"Terimakasih." Suara tepuk tangan menutup presentasi Kiara. Ia tersenyum senang dan merasa puas. Diam-diam tanpa ia ketahui Moza menatapnya seraya tersenyum.

Meeting pun usai semua rekan bisnis Moza keluar dari ruangan itu termasuk Kiara, ia menggandeng tasnya.

Langkahnya terhenti saat Moza menarik tangannya. "Lain kali kamu harus lebih rajin lagi, jangan sampai hal ini terulang dan membuat saya malu!" Ucap Moza lalu melenggang pergi.

Srett...

Dengn cepat Kiara menarik tangan pria itu. "Kamu nyuruh aku buat lebih rajin lagi? Aku udah datang tepat waktu Za. Hari ini seharusnya nggak ada meeting aku inget betul karen aku yang buat jadwalnya. Tapi kamu malah buat jadwal sendiri. Dan satu lagi, tadi pagi kamu ninggalin aku ke kantor pakai mobil aku karena itu aku harus nunggu taxi." Ucap Kiara panjang lebar.

"Dengar!!" Tiba-tiba Moza membentaknya.

"Kamu hanya seorang sekretaris di perusahaan ini!" Telunjuk moza mengarah ke wajah Kiara.

"Dan saya minta kamu menuruti perintah saya sebagai atasan!" Kiara tak menyangka jika Moza akan membentaknya. Ia sempat melirik seluruh karyawan menatapnya yang kini sedang di marahi Moza.

Kiara merasa tenggorokannya tercekat. "Maaf pak," lirihnya.

Gadis itu langsung berlari menuju toilet. Kiara membanting pintu dengan keras. Ia menangis di balikknya.

Di sisi lain, Novi yang melihat sahabatnya diamuk sang bos segera menyusulnya.

"Kiara??" Panggil Novi. Tak ada balasan namun wanita behijab itu mendengar isak tangis dari dalam bilik toilet.

Tok...tok...tok...

"Ra? Lo gapapa kan?" Tanya Novi.

Di dalam bilik Kiara segera mengusap air matanya dan membersihkan wajahnya.

Ceklek...

"Kenapa? Lo kok bisa di sini?" Tanya Kiara.

"Gue liat lo di marahin sama Pak Moza. Kalian baik-baik aja kan?" Tanya Novi yang penasaran.

"Iya, kita baik-baik aja kok."

"Lo nangis ya???" Tanya Novi.

Kiara menggeleng. "Ini cuma perih aja tadi liat monitor terus." Kiara mengipasi wajahnya.

"Oh. Gue bawa obat tetes mata siapa tau bisa ngilangin perihnya." Novi menarik tangan sahabatnya itu.

Hari ke dua puluh

Tiga hari sudah Moza dan Kiara tidak berbicara. Kiara masih sangat berharap lelaki itu memaafkannya dan mengajaknya berbicara. Jujur ia merasa risih jika terus-menerus seperti ini.

Moza sedang membaca koran sembari menonton televisi. "Za, kamu udah makan?" Tanya Kiara. Moza hanya melirik gadis itu sekejap lalu kembali membaca koran.

"Aku laper, Za." Kata Kiara sedikit merengek.

Moza melipat korannya lalu bangkit dari sofa. "Kamu bisa delivery kan?" Ia meninggalkan Kiara ke lantai atas.

Kiara mengehela mengembuskan nafas berat. Sebelumnya Moza sangat perhatian terhadapnya namun kini pria itu benar-benar berubah.

*****

Pagi ini sama seperti pagi sebelumnya, Moza masih enggan berbicara dengan Kiara. Bukan hanya di rumah di kantor pun sama seperti itu. Bahkan ia tak pernah lagi menyuruh Kiara untuk datang ke ruangannya.

"Eh mbak, mau kemana?" Tanya seorang wanita.

"Mau nyari Pak Moza."

"Pak Moza minta untuk tidak di ganggu, beliau sedang ada tamu mbak."

PUKIS MOZARELLA [END]Where stories live. Discover now