#12 - Strings Duo

Start from the beginning
                                    

Tidak ada tanggapan lagi dari Feli. Melodi berasumsi bahwa sahabatnya itu telah lebih dulu kembali ke ruang tunggu khusus untuk para pemain orkestra. Lantas sebelum Melodi keluar dari ruangan tersebut, gadis itu memperhatikan pantulan dirinya di dalam cermin sekali lagi.

Gaun warna hitam tanpa lengan kini melekat pada tubuhnya, membuat gadis itu semakin mengeratkan genggaman pada pergelangan tangan kirinya. Bekas sayatan yang tampak saling membentang semakin membuat napasnya kian sesak. Namun, keputusan impulsifnya untuk tampil bersama Sonya malam ini tidak dapat ia tarik kembali, dan gaun yang seharusnya digunakan oleh Lana tersebut adalah satu-satunya gaun yang dapat Melodi gunakan saat ini. Melodi hanya berharap, siapa pun yang akan Melodi temui nanti tidak akan menyadari sesuatu yang tengah ia sembunyikan di balik karet rambut besar yang ia lilitkan pada pergelangan tangan kirinya.

🌻🌻🌻

"You are okay with Melodi, right?"

Frasa yang dilontarkan Satya beberapa saat yang lalu terus terngiang dalam benak Revan. Pernyataan Satya tersebut memang hanya terdengar sepintas lalu. Namun, dalam perjalanannya menuju ruang tunggu khusus untuk para pemain orkestra, Revan terus saja memikirkan jawaban yang seharusnya pemuda itu berikan.

Apakah dirinya baik-baik saja dengan Melodi?

Revan memejamkan matanya sesaat. Sekeras apa pun pemuda itu berpikir, ia bahkan tidak memiliki jawaban yang pasti. Hubungan antara dirinya dan Melodi sebagai seorang performer dan pengiring bisa dibilang cukup normal dan tidak ada masalah yang berarti. Hanya saja, ketika mengingat bagaimana semua ini dapat bermula, tidak dapat dipungkiri bahwa ada sesuatu tentang gadis itu yang membuat salah satu sudut dalam benak Revan cukup terusik.

She reminds him of his mom ... a lot.

Ada alasan tersendiri kenapa Revan juga berada di Gedung Pertunjukan Sonata hari itu. Ketika mamanya masih ada, Revan pernah beberapa kali diajak sang mama untuk menonton pertunjukan musik klasik Barat di sana. Sang mama sangat menyukai pertunjukan piano, terutama komposisi-komposisi piano yang digubah oleh salah satu komponis besar berkebangsaan Polandia, Frederic Chopin. Beberapa kali Revan mengunjungi tempat tersebut ketika dirinya sedang merindukan sang mama. Namun, saat Revan mendapati Melodi menjerit frustasi dan menyayat pergelangan tangannya sendiri di rooftop Gedung Pertunjukkan Sonata, bahkan hingga memohon kepada dirinya agar merahasiakan apa yang telah terjadi hari itu, Revan menyadari bahwa sejak detik itu dirinya tidak lagi bisa memandang sosok Melodi sebatas partner performance-nya saja.

Sepasang netra gelap itu akan selalu mengingatkan dirinya kepada sang mama, dan hingga detik ini Revan masih belum tahu secara pasti harus bersikap seperti apa terhadap Melodi.

Ketika Revan tiba di ruang tunggu khusus untuk para pemain orkestra, Revan mengernyitkan dahi karena tidak dapat menemukan eksistensi Melodi di sana. Baru saja ia ingin mengirimkan pesan kepada Melodi, pemuda itu tidak sengaja bertemu dengan Feli yang terlihat baru saja kembali dari ruangan lain yang tidak jauh dari ruang tunggu anak orkes tersebut.

"Cari Melodi, Kak?"

Revan mengangguk kikuk. "Iya. Melodi ada di dalam?"

Gelengan pelan yang ditampakkan Feli membuat Revan sedikit bingung. "Melodi lagi ganti baju. Mungkin sebentar lagi dia udah selesai."

"Ganti baju?"

"Iya. Soalnya sebentar lagi dia juga harus perform lagi."

"Perform lagi? Perform apa?"

"Kak Revan belum dikasih tahu sama Melodi?"

Revan menjawab seraya menggaruk salah satu pelipisnya. "Hng ... belum."

Melodi Dua Dimensi [ON GOING]Where stories live. Discover now