Chapter five

187 36 1
                                    

Kelas professor Jang dalam minggu ini kembali dimulai. Dan seperti biasa Myung Joon kembali terlambat. Belum ada perubahan, tapi hey paling tidak ia merasa ada sedikit rasa bersalah dari dirinya karena terlambat. Rasa tanggung jawab di diri Myung Joon memang perlu diketuk.

"Lagi-lagi kamu terlambat. Apa kamu serius mau mengikuti mata kuliah ini?" Tanya Professor Jang dengan wajah serius setelah kelas berakhir. Sebenarnya ia kesal luar biasa dengan mahasiswa satu ini. Semena-mena sekali. Hanya karena ia salah satu anggota dari keluarga Ha yang notabenenya adalah salah satu donatur terbesar di kampus. Jika tidak pasti ia sudah melempar kepalanya dengan pulpen.

"Aku sungguh-sungguh minta maaf, gyosunim." Myung Joon mengeluarkan ekspresi se-bersalah mungkin di wajahnya.

"Kamu harus lulus mata kuliah ini! Apa yang akan kamu lakukan kalau masih seperti ini terus? Sedangkan kamu belum bisa merubah kebiasaan burukmu."

Myung Joon masih menunduk. Akting penyesalannya harus sebaik dan seyakin mungkin.

"Aku janji akan merubahnya. Aku tidak akan terlambat lagi."

Wajah Professor Jang tetap terlihat sangsi. Sepertinya Myung Joon harus melancarkan rencana lain.

"Maaf gyosunim, sebenarnya aku masih belum paham dengan materinya. Sepertinya aku butuh bimbingan."

Mata Professor Jang menajam. "Apa kau serius kali ini?"

"Aku sangat serius, gyosunim. Aku akan lulus dengan nilai yang bagus." Ucap Myung Joon seyakin mungkin. Percaya diri yang utama, setelahnya serahkan pada takdir. Itulah motto hidup Myung Joon.

Professor Jang terlihat berfikir sejenak. Matanya lalu menangkap Joo Hyun, mahasiswi yang selalu konsisten dengan nilainya. "Kim Joo Hyun, bisa kemari sebentar?" Panggil Professor Jang kepada Joo Hyun yang sedang menuruni tangga.

"Ne, gyosunim."

Senyum mulai mengembang di bibir Myung Joon. Sepertinya rencananya berhasil.

"Apa kamu bisa membantu Ha Myung Joon belajar agar ia bisa lulus mata kuliah ini?" Tanya professor Jang langsung saat Joo Hyun sudah berdiri didepannya.

Mata Joo Hyun melebar. "Hah? Saya?"

Myung Joon melirik Joo Hyun sekilas.

"Iya. Bisa kan? Bantu ia belajar secara private, saya yakin kamu bisa membantunya. Kamu sudah menguasai mata kuliah saya."

Joo Hyun diam sejenak. Myung Joon bisa melihat Joo Hyun keberatan. Myung Joon mulai ragu Joo Hyun akan menerima permintaan Professor Jang

"Baik, gyosunim." Ucap Joo Hyun akhirnya. Professor Jang mengangguk sambil tersenyum kecil. Begitu juga Myung Joon.

"Minggu depan ujian. Saya harap kamu berhasil kali ini, Ha Myung Joon." Ucapnya sebelum berlalu.

"Saya harap begitu." Myung Joon tersenyum penuh arti. Sedangkan Joo Hyun menghela nafasnya.

Myung Joon menoleh ke Joo Hyun. "Jal butakdeurimnida(mohon bantuannya)."

Joo Hyun hanya mengangkat sudut bibirnya sedikit. Jujur ia keberatan dengan permintaan ini. Ia tidak nyaman harus berdekatan dengan Myung Joon, juga tidak yakin apa ia bisa membimbingnya sampai berhasil. Selain itu latar belakang Myung Joon sangat berbeda dengan dirinya. Walaupun Joo Hyun tidak memilih teman berdasarkan statusnya tentu saja ada rasa berbeda bergaul dengan orang yang biasa-biasa saja dan yang kelas atas seperti Myung Joon.

Sedangkan Myung Joon tentu senang dengan permintaan professor Jang ini. Rencananya berhasil.  Dari awal ia memang penasaran dengan Joo Hyun. Mendapati seseorang yang sangat bertolak belakang dengan dirinya membuatnya tertantang untuk tahu lebih jauh. Myung Joon seakan lupa dengan janjinya sendiri untuk tidak dekat dengan perempuan manapun.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang