#10 - The Color Journey

181 45 79
                                    

Banyaknya penonton yang telah berkerumun di depan Museum Seni Rupa merupakan pertanda bahwa sesi live art pada acara Festival Seni Nasional memang menjadi salah satu pertunjukan yang paling dinantikan dan menarik perhatian para pengunjung yang hadir di sana. Sorak-sorai dan riuhnya tepuk tangan yang terdengar ketika satu per satu performer telah selesai menampilkan proses berkarya mereka membuat seorang gadis yang kini berdiri tidak jauh dari lokasi pertunjukan semakin mengeratkan genggaman jemarinya. Beberapa kali ia harus menghela napas dalam guna meredakan degup jantungnya yang kian bergejolak. Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa gadis itu juga merasa sangat antusias menanti gilirannya tiba untuk tampil beberapa saat lagi.

"Nervous?"

Melodi sedikit tersentak begitu menyadari Revan kini telah berdiri tepat di sampingnya—setelah beberapa saat yang lalu pemuda itu harus kembali berkoordinasi dengan anak perkap guna memastikan semua properti yang akan mereka gunakan telah siap seluruhnya. Revan tampak tersenyum lembut seolah dapat membaca dengat akurat apa yang tengah Melodi rasakan sekarang. Gadis itu juga membalas dengan senyum meski gugup yang tengah ia rasakan tidak dapat sepenuhnya ia sembunyikan.

"Well ... actually this is my first time appearing on an event like this," ujar Melodi diiringi helaan napas dalam.

"Really?" tanya Revan mengkonfirmasi.

Melodi mengangguk pelan. "Biasanya gue perform cuma buat kompetisi aja sih. So, yeah .... Ini bakal jadi pengalaman pertama gue buat tampil jadi pengiring di luar kompetisi piano atau pun classical event yang selalu gue ikuti."

"Ah ... that's why you look so nervous right now?"

"Hng ... do I?"

Revan tampak buru-buru meralat ucapannya, takut kalau lawan bicaranya merasa tidak nyaman. "Enggak, ya? Sorry kalau pernyataan gue sebelumnya terkesan sok tahu."

Melihat perubahan sikap Revan yang mendadak itu, Melodi nyaris saja tergelak secara impulsif karena tidak menyangka Revan akan memberi respon seperti itu. Gadis itu akhirnya kembali melanjutkan perkataannya tanpa menghilangkan senyum yang sedari tadi menggatung di kedua sudut bibirnya.

"Dibandingkan nervous secara literal, gue malah ngerasa excited banget buat perform," ungkap Melodi jujur. "I think, it will be one of my best performance I've ever done. Jadi, gue ngerasa agak nervous sekarang karena gue penasaran experience kayak gimana yang bakal gue rasain pas perform nanti."

Untuk beberapa saat, tidak ada respon yang diberikan oleh Revan. Hening kembali hadir di antara keduanya. Melodi sedikit kebingungan harus bersikap seperti apa sekarang. Namun, pandangan Revan tidak sedetik pun lepas dari dirinya, membuat Melodi kini merasa agak kikuk di hadapan pemuda itu.

"Uhm ... kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu, Kak?" Melodi memberanikan diri untuk kembali memulai percakapan karena berada pada sunyi yang terus berlalu sangatlah tidak mengenakkan.

"Lo ngerasa se-excited itu ya?" Revan malah balik bertanya kepada Melodi.

"Of course! Why not?" Melodi membalas dengan semangat yang tidak dapat ia sembunyikan. "Konsep performance yang Kak Revan bikin tuh unik banget! Apalagi ada cerita yang bakal Kak Revan sampaikan dengan medium lukis, musik, dan ... tari? Gue bahkan belum pernah lihat kolaborasi performance kayak gitu seumur hidup gue."

Mendengarkan penuturan tersebut, Revan sedikit membulatkan matanya untuk sesaat. Melodi tidak menyadari perubahan ekpsresi Revan karena Satya tiba-tiba hadir mendistraksi percakapan di antara keduanya.

"Kalian udah siap?"

"Is it our turn?" tanya Revan memastikan.

Satya mengangguk pelan. "Sand painting* performance-nya hampir selesai. Akan lebih baik kalau kalian siap-siap sekarang."

Melodi Dua Dimensi [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang