25. Pengakuan

71 27 0
                                    

"Silakan!" Ucap Moza. Kedua wanita itu duduk di sofa dalam ruangan Moza.

"Siapa yang menyuruh kalian duduk?" Tanya Moza. Malu. Keduanya tertunduk malu.

"Ada apa?" Bisik Kiara pada Moza.

"Saya ingin bertanya pada kalian tapi kalian harus jawab jujur."

"Apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu? Saat Natasha datang kemari." Tanya Moza.

Tak ada yang menjawab diantara keduanya. "Saya minta kalian jujur dan jawab pertanyaan saya."

Wanita berambut sebahu mendongak menatap Moza. "Hari itu ada pelayan baru yang datang Pak. Tapi saya tidak tau dia siapa."

Moza mengangguk mengerti. "Lalu? Apa yang ia lakukan?"

"Dia meminta saya untuk mengerjakan tugas di belakang sedangkan dirinya di bagian penyajian dan hidangan. Saat itu saya hanya menganggap mungkin wanita itu pelayanan baru suruhan mbak Neta."

"Setelahnya saya tidak melihat kejadian apa yang terjadi."

"Ini Neta?" Moza menujuk wanita berbaju hitam.

Wanita itu mengangguk. "Iya Pak."

"Apa benar yang di katakan dia?" Wanita bernama Neta itu kembali mengangguk.

"Apa wanita pelayan baru yang di maksud benar suruhan darimu?"

Neta hanya diam. "Kamu kenapa diam? Takut?" Tanya Moza.

Wanita itu hanya tertunduk. "Dia suruhan Natasha?" Tanya Moza kembali.

Kali ini Neta menggeleng. "Tidak, Pak."

"Berarti itu suruhan kamu?" Tanya Moza. Neta kembali menggeleng.

"Saya tidak tau." Ucapnya.

Moza beranjak mendekati Neta. "Saya sudah minta kamu untuk jujur, apa kamu masih mau berbohong?"

"Kamu sudah lama bekerja di sini bukan? Sudah sering melihat kasus pemecatan karena kebohongan bukan? Apa kamu mau saya perlakukan seperti mereka juga?" Tanya Moza.

Neta menangis dan bersimpuh di bawah Moza. "Hiks...maafkan saya Pak, saya mohon jangan pecat saya hiks..."

Moza menghela nafas. "Ceritakan semuanya maka kamu akan aman."

"Saya takut jika keluarga saya dalam bahaya Pak." Ucap Neta.

Moza menuntun wanita itu untuk berdiri. "Saya akan menyuruh anak buah saya untuk mengawasi keluarga kamu."

Kiara yang sedari tadi bingung, perlahan mulai mengerti. "Bu Natasha meminta saya untuk membiarkan wanita itu menjadi pelayan di kantin hari itu. Saya sempat menanyakan tujuannya melakukan hal itu, Bu Natasha bilang kalau dia akan merencanakan sesuatu."

Neta menatap Kiara. "Un...untuk mbak Kiara."

Brakk!

Moza memukul meja di sebelahnya. "Bodohh! Dan kamu menyetujuinya?"

"Hikss...sa..saya...sudah menolaknya Pak. Tapi Bu Natasha mengancam akan membunuh keluarga saya."

"Apa kamu tau? Apa yang terjadi setelah itu?!" Tanya Moza geram.

Neta mengangguk. "Maafkan saya Pak."

Kiara mengelus pundak Moza. "Udah, jangan terlalu kasar seperti itu."

"Sudah jangan menangis lagi." Kiara memeluk Neta.

"Mbak Kiaraa...hiks...maafkan saya mbak, saya udah buat mbak jatuh pingsan waktu itu."

PUKIS MOZARELLA [END]Där berättelser lever. Upptäck nu