[Sepuluh] Hilang (END)

330 43 3
                                    

Hadit menatap Radit yang ada di hadapannya. Lebih tepatnya hantu Radit yang sekarang sudah menampakan wujud aslinya.

Wujud asli Radit dengan memakai seragam sekolahnya dengan bercak darah dimana-mana menatap Hadit dengan sendu.

"Maaf Hadit, harusnya gue sebagai kakak lo bisa jagain lo dan gak bersikap egois. Harusnya dari awal gue kasih tau kebenarannya sama lo bukan malah gue simpen sendiri dan berusaha sendiri. Gue egois dan gue salah, gue minta maaf"

Hadit menatap Radit dengan tubuh yang bergetar, "Gak.... gak mungkin" lirih Hadit.

Olivia dan Harun berada di belakang Hadit langsung menatap kearah yang ditatap Hadit.

"Hadit?" Olivia menghampiri Hadit dengan perlahan.

"GAK MUNGKIN!!!" Hadit menjambak rambutnya dan menangis kencang disana.

Seakan raganya tidak ada disana, Hadit menangis dengan kencang sambil memegang kepalanya dan berontak, Olivia langsung memeluk Hadit sambil ikut menangis.

"Hadit, kamu kenapa nak?"

"INI SEMUA BOHONG KAN MAH? RADIT! RADIT MENINGGAL?"

Olivia menatap Hadit dan mengangguk pelan.

Hadit berdiri dan mundur beberapa langkah sambil menatap wujud Radit yang setia berada disana.

"Lo bego Radit! Lo bego mati cuma karena gue! LO BEGO!!" Hadit menatap sekitarnya, "harusnya gue yang mati, bukan lo! Kenapa lo selalu kayak gini hah!"

"Hadit!" Harun maju dan memegang kedua bahu Hadit, "gak ada yang mau kehilangan disini, gak ada sama sekali. Ini hanya takdir yang sudah tuhan rangkai untuk kita. Mamah dan papah gak mau kehilangan kamu ataupun Radit, tapi kalau takdir sudah berkata lain bagaimana? Bagaimana kita bisa menyangkal semuanya"

"Kenapa papah gak mau bilang ini semua sama aku pah? SAMPAI RADIT MATI! AKU JUGA GAK TAU KEBENARAN INI, SEBENARNYA AKU DIANGGAP HIDUP GAK SIH??"

Olivia maju dan memeluk Hadit, "maaf..... maafin mamah sama papah nak" Olivia menatap Hadit, "tenangin diri kamu Hadit" lalu sebuah surat ia berikan kepada Hadit.

"Kamu ke kamar, kalau kamu udah baca surat itu. Silakan kamu menemui papah dan mamah. Hadit, benar kata papah, gaada satupun dari kita yang ingin kehilangan. Kamu ataupun Radit adalah permata berharga bagi mamah dan papah. Hanya kesalahpahaman yang membuat kita seperti ini. Dan ini memang takdir yang sudah tuhan berikan pada keluarga kita"

Hadit diam dan menunduk, ia memang benci terhadap Radit. Tapi bukan ini yang ia mau, bukan sebuah perpisahan yang membuat dirinya kehilangan sesuatu dalam hatinya.

Kedua orang tua Hadit meninggalkan Hadit yang membuat dirinya menatap kembali wujud Radit yang menatapnya sedih.

"Kenapa harus gue? Kenapa???" Hadit menjatuhkan dirinya dan menyobek surat yang berada ditangannya.

"Hadit" Radit terus menatap Hadit, "maafin gue belum bisa jadi kakak yang baik buat lo. Maafin gue yang gak bisa jagain lo, bahkan gue terlalu takut untuk bilang kalau lo punya penyakit, cara gue salah gue minta maaf"

Hadit menatap Radit kosong, "lo boleh benci sama gue sampai kapanpun, tapi satu hal yang gue minta. Tetaplah hidup dengan sehat dan jaga diri lo sendiri juga mamah sama papah. Kalau lo merasa bersalah, maka teruslah hidup buat gue. Hidup dengan sehat dan bahagia Hadit, maaf gue nemuin lo dengan keadaan seperti ini dan nampakin diri gue. Gue cuma mau liat lo menjalani hidup"

Hadit menundukkan kepalanya, ia menangis dalam diam.

Tidak ada seorangpun yang mau kehilangan dengan seseorang. Walaupun ia sangat membenci orang tersebut, baginya ialah sumber kebahagiaan yang sebenarnya. Hanya waktu yang salah, hanya kesalahpahaman yang membuat semua ini menjadi rumit.

"Maaf" ucap Hadit pelan, "maafin gue"

Radit menggeleng, "Gakpapa, lo boleh nangis sekarang, udah banyak luka yang lo simpen, sekarang lo berhak bahagia Hadit"

"Waktu gue gak banyak, gue harap lo mau sesekali mengunjungi makam gue"

Perlahan di gelapnya kamar milik Radit, sosok anak remaja memakai seragam itu menghilang sedikit demi sedikit. Hadit yang melihat itu terus menangis sambil berusaha memeluk Radit untuk terakhir kalinya.

"Little brother, selamanya lo adalah adik terhebat yang gue punya. Jadilah orang yang lebih berguna untuk kedepannya ya Hadit, maaf gue cuma bisa nemenin lo sebentar dan maaf gue belum bisa jadi sosok kakak yang bisa lo banggain"

Radit menghilang digelapnya ruangan yang hanya berisikan Hadit.

Hadit menangis dengan penyesalan yang tak akan ada ujungnya. Ia sangat menyesal sampai akhir dia tidak pernah menyebut Radit sebagai kakak.

Hilang.

Di hatinya terasa kosong, sesuatu sudah menghilang dari sana. Kebahagiaan yang ia pikir hanya terdapat dari orang lain, namun ternyata kebahagiaan itulah dari orang yang selama ini selalu berada bersamanya.

Raditnya Arfiano kembarannya dan sekaligus kakaknya.

"Gue akan buktiin ke lo, gue bakal bikin kematian lo gak sia-sia Radit, bukan! Kak gue janji gue bakal bahagia seperti yang selalu lo bilang ke gue. Gue bakal cari kebahagiaan itu buat diri gue sendiri dan lo. Gue janji"

Hadit menghapus air matanya. Ia menghampiri mamah dan papahnya lalu memeluk mereka. Hadit sekarang paham, selama ini memang hanya ada salah paham yang selalu menyelimuti dirinya kepada keluarganya.

Paginya, Hadit izin tidak masuk sekolah. Ia pergi ke makan Radit sambil membawa bucket bunga yang indah. Papan nisan bernama Raditnya Arfiano terpampang jelas disana.

Air matanya tidak bisa tidak turun, pendiriannya untuk tidak menangis runtuh seketika. Hadit memeluk papan nisan bernama kembarannya sambil menangis. Kata maaf selalu terlontar dari bibirnya. Ia bahkan menghabiskan satu harinya disana, berharap sosok Radit muncul.

Siang sampai menjelang malam, Hadit senan tiasa berada disana dengan keadaan yang kacau.

Hadit, anak remaja 17 tahun itu. Harus kehilangan sesuatu yang berharga bagi dirinya, sesuatu yang selalu ia cari dan dambakan.

Andai waktu bisa diputar, andai ia mau sedikit lebih dewasa. Pasti, ending dari hidupnya tidak akan seperti ini.


'Ada kalanya kamu lelah dengan keadaan, ada kalanya kamu marah dan menangis karena suatu hal. Jangan dipendam dan jangan lampiaskan ke seseorang yang tidak bersalah...

Kamu bisa menumpahkannya kepads seseorang yang benar-benar mau mendengarkan dan mau memberikan pundaknya kepada kamu....

Jangan menyesal ketika kamu sudah kehilangan sesuatu yang baru kamu sadari bahwa itu adalah hal yang berharga untukmu....

Kuncinya adalah bersyukur dan mau memaafkan kesalahan seseorang'

(END)







Terimakasih kepada semua orang yang sudah mau membaca cerita ini dan sudah mensupport cerita ini dan ceritaku yang lain.

Maaf apabila ada kekurangan dalam penulisan.

Yuk share cerita ini ke temen² kalian yang lain, dan jangan lupa support aku dengan cara vote dan komen pada karya tulis aku.

Mampir juga ke cerita aku yang lainnya ya
1. Crazy Brother
2. Kelas Ganteng
Langsung klik profil aku aja ya

Thank you...

HAPPY NEW YEAR🎊

- Publish 31 Desember 2021
- End 31 Desember 2021

Hilang || HARUTO (Short story) [END]Where stories live. Discover now