19.circle gila

334 75 12
                                    

Kesembilan nya berkumpul di ruang rawat Arga.Sekarang ruangan rawat itu sudah menjadi kos-kosan, Karna sudah ada beberapa kasur lipat, tiga gitar dan beberapa keresek berisikan cemilan.

"Gantian dong jaga depan, gue Mulu anjing!" kesal Zidan.

"Lah kan udah sepakat sama posisi masing-masing dongo"

"Iya sih ,tapi kerja sama nya dong! Mati mati aja nih gue"

"Lah, lu kan beban wajar kali!" Sinis Adam.

"Monyet Lo!" Jawab Zidan.

Bintang dan Arvi terkejut, ruangan rawat ini sudah seperti kapal pecah. Terlihat Arnold yang tidur lelesahan, Zidan dan Arvi sibuk dengan game nya yang tak sesekali berteriak seperti orang gila, sedangkan Ratu,Ara dan Jeje tengah sibuk mengoleskan masker di wajah mereka.

"Pokoknya waktu gue balik ke sini, ini semua udah bersih kalau ngga Lo semua yang cowo abis di tangan gue!" Ucap Bintang mengancam mereka semua.

Mendengar perkataan Bintang, Zidan menatap Zidan dengan wajah tengilnya.

***

"Woi! Melamun Bae bos!" Teriak Zidan dengan keras tepat di telinga Bintang. Bintang pun tersentak kaget langsung menatap tajam sang pelaku, namun yang di tatap hanya nyengir tak berdosa.

Makan sate pake kutu, peace pak ketu!"

Sedangkan Arvi hanya menatap ke duanya dengan tatapan tak perduli.

"hm"

"ANJING!" Pekik Jeje, sontak mereka menoleh ke arah cowo yang tengah memerengkan hp nya itu.

"Kenapa Lo? Ke sambet?" Tanya Bintang menatapnya aneh.

"Gue di tuduh imposter bangsat!" Ujar Jeje dengan kesal.

"Lo kan Rat impos nya?!" Sambungnya.

Ratu menoleh saat namanya mulai menjadi bahan tuduan. "Cangkemmu"

Arvi yang berada tepi balkon menolehkan kepalanya, sedari tadi ia rasa ruangan ini tak pernah sunyi. Untung saja rumah sakit milik papahnya ini VVIP nya kedap suara jadi tak terlalu mengganggu pasien yang lain.

"Bintang, ngantuk!" Ratu menghampiri Bintang dengan cara merangkak seperti anak kecil, dengan masker wajah yang masih utuh di wajahnya. Gadis itu memeluk kaki Bintang dengan pandangan mendongak ke atas.

Bintang tertawa kecil melihat tingkah Ratu, Arvi mengulum senyum tipis melihat keduanya.

Bintang menggendong Gadis itu seperti bayi koala. "Mau tidur dimana?" Tanya nya dengan lembut.

Ratu melihat sekeliling, pandangan nya terhenti di brangkar Arga. Lelaki itu tampak sedang memainkan game di Handphone nya. "Bobo sama dia, anterin tapi."

Bintang mengangguk, dengan senang hati ia melakukan apa yang di minta oleh gadis di gendongan nya ini.

Tingkah keduanya tak lepas dari pandangan Arvi. Cowo itu bisa merasakan betapa sayang nya Bintang terhadap Ratu, bahkan ia yakin Bintang rela mengorbankan apa pun demi Ratu.

Arga yang menyadari ke hadiran Ratu menutup ponsel nya dan meletakan nya di atas nakas.

Arga tersenyum melihat wajah kantuk adiknya itu. "Sini bobo, kasian matanya keliatan cape banget!" Ucap Arga sembari menepuk setengah sisi kasur.

Dengan cepat, Ratu menaiki brankar dan merebahkan diri nya. Aroma khas kakak nya ini tak pernah berubah sedikit pun.

Ratu mendongak, sejujurnya ia merasa sedikit deg - degan jika terlalu dekat dengan kakak nya.

"Bang Aga" panggil Ratu pelan.

"hm"

"Kehidupan kita kedepan nya gimana ya?" Ucap Ratu, kini pandangan nya menerawang jauh ke depan.

Arga menoleh, ia mengikuti arah pandang adik nya ini. "Gatau, jalanin aja"

"Kalau salah satu di antara kita mati, gimana?"

"yang satu ikutan mati aja"

"Wah, asik juga ide lo bang!"

Bintang yang mendengar obrolan kedua kakak beradik itu memutar bola matanya malas, "gak usah ngaco Lo berdua, ga akan ada yang mati di antara kita dalam jangka waktu cepet!!"

"BACOT" sarkas keduanya.

***
Ratu tengah berada di rumahnya. Pagi tadi Arga sudah di perboleh kan pulang dari pihak rumah sakit. Setelan mengantar Arga dan Ratu, anak - anak pada balik ke rumah nya masing-masing.

Ratu yang tengah menonton Drakor di kamar nya itu tampak asik, tak lupa dengan berbagai ciki tergeletak di kasur nya.

"Dek makan dulu, ini bibi udah masak!" Teriak Arga dari luar kamar Ratu.

Ratu berdecak, ia menutup paksa laptop nya dan segera keluar dari kamarnya.

"Lah, kalian?" Beo Ratu Karna mendapati Arvi dan ketos di sekolah mereka.

"Hai Rat"

"Lu ngapai lun? ada Arvi juga"

"Kita bakal satu sekolah dek" sambar Arga yang langsung duduk di salah satu kursi kosong.

"Seri-"

"Bacot, Buru makan!" Ucap Arvi yang memotong ucapan Ratu.

Ratu memakan makanannya dengan hati setengah jengkel, ia jengkel karna Arvi selalu menyebalkan. Beberapa kemudian Ratu selesai dengan makanan nya, yang tak lama di susul oleh Arga, Luna dan Arvi.

"Jadi gimana?" Tanya Arga.

Luna mendongak, menatap Arga dengan tatapan yang sulit di artikan. "Besok Lo sama kedua temen Lo udah bisa masuk sih"

"Thanks" ucap Arga yang di balas agukan dari Luna.

Dengan kurang ajar nya, Arga meninggalkan dirinya berdua dengan Arvi. Arga menitipkan Ratu sebentar Karna ia harus pergi dengan Luna, dengan embel-embel mencari perlengkapan sekolah besok.

Arga sama Luna cocok ga siii?

"Ar, Luna cantik ya" ucap Ratu memecahkan keheningan di antara mereka.

"Hm"

Ratu tersenyum hambar, ia mencoba sabar menghadapi manusia es di samping nya ini."Lo ga tertarik gitu sama dia?"

"Ga"

"tipe Lo gimana? Biar gue bantu cari deh"

"ga perlu"

Ratu memicingkan matanya. "Arvi Lo homo ya?" Tuduh Ratu sembari menunjuk Arvi dengan jati telunjuknya.

"Gila lo, Gue normal!" Bantah Arvi.

"Abis nya si Lo ga pernah pacaran kan?"

"Ya berarti gue suci, omongan Zidan jangan pernah Lo dengerin!" ucap Arvi sembari menatap cewe yang tengah menatapnya juga.

"Tapi kal ben-"

"Ini perintah Ratu Sofya Quennsya!" Ucap nya memotong ucapan Ratu.

Ratu kicep Mendengar nama panjang nya di sebut.

Aku uda nulis ini ke empat kalinya, dan kempat kalinya juga ceritanya ilang. Pengen nangis BANGETTTTT😭

Not always sweet (TAMAT)Where stories live. Discover now