Rapuh

13 6 0
                                    

*Disarankan baca sambil dengerin lagu nya (dengerin lagu nya wajib sampai selesai)


"Mama sama Papa udah gak ada Ra"

Dara terkejut tak percaya mendengar perkataan Kakak nya itu. Pandangan nya kosong, ia langsung terduduk ditempat nya berdiri. Sungguh jika ini mimpi buruk tolong bangunkan dia. Dirinya menatap lantai air matanya mengalir tak tertahan lagi. Tubuhnya bergetar hebat, tangannya bergerak menutup raut wajahnya yang kacau.

"Eng..... enggak.... enggak!! Kak Tio bohong kan? Kak Tio bercanda kan?! Kak pliss ini gak lucu Mama sama Papa gak mungkin......haaaaarrrrggggghhhh" tangisan Dara pecah dengan hebat. Dara masih tak mempercayai semua ini, dirinya sangat terpukul. Padahal baru kemarin ia telfon dengan Mama nya.

Tio langsung mendekap tubuh adik nya dengan erat. Dirinya berusaha untuk menguatkan adiknya. Ia tau Dara pasti akan seperti ini. Dara mencengkeram erat jaket kakaknya, ia terus terisak sulit untuk berhenti.

"Mama.... Papa......hiks.....jangan tinggalin Dara....hiks"

"Shhhh.... Tenang Ra ini semua udah takdir. Allah lebih sayang Mama Papa dari pada kita. Udah yaa jangan nangis lagi" Tio mengelus elus punggung Dara yang masih bergetar.

"Tapi kak....gue kangen banget sama mereka.....hiks....kenapa kak....kenapa......gue belum sempet banggain mereka....hiks....gue belum bisa bikin mereka ketawa... hiks...." Rancaunya dalam dekapan Kakaknya. Hati Tio sakit, sangat sakit melihat adiknya kacau seperti ini.

"Sshhhh Dara dengerin gue, lo udah bikin mereka bangga lo udah bikin mereka ketawa. Jangan gini yaaa udah iklhas ya gue ada disini" Tio terus menengakan Dara sebisa mungkin

Bian yang melihat semuanya hanya bisa terkejut tak percaya. Disisi lain ia juga merasa iba pada kedua kakak adik yang kini sedang saling menguatkan di depannya.

Setelah beberapa menit Dara mulai tenang. Meski air matanya terus mengalir tak henti tapi tubuhnya sudah tak bergetar hebat lagi. Ia meminta menemui kedua orangtuanya untuk yang terakhir kalinya.

Saat di dalam ruangan Dara menghamburkan pelukan pada Mamanya. Pelukan rindu yang sangat besar pada seorang yang telah terbaring kaku dingin tak bernyawa di pelukannya ini.

"Mama.... tunggu Dara diatas sana ya....dara kangen banget sama mama" bisikan itu ia perdengarkan di telinga sang ibu. Air matanya tak sengaja menetes di pipi mamanya, ia mengusapnya perlahan lalu mencium nya.

Dara beralih menghampiri papanya yang juga terbaring kaku. Ia tak percaya seorang ayah yang mengajarkan nya kuat dan tahan menghadapi semua cobaan kini meninggalkan nya. Seorang laki laki yang sangat ia sayang dan cintai.

"Papa....papa pernah bilang mau ajarin Dara ngurus saham kan? Tapi kenapa papa malah pergi gini? Siapa yang bakal ajarin Dara nanti? Siapa yang bakal jadi tempat ngadu dan pelarian Dara? Siapa laki laki yang bisa buat Dara kuat ngelewatin semua masalah?...... Papa Dara sayang banget sama Papa. Papa istirahat yang tenang ya disana" rancau Dara sembari memeluk tubuh dingin ayahnya.

Dara tak kuasa melihat pemandangan didalam ruangan ini. Dua orang yang selama ini membuatnya tersenyum, kini sudah membisu seribu bahasa.

Dara keluar dari ruangan, tubuh nya merosot didepan pintu. Ia merasakan sakit di ulu hati. Ia sama sekali tak pernah terpikirkan kalau dirinya harus kehilangan dua orang yang ia sayang sekaligus.

Dara merasakan dirinya didekap erat. Pelukan ini sangat ia kenal. Pelukan yang selalu ada disaat ia terjatuh. Bian dia memeluk Dara erat berusaha menguatkan nya. Bian tak bisa bayangkan serapuh apa Dara sekarang. Ia hanya bisa memberikan ini.

"Dara lo harus kuat, gue bakal selalu ada buat lo" bisiknya pelan pada Dara

-

-

-

-

Setelah acara pemakaman selesai semua teman temannya dan tunangan Tio berada di rumahnya. Suasananya sangat sedih dan sunyi. Tak ada yang membuka pembicaraan.

"Maaf lo pada kalo mau pulang gapapa kok, jangan khawatirin gue" ucap Dara memecah keheningan

"Bener kata Dara. Gue sama dia butuh waktu sendiri dulu jadi kalian balik istirahat aja. Kalo mau kesini besok aja ya" tambah Tio

"Yaudah Dar Kak kita Permisi dulu. Kalian yang tabah ya, besok kita kesini lagi." Aaron mewakili semuanya

"Baik baik ya sayang..... Aku besok kesini lagi semua kalian berdua cepet sembuh" ucap Shela lalu pamit pulang

-----

Kini Dara dan Tio berada di kamar Dara. Mereka ingin membicarakan bagaimana mereka hidup kedepannya.

Jujur saja mereka tak tahu harus bagaimana. Mereka belum terlalu matang untuk membuat keputusan tapi menurut mereka ini pasti yang terbaik.

"Gue bakal berhenti kuliah dan ngurus perusahaan papa, lo tetep lanjut sampai sarjana"

"Kak lo yakin? Nanggung lo kan bentar lagi mau lulus"

"Yakin ra, kalo gua kuliah dan nyiapin skripsi sambil ngurus perusahaan namanya gua bunuh diri"

"Oke tapi gue boleh bantu cari duit kan?"

"Lo fokus belajar aja, urusan duit biar gue. Papa udah pernah ngajarin gue cara ngurus perusahaan kok. Janji kita bakal lewatin ini bareng bareng"

"Yaudah kalo gitu, semangat...."

Kita tak tau apa yang akan terjadi kedepannya. Hal yang tak kita perkirakan juga akan terjadi. Dunia selalu mengajak bercanda. Kita hanya bisa mengikuti alur dengan lapang dada.

Karena sebaik baiknya rencana kita, rencana Tuhan lah yang lebih bagus.

Jalannya mungkin berbeda dan menyakitkan. Tapi jika itu yang ditakdirkan, kita bisa apa?



+

-

+

-

+

-

To be continued.......

Temen DemenWhere stories live. Discover now