[Delapan] Ingatan

195 36 0
                                    

Flashback 6 bulan lalu.

Hadit bertengkar dengan kedua orangtuanya. Ia kesal dengan semua yang dikatakan orangtuanya. Semua tentang Radit.

Radit, Radit, Radit, Radit, dan lagi-lagi Radit. Andai Radit tidak ada disini, andai Radit bukan kembarannya. Pasti ini tidak akan terjadi.

Hadit menaiki motornya dengan emosi yang sudah memuncak karena papahnya baru saja menampar dirinya. Hadit sudah tidak peduli lagi dengan keluarganya. Terutama dengan kembarannya.

"Hadit stop!!" Radit yang baru pulang sekolah menghalangi jalan Hadit.

Radit sempat melihat Hadit yang habis ditampar oleh papah mereka. Melihat itu, Radit buru-buru menyusul Hadit.

"Hadit please dengerin dulu"

"Buat apa hah?! Buat denger papah bangga-banggain lo?! Buat denger perbandingan lo sama gue? Lo gak cukup ambil temen-temen gue dan perhatian mamah papah, sekarang lo mau ambil apa lagi dari gue Radit!"

"Hadit bukan itu, turun dulu"

Radit membuka tasnya dan memberikan botol minum kepada Hadit.

"Minum dulu dan surutin emosi lo, gimana lo mau ngertiin keadaan dengan kondisi lo yang tersulut emosi?"

Hadit menatap botol minum yang dipegang Radit lalu melemparkan botol itu sampai pecah. Radit kaget melihat perlakuan Hadit barusan.

"Keadaan apa lagi yang mau lo omongin? Gue muak dengan keluarga ini! Gue muak dibanding-bandingin! Gak semua orang suka dengan perbandingan Radit! Dan gue muak liat muka lo" Hadit menatap Radit dengan tajam, "kenapa lo ada dikehidupan gue? Kenapa??" 

"Hadit!"

Hadit menatap Radit datar. 

"Apa kalau gue cerita semuanya lo bakal ngerti dan percaya sama gue?"

"Buat apa gue percaya sama orang kayak lo. Lo udah punya semuanya, nikmatin apa yang lo punya sekarang dan jauh-jauh dari gue kayak sebelumnya"

"Sebegitu bencinya lo sama gue?"

Hadit mengangguk mantap "Ya lo bener!" Hadit menatap tajam Radit, "Gue benci! benci banget sama lo! Sampe gue gak bisa nahan rasa sakit hati gue! apa lo juga bisa rasain sakit hati gue? Nggak kan...."

"Apa lo tau seberapa sakit hatinya gue saat semua lebih sayang sama lo dibanding gue? Saat semua orang lebih melihat ke arah lo bukan gue? Gue juga manusia Radit! Gue juga punya hati dan perasaan. Tapi, gara-gara lo, semua hilang, gue gak bisa ngerasain yang namanya kasih sayang, bahkan yang namanya mamah dan papah? Gue gak pernah ngerasaan rasanya kasih sayang dari mereka"

Radit terdiam menatap Hadit. Benar, ini semua karenanya.

Andai saja Radit lebih berani kepada Hadit, andai Radit tidak sepengecut ini, mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi.

"Lo punya masalah sama jantung lo" perkataan Radit membuat Hadit terdiam sesaat, "gue nyembunyiin ini biar lo bisa berbaur sama yang lain dan gak takut buat di jauhin karena penyakit lo. Gue juga gak mau lo jadi penyendiri karena lo sakit"

Hadit tertawa miris, "terus setelah lo ngomong kayak gitu apa ada yang berubah? Nggak kan? Udah 5 tahun, kenapa lo malah nyembunyiin penyakit orang yang sama sekali orang itu gak tau? Kalau lo memang berniat buat melindungi orang itu, cara lo salah!" Radit menatap Hadit merasa bersalah, "Kalaupun iya gue punya masalah sama jantung gue. Gue gak akan permasalahin itu, biarin gue mati sekalipun biar gue gak liat wajah lo lagi"

Setelah mengucapkan itu, Hadit pergi menjauh dari rumah mereka.

"Hadit!!!" Radit tidak bisa tinggal diam.

Hilang || HARUTO (Short story) [END]Where stories live. Discover now