seperti baru pertama kali aku memakannya. Rasanya aku jadi pelupa sekarang."

Tidak lupa Joo Hyun menghirup kuahnya sampai tak bersisa. Hanya makan ramyeon saja mood nya membaik.

Joo Hyun bersandar pada pinggiran tempat tidur sambil mengelus perutnya yang masih datar. "Aegi omma, kamu kenyang juga bukan? akhirnya omma makan makanan yang kamu mau, tapi jangan sering-sering minta ya karena omma tidak boleh sering-sering makan ramyeon." ia tersenyum, membayangkan sedang berkomunikasi dengan bayi di kandungannya. Bayinya memang masih kecil, tapi mereka terhubung satu sama lain jadi pasti bayinya bisa merasakan apa yang sedang dipikirkannya. Karena itu Joo Hyun berjanji akan mengontrol perasaannya sebisa mungkin. Ia mau bayinya tumbuh dengan bahagia, walau masih jauh dalam bayangannya kebahagiaan itu.

Ia juga bersyukur kalau ia tidak ada mual dan muntah yang seperti dirasakan rata-rata ibu hamil. Walaupun memang tenaganya belum kembali seperti dulu.

Sekarang pukul dua siang. Diluar hujannya awet, sudah tiga jam hujan belum berhenti juga. Joo Hyun mengurungkan niatnya untuk membeli susu di minimarket, nanti saja setelah hujan berhenti. Dan karena hari ini libur, Joo Hyun memutuskan untuk tidur saja.

Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Joo Hyun membukanya.

"Myung Joon oppa?"

Myung Joon berdiri di depannya dengan tubuh yang basah kuyup dari rambut hingga sepatunya. "Joo Hyun-ah..."

Joo Hyun mematung di tempatnya selama beberapa detik. Setelah satu minggu lebih ia tidak melihat Myung Joon, tiba-tiba saja laki-laki ini muncul lagi di depannya dengan wajah pucat.

Melihat Joo Hyun yang terlihat terkejut Myung Joon mundur selangkah. Dari ekspresinya ia menebak Joo Hyun tidak menyukainya. "Maaf kalau aku tiba-tiba muncul disini."

Joo Hyun masih tidak bergeming. Myung Joon menundukkan kepalanya. Harusnya ia tidak kesini. Entah kenapa saat kedatangan aboji ke apartemennya, membuatnya teringat lagi akan kenangan buruk itu, ia tidak bisa berfikir jernih. Ia keluar ke jalanan tidak perduli hujan lebat mengguyurnya. Yang ada dipikirannya hanya ia mau menemui Joo Hyun. Hanya gadis itu yang bisa membuatnya tenang.

"Aku permisi." Myung Joon berbalik badan dengan langkah gontai, tapi tiba-tiba Joo Hyun menarik lengannya membuat tubuh Myung Joon kembali berbalik dan jatuh di pelukan Joo Hyun. Kepalanya terasa sangat berat, tubuhnya lemas, sampai ia tidak merasakan apapun saat Joo Hyun memeluknya.

Sedangkan Joo Hyun yang jantungnya berdebar karena sentuhan itu berubah terkejut. Ia bisa merasakan panas dari tubuh Myung Joon. Joo Hyun meletakkan tangannya di pipi Myung Joon. "Oppa, badanmu panas sekali!"

Mata Myung Joon mulai terpejam. Dengan sigap Joo Hyun menuntun Myung Joon ke atas tempat tidurnya.

"Oppa buka dulu baju dan celanamu, semua basah kuyup." pinta Joo Hyun panik karena tubuh Myung Joon panas sekali.

"Tidak usah."

"Ayo oppa aku bantu." Joo Hyun membuka kaus yang Myung Joon pakai. Sekarang bukan saatnya malu melakukan ini kepada Myung Joon, karena ia harus mengeringkan tubuhnya. Ia lalu membantu Myung Joon membuka celana jeansnya. Myung Joon sudah setengah sadar. Joo Hyun mengambil handuknya, menutupi tubuh Myung Joon dengan itu.

ReasonWhere stories live. Discover now