22.Calon mantu

313 63 9
                                    

Kejadian keroyokan yan menyebabkan Adam di rawat membuat Ratu sebelum subuh dini hari baru menginjakan kaki nya di rumah. Sebenarnya Bintang maupun yang lain sudah berkali-kali menawarkan untuk mengantar nya, Ratu tetap lah Ratu gadis cantik dengan sedikit keras kepalanya.

Sebenarnya ia sedikit malas berangkat sekolah hari ini, Karna Ara mengambil ijin untuk menjaga Adam di rumah sakit dan Anggota Calveras juga tak dapat hadir karena ingin meringkus kasus pengeroyokan Adam kemarin.

Ia menghembuskan nafas kasar saat sudah di depan pintu, ntah apa yang akan terjadi di dalam Ia tak tau.

"maaf nona muda tidak di ijin kan masuk" Ucap salah satu penjaga rumah.

"Ini rumah mama saya"

"Maaf, saya hanya menjalankan perintah dari tuan"

Ratu membuang nafasnya kasar, terpaksa ia menghabiskan hari gelap ini di luar. Udara dingin dengan bebas menusuk permukaan kulitnya, terlebih lagi ia hanya menggunakan kaos pendek.

**

byur.

Ratu tersentak dari tidurnya saat badan nya terguyur air es. Ia memeluk dirinya sendiri mencoba menahan rasa dingin yang teramat dingin, mencoba mendongak yang ia dapat lihat badan kekar Pradipta yang tengah menatapnya dengan senyum miring.

"Dapat uang berapa kamu semalaman tidak pulang?"

Tentu saja pertanyaan yang Pradipta lontarkan sangat menohok hati Ratu. Ia mati-matian menahan air mata yang sedikit lagi meluncur bebas, ia tak ingin terlihat lemah oleh siapapun termaksud orang tuanya sendiri.

"Pah, Ratu jenguk tem-"

"Jenguk semalaman? Hebat sangat hebat" ucap nya memotong perkataan Ratu.

"Masuk!" Ucap Pradipta sembari menyeret tangan Ratu. Pemilik tangan hanya bisa pasrah, ingin memberontak pun ia tak bisa, ia rasa tubuh nya tak bertenaga sedikit pun.

"Shh sa-sakit pah" tak sesekali Ratu meringis saat tangannya terasa perih akibat cekalan yang sangat kuat.

Brak.

Badan lemas nya terlempar ke sudut mejaa. Kepala Ratu tertatap sudut meja dan mengeluarkan darah segar dari luka kecil itu.

"sakit pah, Ratu juga pengen ngerasain sedikit aja kasih sayang dari papah.  Dari bayi pah, dari bayi papah gak perna peluk aku. Aku pengen ngerasain  di peluk papah" ucap Ratu mengeluarkan uneg-uneg di hatinya yang sedari dulu ia simpan.

Plak.

"SAYA BUKAN PAPA KAMU!" bentak Pradipta.

"oke. Gimana kalau kita tes DNA?"  Tantang Ratu, kali ini entah dapat keberanian dari mana ia menatap netra hitam mata papah nya.

Plak.

lagi dan lagi tamparan yang di terima Ratu. Ratu memejamkan matanya saat Pradipta mencekram kuat dagu nya.

"Beraninya kamu menantang saya,hm?" Ucapnya pelan tetapi aurahnya sangat menakutkan.

"shh"

Pertahanan Ratu menahan air matanya runtuh sudah, kini dengan bebas air mata nya menghujani pipinya.

"Apa? Apa yang harus Ratu lakuin biar rasa benci papah ilang ke Ratu?".

"MATI"

Setelah mengatakan itu, Pradipta meninggalkan Ratu yang masi syok mendengar ucapannya.

Rasanya seperti di dorong ke jurang yang berisikan belatig tajam. Sakit, sakit sangat sakit sekali rasanya jika papahya menginginkan dirinya mati.

"Sebentar lagi pah, sebantar lagi Ratu pergi. Kasi Ratu waktu buat bahagia sebentar aja" lirihnya.

Not always sweet (TAMAT)Where stories live. Discover now