#09 - D-Day

155 52 42
                                    

Jalanan Kota Tua siang ini dipenuhi orang-orang dari beragam latar belakang yang ingin menghabiskan waktu akhir pekan mereka. Sebagian dari mereka tampak berjalan-jalan santai sambil menikmati bangunan tua peninggalan kolonial Belanda tersebut, sedangkan sebagian lain memang mengkhususkan diri untuk datang guna melihat pameran seni dan beragam pertunjukan yang telah dipersiapkan oleh panitia acara Festival Seni Nasional tahun ini. Acara dua tahunan tersebut memang selalu menarik perhatian berbagai pihak, bukan hanya mereka yang terlibat dalam rangkaian acara itu saja, tetapi juga masyarakat yang ingin mengenal lebih jauh tentang beragam seni yang ada di seluruh penjuru nusantara maupun seni yang terkenal dari mancanegara.

Di bawah naungan pohon yang rindang, Revan duduk pada bangku taman kota sambil meminum ice americano yang baru saja ia beli beberapa saat yang lalu. Menipisnya jam tidur yang ia miliki di malam sebelumnya membuat pemuda itu membutuhkan kafein agar fokusnya dapat tetap terjaga. Satya yang sedari tadi menemani dirinya sejak ia datang ke lokasi acara terlihat sibuk dengan tablet miliknya, seolah sedang memastikan beberapa hal dan berkoordinasi dengan rekan sesama panitia acara.

"Nah, Van ... lo lihat area di depan Museum Seni Rupa itu?" Satya bertanya seraya menujuk salah satu bangunan berwarna putih yang terletak tepat di bagian utara taman kota. Revan yang merasa kepanasan karena sinar matahari yang terlalu menyengat hanya mengangguk pelan sambil tetap mendengarkan penjelasan dari sahabatnya itu.

Satya melanjutkan dengan semangat yang masih menggebu, "Itu area yang bakal jadi panggung terbuka buat sesi live art nanti sore. Belum ada setting apa-apa soalnya properti yang dipakai emang nggak banyak dan nggak terlalu ribet kayak mini performance musik atau tari kemarin. Karena lo bakal tampil di urutan terakhir, properti yang lo butuhin bakal disiapin setelah penampilan sebelum lo kelar."

"Termasuk keyboard dan sound system yang dibutuhkan Melodi?" tanya Revan memastikan seraya memasang tampang serius. Kedua hal yang disebutkan Revan sebelumnya juga termasuk properti penting. Apabila terjadi kendala pada perangkat elektronik tersebut, bisa dipastikan performance yang dibawakan Revan akan berakhir gagal total.

Tentu saja Revan tidak berharap demikian. Pemuda itu tidak ingin seluruh persiapan yang telah mereka lakukan menjadi sia-sia.

"Well ... you don't have to worry," jawab Satya dengan intonasi yang menenangkan. "Semua kesiapan properti lo udah gue cek berulang kali dan nggak ada masalah apa pun, termasuk keyboard dan sound system yang lo maksud tadi. Gue juga udah koordinasi sama anak perkap buat nyiapin apa aja yang lo butuhin sesuai dengan instruksi gue. Yang perlu lo lakuin sekarang cuma fokus sama performance lo dan ekspresiin semua perasaan lo ke dalam lukisan yang bakal lo buat nanti."

Anggukan pelan yang diberikan oleh Revan menjadi tanda bahwa seluruh penjelasan dari Satya telah ia pahami dengan baik. Pemuda itu memilih untuk menghabiskan ice americano yang masih tersisa seraya mengamati lokasi festival yang ada di sekitarnya.

Acara Festival Seni Nasional tahun ini mengusung tema 'Diversity' yang mana setiap perbedaan dari beragam seni yang dipamerkan dan dipertunjukkan saling berkolaborasi satu sama lain hingga membentuk suatu ragam seni baru. Sama seperti yang akan dipertunjukkan oleh Revan nanti. Ia akan menampilkan proses lukis abstract expressionism painting secara langsung dengan diiringi live music yang akan dibawakan oleh Melodi. Gerak lukis yang akan ditampilkan Revan nanti juga tidak dilakukan secara asal. Pemuda itu akan memadukan gerak dasar tari kontemporer* pada tiap gores lukis yang dibuat agar cerita di balik lukisan yang ingin ia tunjukkan dapat diterima dengan baik oleh penonton.

Revan masih saja mengamati sekelilingnya ketika Satya kembali bersuara, "By the way, Van, jam berapa Melodi bakal sampai sini?"

"Sekitar jam setengah tiga-an kayaknya," jawab Revan sambil melihat jam tangan yang melingkari lengan kirinya.

Melodi Dua Dimensi [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang