23. Rencana

386 53 3
                                    

Seorang gadis tengah berjalan cepat menelusuri koridor rumah sakit. Topi, masker dan kaca mata hitam melekat di tubuh gadis itu.

Kini di Ruangan bernuansa putih. terdapat seorang lelaki yang terbaring lemah, dengan beberapa alat yang terpasang di tubuhnya.

Di ujung brangkar terdapat beberapa info tentang cowo itu. Salah satunya tertera nama lengkapnya, Bara Alputra Wijaya.

Gadis itu menatap nanar ke arah cowo yang status nya ialah kakak kandung-nya.

"Hai bang, Lo gak bosen tidur Mulu?" Lirih gadis itu, kini mata nya sudah mulai berkaca-kaca.

"Maafin gue, gue belum tega buat balas dendam ke mereka, Gue terlanjur nyaman bareng sama anak-anak Calveras. Gue penghianat ya? Haha, kaya nya iya deh. Lo pasti gamau kan maafin adek Lo yang ingkar sama janjinya sendiri, maafin gue ya" ucapnya, kini air matanya sudah menghujani pipinya.

"Kita bakal bikin mereka hancur!"

Suara berat lelaki membuat gadis itu menoleh, ia tersenyum simpul lalu membuang pandangan nya ke arah lain.

"Dari mana aja lo?" Tanya gadis itu seperti tak minat dan tanpa menoleh.

"DARI MANA AJA LO?! KENAPA LO BARU MUNCUL REGAN!" teriak Gadis itu.

"Sory..."

"Setelah bokap gue maninggal Karna di kroyok, dan ga lama bang Bara koma. Parahnya, orang yang paling bisa gue harapin ga ada di saat gue Gue terpuruk , penderitaan itu Dateng secara bersamaan!" Lirih Gadis itu dengan nada lemah.

"Sory, gue pergi tiba-tiba bukan karna mau lepas tanggung jawab. Gue pergi Karna Mau ngeringkus kematian om Wijaya, dan sekarang gue tau siapa yang Uda ngebakar perusahaan dan ngeroyok bokap Lo!" Ucap lelaki yang bernama Regan apa adanya.

Gadis itu menoleh, mengusap air matanya dengan kasar.

"Siapa?"

"Pradipta. Mafia yang terkenal dengan kelicikan, ia bisa menghalalkan kan segala cara untuk bisa dapetin apa yang dia mau!"

"Siapa dia?"

Regan terkekeh remeh. "Papah dari orang yang udah buat Bara koma."

Rasanya berat untuk mempercayai nya, di saat ia ingin mengurungkan niat balas dendamnya, Karna ia sudah merasakan arti kekeluargaan jika bersama mereka. Terrlebih lagi Ratu, sahabat cewe satu-satunya yang ia miliki. Tapi sayangnya ada fakta baru yang membuat rasa kekeluargaan itu hilang, kini tinggal tersisa rasa benci terhadap gadis itu dan seluruh orang terdekatnya.

"Gue kira Lo temenan sama mereka udah dapet banyak informasi, ternyata nggak sama sekali" ucap Regan, kini ia sudah duduk di sofa tak jauh dari Gadis itu duduk. "Apa Lo bener-bener udah jatuh cinta oleh salah satu dari mereka?" Sambung -nya.

Gadis itu tertawa hambar, dengan samar-samar ia menganggukkan kepalanya.

"Bodoh!"

"Gue punya ide, tapi gue butuh bantuan lo buat ngebuat Rancana gue sukses" ucap Gadis itu sembari tersenyum miring.

"Apa?"

"Lo siapin obat perangsang buat cowo sama kamar club, jangan lupa Lo siapin kamera buat ngerekam" jelas gadis itu.

Regan mengangguk paham. "Menarik. Tapi jebakan ini buat siapa?" Tanya nya.

Gadis itu menoleh. "Buat ketua Calveras terhormat, gue yakin Karna problem ini mereka bakal pecah!"

***

Kini di balkon kamar terdapat Ratu yang tengah bersantai, hari ini rasanya ia sangat bahagia. Yah, bahagia Karna ia seharian menghabiskan waktunya bercanda ria bersama keluarga Bintang.

"Dek, ga masuk? Udah malem Lohaa" suara berat milik kakak-nya membuat Ratu menoleh sesaat.

"Seneng banget kaliatan nya, kenpa si dek cerita dong!" Ucap Arga kembali saat tidak mendapatkan jawaban dari adik nya ini.

Ratu menggeleng sambil tetap setia menatap ke depan. Arga menghela nafasnya, lalu menyandarkan kepala Ratu ke pundak nya mengusap puncak kepala adiknya lembut.
Ratu memejamkan matanya, menikmati sentuhan lembut dari pria yang tak lain ialah kakaknya.

"Dulu Abang inget banget. Waktu Abang masi kecil, abang punya adik cewe, cantik banget tapi kamu tau lah ya adik abang itu secengen apa?" Pria tersebut tertawa sebentar.

"Abang tinggal pergi ke sekolah, dia nangis. Dan yang paling kocak nih ya, waktu abang dapet hadiah sepeda baru dari papah. Setiap hari tuh Abang latian naik sepeda, eh waktu naas nya jatoh malah adik abang yang nangis sampe sesegukan" keduanya terkekeh miria mengingat masa kecil mereka.

Ratu mendongak menatap mata kakaknya. "Dan sekarang anak cewe itu udah ga secengeng dulu" ucap Ratu yang di susul kekehan dan kecupan manis dari kakak-nya

"Bang!" Panggil Ratu tanpa menoleh.

"hm"

"Aku hari ini ngerasa bahagia banget, tapi aku takut" lirihnya.

"Apa?"

"Biasanya kalo kita udah ngerasa bahagia banget, kesedihan yang luar biasa pasti bakal dateng. Aku belum siap banget buat sedih" lirih Ratu.

"Kakak ga akan biarin kamu sedih ,sayang"

"lo bisa ngomong gini. Tapi bang, Lo ga akan bisa ngelawan takdir" Ratu terkekeh, tatapan gadis itu kosong.

"Takdir tuhan itu takdir yang terbaik buat kita"

"Iya haha, terbaik buat penderitaan"

Arga sedikit tak suka mendengar ucapan Ratu, ia menegakkan kepala Ratu. "Abang masuk duluan, kamu jangan kemaleman. Angin malem ga bagus" ucap nya lalu beranjak dari sana.

Not always sweet (TAMAT)Where stories live. Discover now