20. Menyesal?

Mulai dari awal
                                    

"Dan apa istri saya orang yang pernah dekat dengan saya? Jawabannya iya."

"Tapi itu bukan Natasha. Dia hanya teman saya." Natasha terlihat kesal dan tak terima dengan ucapan Moza.

"Sudah terjawab semua kan? Jadi saya akan pergi sekarang." Moza melenggang meninggalkan kerumunan wartawan itu.

*****

Hari ke dua puluh dua

Sebuah mobil hitam memasuki area perusahaan Aldara's Property. Segerombolan wartawan menyerbu mobil itu.

Ceklek....

Dengan sepatu hitam mengkilap layaknya seorang bos besar lengkap dengan jas hitam dan sebuah buket bunga di tangannya. Pria itu melepas kacamatanya dan mengedarkan pandangannya mencari gadis incarannya.

"Pak Sutedja, ada apa anda datang kemari?"

"Apa Sutedja Property akan bekerjasama dengan Aldara's Property?"

Satya tersenyum saat pandangannya memangkap sebuah objek. Gadis cantik yang di tunggu olehnya kini sudah tiba. "Kiara!"

Kiara yang mendengar namanya disebut, langsung menoleh. Mulutnya seketika menganga melihat Satya ada di hadapannya. "Tepat sekali, aku datang untuk bertemu denganmu." Suara jepretan kamera tak luput memenuhi susana tersebut.

Melihat kehebohan di luar para karyawan yang mulanya bekerja sampai menunda pekerjaan mereka hanya demi menyaksikan Satya dan Kiara.

"Ini untukmu, semoga kamu menyukainya." Ucap satya sembari memberikan buket bunga berukuran besar itu.

Di sisi lain, Moza bersama satu karyawan lainnya tengah menunggu. "Kemana berkas yang saya minta? Kok lama sekali?" Moza melihat arloji ditangannya. Sudah 15 menit dirinya menunggu.

"Ada keributan di luar, Pak." Kata sang karyawan.

Moza terlihat bingung. "Pak Satya datang ke perusahaan kita, Pak." Karyawan itu menyerahkan sebuah tablet pada Moza.

Dilayar tablet itu terlihat bahwa Satya memberikan Kiara sebuah buket bunga besar. Mengetahui hal itu Moza langsung menyambar jasnya dan melangkah penuh emosi.

"Pak Moza ee..." Para karyawan yang melihat atasannya itu segera kembali melanjutkan pekerjaan mereka.

Srett...

Moza langsung menarik pinggang ramping milik Kiara dengan sebelah tangannya. Ia membawa gadis itu ke dekapannya. "Ada apa ribut-ribut begini?!"

"Wahh Pak Bos datang nih." Sindir Satya.

Tatapan tajam Moza menyiratkan ia tak menginginkan kehadiran lelaki itu di kantornya. "Jika ada kepentingan bisnis temui aku langsung. Tidak perlu membuat keributan."

Satya tertawa. "Siapa juga yang mau bertemu denganmu? Aku ingin menemuinya." Satya mengedipkan sebelah matanya pada Kiara.

Rahang Moza mengeras saat istrinya itu digoda oleh pria lain. "Tidak perlu menjadikan karyawan ataupun sekretarisku sebagai mata-matamu!"

"Aku tidak akan menjadikannya mata-mataku, melainkan aku akan menjadikannya nyonya besar di istana megahku."

"Karena aku menyukainya." Satya menyeringai.

"Pergi dari sini!" Ucap Moza penuh penekanan.

"Satpam! Usir dia..."

"Tidak perlu diusir aku akan pergi dari sini dengan kemenangan. Sampai jumpa besok cantik." Ucap Satya lalu melangkah memasuki mobilnya.

PUKIS MOZARELLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang