Chapter twenty

139 23 0
                                    

Sudah tepat seminggu lamanya Myung Joon tidak menghubungi Joo Hyun. Alih-alih sedih dan merasa kesepian, Joo Hyun justru lega. Ia merasa tidak harus berakting kuat dan tegar di depannya.

Hamil itu ternyata cukup berat karena baru jam segini Joo Hyun sudah merasa lelah. Seorang Kim Joo Hyun yang biasanya semangat dan memiliki energi berlebih pun merasa kerepotan. Ia lebih banyak duduk, untungnya pengunjung cafe hari ini sedikit. Nafsu makannya juga berkurang biarpun ia tidak merasa mual yang berarti. Selain lelah yang ia rasakan juga mood nya memburuk. Joo Hyun tidak menyalahkan hormonnya, tapi ia masih belum mendapatkan solusi tentang ini. Apa yang harus ia lakukan kedepannya. Perutnya tentu akan membesar nantinya. Ia tidak mungkin menutupi kehamilannya ini dari orang lain. Belum lagi ia memikirkan omongan orang-orang kalau ia hamil tanpa suami atau kekasih.

Ki Young melirik Joo Hyun yang sedang membenamkan kepalanya di meja kasir. Sudah seminggu ini Joo Hyun terlihat tidak semangat bekerja. Raut wajahnya kusut. Walaupun ia tetap tersenyum saat pembeli datang tapi tetap terlihat aneh bagi Ki Young

"Kim Joo Hyun ssi."

Tidak ada jawaban.

"Joo Hyun ssi..."

Joo Hyun masih tidak bergerak.

"Hei Joo Hyun-ah!"

Ki Young panik, melupakan panggilan formalnya. Ia bergegas mengangkat kepala Joo Hyun. Benar dugaannya gadis ini pingsan. Dengan cepat Ki Young menggendong Joo Hyun dan merebahkannya ke atas sofa yang terletak di sudut cafe. Nafas Joo Hyun terlihat lemah. Ki Young menempelkan jarinya di nadi leher Joo Hyun, detaknya juga lemah.

"Ia harus dibawa ke rumah sakit." Seru Ki Young. Ia bersiap menarik Joo Hyun ke dalam gendongannya lagi, tapi tangan Joo Hyun mendorongnya menjauh.

"Joo Hyun-ah? Kamu sadar?"

"Maaf, sajangnim." Ucap Joo Hyun dengan lemah.

"Kamu harus dibawa ke rumah sakit."

Joo Hyun menggeleng dengan sisa kekuatannya. "Aku tidak mau ke rumah sakit. Aku tidak apa-apa."

Ki Young menatapnya khawatir. "Tapi..."

"Aku tidak apa-apa sajangnim. Aku hanya terlambat makan. Maag ku kambuh." Joo Hyun berusaha untuk duduk. Ia tidak boleh ke rumah sakit. Bisa-bisa Ki Young tahu kalau ia sedang hamil. Ia tidak mau siapapun mengetahuinya. Bahkan Na Yeon sekalipun.

Ki Young tidak bisa memaksa. Ia akhirnya membantu Joo Hyun untuk duduk bersender di sofa. Ia meminta salah satu pekerja untuk membawakan segelas air untuk Joo Hyun.

Joo Hyun meneguknya dengan cepat. Sepertinya ia juga kurang minum air putih. Apalagi makan. Ia menyesal kenapa ia tidak makan dulu tadi. Hampir saja ia ketahuan.

"Sudah tahu ada sakit maag tapi kamu malah terlambat makan? Apa kamu mau cari mati?"

Joo Hyun menghindari tatapan Ki Young. "Maafkan aku sajangnim."

"Kamu tinggal sendiri, jadi jagalah dirimu sendiri." Omel Ki Young lagi.

Joo Hyun hanya menundukkan kepalanya. Menyesali perbuatannya sendiri yang hampir membuatnya ketahuan, juga membuat boss nya kesal karena kelalaiannya dalam bekerja.

Melihat wajah murung Joo Hyun ia jadi menyesal memarahinya. Bagaimana bisa ia memarahi seseorang disaat orang itu tadi pingsan.

Ki Young lalu duduk di sebelah Joo Hyun. Ia meneliti gadis itu. "Jadi kamu belum makan?"

"Belum, sajangnim." Jawab Joo Hyun takut-takut. Ki Young pasti akan memarahinya lagi.

"Kalau begitu mau makan apa? Aku pesankan."

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang