#12 - Strings Duo

226 45 53
                                    

Melodi pikir, keputusannya membantu Sonya untuk memainkan violin part lagu Ah Vous Dirai-je Maman dapat membuat dirinya mampu berdamai dengan instrumen yang menjadi representasi dari namanya sendiri. Namun, hal tersebut tidak semudah yang ia kira. Dirinya mungkin memang dapat kembali memainkan violin setelah bertahun-tahun lamanya—di tengah bunyi-bunyi bising dalam benaknya yang terus berkelebat ketika suara gesekan instrumen strings tersebut terdengar—tetapi ingatan terhadap sosok yang menjadikannya terjebak dalam kubangan rasa benci itu benar-benar membuat dadanya terasa sesak. Helaan napas dalam yang berkali-kali gadis itu lakukan nyatanya tidak mampu meredakan emosi yang menghimpit batinnya dan pening yang mendadak hadir di waktu krusial seperti saat ini.

Pantulan dirinya pada cermin besar yang ada di hadapannya kini benar-benar menggambarkan gurat cemas yang tengah Melodi rasakan. Sapuan make-up yang telah ia poles ulang pun tidak mampu menjadi kamuflase dari binar sendu pada sorot matanya. Suara-suara abstrak itu terdengar lagi, bahkan jauh lebih keras daripada sebelumnya ketika Melodi menyadari bahwa ia tidak lagi memiliki banyak waktu hanya untuk menenangkan diri.

"SHE WAS A MISTAKE! SHE SOULDN'T EXIST!"

Sampai kapan pun, luka yang digoreskan oleh seruan bernada tinggi tersebut tidak akan pernah sembuh sepenuhnya—seruan yang dilontarkan oleh dia yang terus menerus memupuk kepingan kaca yang menggores tiap sudut batin Melodi. Karena dia selalu menutup mata terhadap eksistensi Melodi, pada akhirnya dunia yang telah Melodi bangun bertahun-tahun lamanya pun harus runtuh tak bersisa.

Dan frasa menyakitkan tersebut terlontar pada masa-masa di mana seharusnya Melodi dapat memfokuskan diri pada salah satu mimpi terbesarnya—menjadi performer di salah satu gedung pertunjukan paling prestisius yang ada di dunia, Carnegie Hall.

Melodi memejamkan matanya sesaat. Kedua jemarinya saling menggenggam erat, berusaha mencari ketenangan di tengah kekalutan yang terus menghantam. Pikirannya kembali berkelana pada masa lalu, di mana semua permasalahan yang ada di hadapan Melodi saat ini bermula dalam rentang waktu yang amat sangat tidak tepat.

Apabila ditelaah lebih jauh, sebenarnya pertengkaran orang tuanya pada saat itu bukanlah pertengkaran pertama yang Melodi saksikan. Melodi telah berkali-kali mendengar orang tuanya saling melontarkan frasa bernada tinggi dari dalam kamar mereka. Hanya saja, pada saat itu Melodi berusaha untuk tidak acuh dan memilih untuk berfokus pada latihan violin-nya atau hanya berdiam diri di dalam kamarnya.

Namun, intensitas pertengkaran mereka semakin meningkat di tengah masa-masa Melodi mempersiapkan pertunjukannya bersama Sonya. Melodi berusaha untuk selalu fokus pada tiap sesi latihan yang gadis itu hadiri. Hanya saja, rasa sakit hati akibat seluruh perkataan sang papa ketika Melodi tidak sengaja menyaksikan pertengkaran hebat kedua orang tuanya membuat gadis itu tidak mampu lagi bermain violin dengan penuh antusiasme dan juga kebahagiaan. Pada akhirnya, lagu Ah Vous Dirai-je Maman yang dipenuhi nada-nada ceria tersebut malah menjadi salah satu mimpi buruk yang selalu berusaha Melodi hindari setiap saat.

Suara ketukan dari pintu ruang ganti mendistraksi lamunan yang sedari tadi menenggelamkan kesadaran Melodi. Gadis itu buru-buru merapikan rambut panjangnya yang tergerai, hendak memberikan respon ketika sesaat kemudian terdengar suara Feli dari balik pintu tersebut. Melodi kembali menarik napas dalam sejenak sebelum dirinya menjawab panggilan dari Feli.

"Ya, Fel?"

"Lo udah selesai ganti baju?" tanya Feli sekali lagi.

"Udah."

Feli kembali bersuara, "Kalau gitu, buruan balik ke ruang tunggu, ya. Kita ada briefing dulu sebentar sebelum persiapan di backstage."

Melodi menjawab setelah mengembuskan napas pelan, "Oke. Gue bakal segera nyusul lo ke sana."

Melodi Dua Dimensi [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang